2

14K 614 10
                                    

Aku merasa semua terasa mimpi.
Mimpi yang paling aku benci seumur hidupku.
Mimpi buruk, mimpi menyakitkan, mimpi paling sadis yang pernah ada.
Ah, tidak, tidak, ini bukan mimpi, ini nyatanya. Tapi kenyataan itu sering kali terbawa mimpi.

____________________

"Xabiru aku mohon, anak kita butuh donor darah, aku mohon Xabiru".

"Aku hamil anak kamu Xabiru, kamu lupa kita pernah melakukannya di kantor kamu berkali-kali, tampa pengaman dan kamu mengeluarkannya di dalam??"

"Aku berani bersumpah, Rio anak kamu Xabiru".

"Aku mohon Xabiru, aku cuma minta kamu mendonorkan darah untuk Rio, Rio butuh kamu".

Sarah terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. Mimpi itu lagi, ia sering memimpikan kejadian beberapa bulan lalu, dimana peristiwa kehancurannya terjadi.

Xabiru yang masih terjaga segera mendekati istrinya, memberinya air putih yang langsung Sarah terima dan minum hingga tandas, "Kamu mimpi buruk???" Tanya Xabiru khawatir sembari mengambil gelas kosong lalu meletakkannya di atas nakas.

"Sarah, sayang, kamu gapapa???"

"Gapapa". Ujarnya, ia kembali merebahkan diri, memenjamkan mata. Dadanya kembali sakit terasa dicubit keras, ingatan pengakuan Melisa sering kali hadir dalam mimpinya, membuatnya terbangun tengah malam.

Xabiru hanya terdiam dengan perasaan terluka dan sedih saat melihat istrinya kembali mengalami mimpi buruk. Belakangan ini, ia sering kali mendapati Sarah mimpi buruk bahkan hingga menangis tersedu-sedu.

Xabiru masih memandangi wajah istrinya sampai deru nafas istrinya kembali teratur. Setelahnya, setetes embun keluar dari mata Xabiru, air mata penuh penyesalan dan kesedihan karena telah gagal menjadi suami.

Pernah ia berpikir, kalau ia melepaskan Sarah, apakah istrinya tidak akan seperti ini?? Tapi, setelahnya, bayangan Sarah bersama laki-laki lain membuatnya terasa ingin mencekik dirinya sendiri. Ia tidak bisa, tidak akan pernah bisa melihat Sarah pergi apalagi bersama dengan orang lain.

Xabiru mengusap kepala Sarah kalu beranjak merebahkan diri di samping istrinya memeluk Sarah dengan tubuh bergetar. Kata maaf pun tak pernah ia lupa, ia benar-benar menyesal telah menyakiti istrinya, atau mungkin para malaikat pun mengutuknya karena sudah lancang menyakiti istrinya.

Hanya saat-saat seperti ini ia kembali merasakan hangatnya tubuh sang istri. Rasanya, ia ingin membuat Sarah tertidur setiap saat agar ia bisa memeluk istrinya dengan erat, mendekapnya dan tidak akan melepasnya. Karena saat istrinya terbangun, Sarah menjadi jauh, ada tembok besar yang Sarah bangun diantara mereka.

"Maaf Sarah". Bisiknya parau, tak mampu lagi rasanya menahan sesak di dada tatkala orang yang ia cintai terluka karena dirinya.

________________

"Kak Sarah baik-baik aja???" Cece menggenggam tangan Sarah sembari menatap wajah kakak iparnya yang semakin kurus.

Ia mengerti apa yang Sarah rasakan, melihat Sarah yang tersenyum sayu ia tahu Sarah tidak pernah baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja Ce, aduh ponakan tante nyusunya kuat banget yaa,"

Cece tersenyum melihat putranya yang menyusu dengan kuat, "Mirip Basmal".

Sarah terkekeh, "Basmal juga nyusu kuat banget kayak begini???"

Cece gelagapan, ahh, bukan begitu maksudnya, astaga, ia yakin wajahnya sudah memerah sekarang, "Nggak gitu kak, maksudku wajah Bara mirip Basmal".

Sarah tertawa geli, lucu sekali mengerjai Cece. "Iya, iya aku iyain aja".

Cece mengembungkan pipinya, "Devan dan David mana kak??".

"Mereka lagi main, habis dibeliin mainan baru sama papanya jadi ya gitu".

"Kak Xabiru juga suka beliin anaknya mainan??"

Sarah mengangguk.

"Basmal juga gitu, padahal Bara masih bayi, tapi mainannya udah banyak banget, mana aneh-aneh lagi, masak anak cowok dibeliin mainan cewek yang goyang-goyang".

Astaga, kali ini Sarah tidak bisa menahan tawanya. Iparnya benar-benar ajaib.

"Mas Basmal juga beliin Bara sapi yang bokongnya goyang-goyang, ya Allah kak, Bara kan masih bayi, tapi anehnya Bara malah ketawa waktu liat itu sapi goyang-goyang".

"Hahahaha, kocak banget suami kamu, Xabiru suka beliin Devan dan David mainan, cuma nggak sejenis mainan yang goyang-goyang seperti yang kamu maksud. Ya mobil-mobilan, game, atau mainan yang bisa membuat mereka bisa belajar sambil bermain". Ujar Sarah.

Cece mendesah lelah berhenti menyusui Bara dan merapikan kembali pakaiannya "Kayaknya cuma mas Basmal yang aneh".

Basmal yang baru datang dan mendengar istrinya mengatainya aneh segera mencubit gemas pipi Cece. "Kenapa ngatain aku aneh hemm?".

"Habisnya kamu suka beliin mainan aneh buat Bara, mainan cewek yang goyang-goyang, sapi yang goyang-goyang, aku nggak ngerti sama kamu".

Basmal terkekeh, "Soalnya lucu sayang, dan Bara keliatannya suka kok".

Xabiru menggelengkan kepalanya, adiknya memang suka dengan hal yang aneh. Ia duduk disamping Sarah, memeluk istrinya dari samping. Sarah tidak akan menolak pelukannya saat ada orang lain. Berbeda saat mereka sedang berdua saja.

Jika begini, rasanya ia ingin mengisi rumahnya dengan banyak orang saja.

"Jadi pengen anak bayi kayak Bara ya sayang". Ujar Xabiru pelan.

Sarah menelan ludah, ia tidak ingin, "Sudah ada Devan dan David". Jawabnya tapi terdengar penolakan di telinga Xabiru.

Xabiru berhenti bicara, ia mengeratkan pelukannya sesekali mengecup kepala atau pipi Sarah. Karena momen seperti ini adalah momen langka yang sukar ia dapatkan ketika berdua.

______________
Jangan lupa vote dan komennya❤

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang