Teater 52

28.3K 3.4K 328
                                    

Helia mendengar suara pintu yang terbuka, dia memasang tubuh waspada, walau nyatanya itu tidak bisa membuatnya terlepas dari bahaya.

Sudah hampir 1 hari Helia berada di tempat asing ini, saat dia membuka mata hanya ada kegelapan, matanya di tutupi oleh sebuah kain, kedua tangan serta kakinya di rantai.

Terdengar langkah kaki mendekat, Helia memasang telinga dengan baik-baik, walaupun dia tidak bisa melakukan apa-apa, tetap saja Helia merasa dia harus waspada.

"Sayang..."

Suara itu serak basah, terdengar dekat di depan wajah Helia.

"Kamu mau makan?" Tanya orang lagi itu penuh perhatian.

Helia meraba-raba sekitar, mencoba menggapai tangan orang di depannya, lalu seolah mengerti orang itu mengulurkan sebelah tangannya menggenggam tangan Helia.

"Lepasin aku..." Helia memohon, untuk yang kesekian kalinya.

Cowok itu terkekeh serak, balas meraih tubuh Helia lalu di lemparnya ke atas ranjang, "gak bisa dan gak bakal pernah gue lepasin" nada suaranya berubah, cowok itu terdengar emosi.

Dan setelahnya Helia dapat merasakan cowok itu kembali mengambil rantai, memasangkannya di leher Helia seperti hewan peliharaan.

Helia takut, benar-benar takut terhadap keadaannya sekarang. Dia dengan mudah menebak siapa cowok di depannya, melihat perlakuannya yang kasar dan kejam, dia adalah Saegar.

Saegar terlalu terobsesi, dia mengelus pipi kanan Helia dengan sorot mata gila, wajahnya tersenyum manis seolah Helia adalah lukisan paling indah yang pernah dia pandangi.

Otak Helia berpikir, diantara keempat tokoh pria, Saegar lah yang paling brutal, ibarat kata anak muda zaman sekarang, Saegar akan mencintai secara ugal-ugalan.

Di dalam novel, Asteria butuh hampir satu bulan hanya untuk membuat Saegar tunduk padanya.

Helia bisa merasakan kecupan di keningnya, lalu terdengar bisikan kecil di teliganya "mau makan sayang?"

Kalau dia menolak, Helia mungkin akan mati kelaparan walau dia yakin Saegar tidak mungkin membiarkannya mati, dia tidak makan mulai dari kemarin malam, Helia tidak tahu seberapa lama waktu berjalan dan jam berapa sekarang, karena saat terbangun matanya sudah tertutup oleh sebuah kain, Helia hanya bisa mengira-ngira.

"Mau..."

Helia bisa merasakan tubuh Saegar turun dari ranjang, hanya ada keheningan beberapa menit sebelum kemudian Saegar kembali naik dan duduk di depannya.

"Buka mulut sayang"

Helia menurut, dia membuka mulutnya dan Saegar dengan sigap menyuapkan makanan ke mulutnya, sesekali cowok itu mengusap ujung bibir Helia, walau Helia merasa dia tidak merasa ada noda sama sekali.

Beberapa kali Saegar menyuapkan makanan, lalu meraih air minum dan menyodorkan ke mulut gadisnya. Selesai menghabiskan satu gelas minuman, Helia merasakan bibirnya di kecup pelan, lantas tubuhnya di peluk manis.

"Bosan? Mau nonton film?" Tanya cowok itu lagi sambil memeluk tubuh Helia.

Tentu saja Helia tidak menolak, nonton film? Apakah itu artinya kain yang berada di mata Helia akan di lepaskan?

"Mauuuu!!" Helia menyahut antusias, Saegar yang melihatnya terkekeh gemas sebelum melayangkan beberapa kecupan di pipi Helia.
_________________________

Nyatanya nonton film yang di maksud bukanlah seperti apa yang Helia harapkan, nonton film? Iya hanya Saegar yang menonton sedangkan Helia hanya mendengar.

TeaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang