HG - Kebenarannya

142 17 3
                                    

*SETELAH ALTERNYA PERGI

Setelah kepergian sang alter, Suga merasakan sebagian dirinya telah hilang. Dia tidak membenci alternya itu, dia hanya merasa kesepian karena sudah lama mereka bersama meski sama sekali tidak menyadari keberadaannya. Banyak hal yang terjadi setelah Suga benar-benar kehilangan alternya, terutama dirinya yang akhirnya bisa menyatakan cinta pada Lee Jieun.

Mansion peninggalan Gerben, tak disangka itu adalah mansion yang dulunya masih dirancang olehnya. Sebelum memutuskan untuk membangunnya di Seoul, keluarganya yang masih utuh itu tinggal di Daegu. Suga ingat bagaimana Gerben membicarakan mansion itu pada arsitektur yang dipanggilnya, mansion itu adalah hadiah darinya untuk istrinya.

Melihat bagaimana megah dan bagusnya mansion itu, Suga menyadari kalau selama ini Gerben Loen selalu mencintai Min Kyunghu. Selain itu, karena tidak ingin kesepian tinggal di sana dia menyetujui para membernya untuk tinggal bersamanya. Berkat mereka dia kembali merasakan hangatnya keluarga yang dirindukannya selama ini.

"Inho hyung tampan!" ucap V disetujui mereka.

Suga mengulum senyum tipis melihat bagaimana para member dan pacar mereka sangat senang menemui Inho meski hanya abunya. Dia melirik foto dimana Inho tersenyum lebar, itu adalah saat dirinya menang lomba dan yang memotretnya adalah dirinya, "Hyung, aku berhasil menghilangkan alterku tapi... Aku merasa kesepian karena kepergiannya, selama ini dia selalu menjagaku jadi alasanku untuk membencinya sudah hilang." batinnya.

*KEDATANGAN DEMIAN KE MANSION

Tidak ada yang tahu masa depan seperti apa, itulah sebabnya Suga agak terkejut karena pesan dari Reamon mengenai kedatangan Demian untuk menemuinya. Saat masih kecil, dia takut pada kakeknya itu. Demian seperti memiliki aura seorang psikopat, hal itu juga terbukti dengan dirinya yang tega membunuh cucu sulungnya. Tetapi semua hilang sekarang, Suga tidaK
merasakan takut lagi.

Saat dirinya menyambutnya di mansion, dia dapat merasakan bahwa kini tekanan yang diberikan kakeknya sudah benar-benar lenyap dari hatinya. Selama dia dapat meyakinkan dirinya kalau semua akan baik-baik saja, Suga tidak merasakan takut apalagi sampai harus berdebat dengan sang kakek.

"Kakek mau minum wine? Ini kubeli langsung dari Hawaii, kau suka wine dari sana kan?" tanya Suga mengangkat sebotol wine, lalu menuangkannya ke gelas.

"Jangan bersikap seolah kau tidak tau apapun, Floris! Kau..."

"Maaf menyelamu." potong Suga kemudian duduk di depannya. "Namaku kini, Min Yoongi."

"Persetan dengan namamu!" ucap Demian melempar gelas wine yang diberikan cucunya itu. "Cepat berikan Min Company pada Loen Company! Ayahmu membohongiku soal itu."

Suga sama sekali tidak marah, dia malah menghela napas panjang sambil meneguk winenya, "Aku tetap tidak bisa, appa masih hidup dan yang punya kuasa untuk itu hanya dia. Selain itu, aku tidak bisa membiarkan tujuan ayahku gagal kan?"

"Floris!"

"Yoongi! Itu namaku."

"Sepertinya kematian Haghen kurang membuat para Min ini paham rupanya, aku bisa saja membunuh anggota musikmu itu!"

"Apa kau melakukan itu karena berpikir mereka adalah kelemahanku? Mungkin iya bagi appa, tapi tidak denganku! Rasa cintaku pada mereka, termasuk pada seorang wanita yang kucintai... Tidak akan pernah kubiarkan menjadi kelemahanku! Karena mereka juga mencintaiku."

Demian berdecih, lalu tertawa beberapa saat dan menunjuknya, "Cinta?! Setelah mereka tau ibumu gila! Setelah mereka tau kau adalah alasan yang membuat mobil itu untuk menabrak hyungmu! Setelah mereka tau kau adalah alasan dibalik penculikan member grupmu! Apa kau percaya perkataan itu dari mereka?! Idol itu terbiasa menggunakan topeng untuk penggemar mereka! Apa kau pikir itu bukan topeng mereka untuk menjaga mentalmu yang lemah itu?! Sejak lama kau sudah sendirian! Untuk apa kau membalasku kalau akhirnya nanti kau sendirian?!"

"Orang yang tidak mengerti cinta jangan bicarakan cinta padaku! Orang yang tidak mengerti keluarga jangan pernah membawa nama keluargaku! Aku, eomma, Inho hyung, dan appa, bukan lagi bagian dari keluarga Loen! Kami tidak mau menjadi bagian dari seorang manusia menjijikan seperti dirimu!"

"Floris!"

"Kau bisa pergi, kita akan bertemu di pengadilan Belanda."

*SETELAH TELEPON YANG DIA DAPAT DI SWISS

Suga pikir, semua sudah berakhir. Dia pikir setelah mengirim keluarganya ke Kannada dan Amerika Demian tidak akan bisa menyakiti mereka. Tetapi pemikiran itu salah, tepat sebelum kepergiannya ke Belanda, berbagai serangan dari sang kakek muncul. Mulai dari kabar dari pihak rumah sakit Kannada dan Amerika, hingga pesawat yang hampir dinaikinya tiba-tiba meledak. Seketika itu juga amarahnya memuncak, dia meminta bantuan Gracia yang mahir dalam hukum.

Dalam sebulan persidangan itu berakhir, bukti-bukti yang dulunya dikumpulkan Inho berhasil membuat Demian tidak bisa berkutik. Dia serta orang-orang yang terlibat akan dihukum mati, beberapa perusahaan Loen Company juga diambil hingga menyisakan beberapa cabang saja. Namun, sebagai bentuk tanggungjawab pada semua keluarga korban pesawat, Suga menjual semua cabang Min Company hingga menyisakan perusahaan utama yang berada di Daegu.

"Kalian tampak sehat ya?"

Suga mengunjungi penjara dimana semua keluarga Loen yang terlibat berada di sana, terutama kakeknya yang tampak frustasi.

"Tidak disangka para pamanku, bibiku, dan sepupuku juga terlibat."

"Floris...!"

Suga tersenyum menanggapi geraman kakeknya itu, "Jangan khawatir! Aku menjual semua cabang Min Company dan uangnya kuberikan pada keluarga korban pesawat itu, lalu sisa uangnya kuberi untuk Loen Company yang tidak disita. Bagaimana pun ada keluarga kita yang tidak terlibat kan? Aku tidak ingin mereka ikut merasakan kesulitan hanya karena masalah kita."

"Akan kuseret dirimu ke neraka bersamaku, cucu sialan!"

"Iya, iya... Sampai bertemu di neraka! Selamat menikmati hukuman mati nanti juga ya!"

*SETELAH BANG PDNIM KEMBALI KE KOREA

Beberapa hari setelahnya, akhirnya Daeho dan Antonio sadar. Mereka perlu dirawat beberapa hari lagi untuk pemulihan, sementara Daeun akan melahirkan 2 bulan lagi. Jadi Suga memutuskan untuk menunggu sampai calon keponakannya lahir.

"Paman sudah minum obat?" tanya Suga masuk ke ruang inap Daeho.

"Sudah... Kau sudah makan?"

"Hm! Aku tadi menemui Antonio dan Daeun noona dulu, mereka sudah membaik jadi akan pulang lusa tapi paman perlu inap beberapa hari lagi di sini ya? Kami akan sering menjengukmu."

"Lalu, kalian menginap dimana?"

"Di rumah Gracia, paman ingat dia kan? Wanita yang menjengukmu beberapa hari lalu."

"Ah... Tapi, bagaimana dengan agensimu?"

Suga tersenyum, "Jangan khawatir! Bang Pdnim tau ini semua, kau fokus untuk sembuh saja. Abu appa dan eomma juga harus segera diletakkan bersama abu Inho hyung."

Daeho menganggukkan kepalanya, dia tidak ingin keponakannya itu kerepotan lagi. Dia hanya harus istirahat sampai sembuh hingga Suga bisa kembali bekerja seperti dulu. Dia sudah cukup dia melihatnya terluka, dia tidak ingin menjadi salah satu alasannya sedih.

"Harusnya... Aku lebih menjagamu ya?"

"Paman bicara apa? Selama ini paman selalu menjagaku."

"Tapi karena ini juga kau sampai harus pura-pura mati."

"Semuanya sudah takdir, paman... Aku hanya menambah sedikit rencanaku agar kakek tidak menyakiti memberku dan juga Jieun."

"Mereka pasti... Sangat khawatir padamu."

Suga terkekeh, "Jin hyung akan memukulku setelah ini semua selesai, Jieun juga pasti akan sangat marah tapi semua akan baik-baik saja."

"Aku percaya itu, karena kau juga kepercayaan Inho."

Heart Groans (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang