5

11.6K 507 25
                                    

Melepaskanmu, rasanya aku asing dengan hal itu, karena secuilpun, aku tidak pernah memikirkan itu apalagi sampai melakukannya.

______________

"Kamu itu harusnya bersyukur dapet suami kayak Xabiru, lagi pula pelakor itu kan nggak minta pertanggung jawaban suamimu, anaknya pun sudah meninggal, kamu aman. Nggak usah belagak minta cerai".

Suara ibunya kembali terdengar, ibunya berkunjung ke rumahnya karena ingin menjenguk kedua cucunya. Sementara Xabiru menemani ayahnya diruang tamu.

Ia menyampaikan maksud keinginannya kepada sang ibu, ia ingin bercerai dari Xabiru. Tapi naas, semuanya sia sia.

"Nggak usah aneh-aneh, anakmu sudah dua, kamu nggak kerja, nggak punya tempat tinggal. Kamu tahu sendiri kan, rumah ibu sudah full, tidak ada kamar lagi untuk kamu tempati seandainya kamu tinggal dengan ibu. Sudahlah, kamu tidak akan bisa apa-apa tanpa Xabiru".

"Banyak wanita yang ingin berada diposisi kamu, seharusnya kamu banyak bersyukur dan sadar diri. Kamu lupakan saja kesalahan suamimu, bertahan saja, jangan jadi wanita bodoh".

Sarah mengerjap, tangannya meremas bajunya dengan kuat untuk melampiaskan rasa sakit. Sakit yang tiada batasnya, ia kembali mendapat wejangan yang mampu membuatnya terasa tak berharga dan tak bisa apa-apa.

"Suamimu sudah banyak membantu kami, memberi kami uang setiap bulan, memberi kami hadiah, membiayai pengobatan bapakmu. Kurang apa dia?? Cuma karena dia tidur dan menghamili wanita lain kamu sudah mau cerai. Edan kamu".

Cuma???
Hanya cuma??

Sarah tersenyum miris, bagaikan kaca yang pecah, hatinya sudah tak terbentuk, hancur. Tak ada yang memihaknya, semua orang menghinanya. Ia tahu, ia memang tidak punya pekerjaan, ia juga tidak punya rumah.

Sarah tahu, ibunya tidak ingin ia tinggal dengan mereka. Ibunya tak mungkin menampungnya yang pengangguran dan tak punya apa-apa seperti dirinya.

"Lupakan saja pemikiran bodohmu itu, jangan sampai bercerai, atau kamu bukan anakku lagi karena sudah tidak nurut dengan wanita yang merawatmu".

Tangis Sarah kembali pecah saat ibunya keluar dari kamarnya, ia menutup mulutnya menahan isakan. Ya Tuhan, kenapa semua orang tega padanya? Kenapa tidak ada satupun yang memahami posisinya.

_______________

Semakin hari, rasanya ia tak mengenai istrinya. Sarah memang sudah bisa tersenyum, tidak menolak pelukannya atau kecupannya dikening saat ia akan berangkat dan sepulang bekerja.

Ia senang, tentu saja. Tapi, entah kenapa ia merasa jika apa yang istrinya tampilkan terlihat palsu. Ia tidak menemukan binar kebahagiaan dimata istrinya.

Sinar cahaya matanya redup, tidak secerah dulu.

"Kamu mau sesuatu??"

Sarah menggeleng. Saat ini kedunyan sedang berada di acara pernikahann rekan bisnis Xabiru. Nafsu makannya memang masih sangat miris sampai saat ini.

Tak heran, banyak yang mengomentarinya semakin kurus tapi justru semakin seksi karena lekuk tubuhnya menjadi lebih ramping.

"Sarah".

Sarah mengernyit saat sosok laki-laki mengenakan celana hitam dipadukan dengan kemeja batik yang memberi kesan manis, hingga matanya membelalak saat menyadari jika laki-laki di depannya adalah sahabatnya, "Pram".

Pram terkekeh geli saat melihat sahabatnya terkejut seperti melihat hantu. "Senang bisa bertemu kamu lagi" ujar Pram dengan suara lembut khas Pram sekali.

Sarah tersenyum lebar, "Kapan pulang dari luar negeri?"

"Seminggu yang lalu".

Xabiru berderhem, menatap datar laki-laki yang sejak dulu menjadi saingannya. Laki-laki di depannya ini, adalah sahabat dekat istrinya yang sering membuatnya dongkol setengah mati.

"Mas, kamu ingat kan sama Pram, di..."

Belum sempat Sarah melanjutkan ucapannya, Xabiru sudah memotongnya lebih dulu, "Ingat sayang" bagaimana mungkin ia lupa dengan orang yang sering membuatnya cemburu sampai ia bergerak cepat mempersunting Sarah meski saat itu ia masih belum lulus kuliah.

Pram tersenyum tipis, suami sahabatnya masih sama. Tetap cemburu dengannya. Padahal, sudah jelas jika Sarah miliknya.

"Apa kabar Xabiru??"

"Baik". Sahut Xabiru singkat, Sarah yang mendengar respon suaminya hanya memutar bola mata malas. Rupanya Xabiru masih sama saja, ia selalu ketus dan terlihat memusuhi Pram.

"Oleh-oleh buat aku mana??"

Pram tertawa geli, rupanya Sarah masih mengingat oleh-oleh yang akan ia janjikan.

"Masih inget aja sama oleh-olehnya, ada dirumah, nanti kamu bisa main-main kerumah sama anak-anak. Aku duluan ya, aku nggak bisa lama-lama, bye Sarah sampai ketemu nanti". Pram mengacak rambut Sarah singkat lalu pergi.

Xabiru mengeram, sial, berani sekali orang itu mengacak rambut istrinya di depan suaminya. Brengsek! Xabiru merapikan rambut istrinya dan mengecupnya pelan, "Kamu nggak boleh kerumah dia Sarah, aku nggak ngijinin kamu ketemu sama dia".

Sarah sudah mengira, jadi ia tak heran. Xabiru memang selalu seperti ini.

"Aku bisa ngasih hadiah yang jauh lebik baik dari dia".

"Kamu aneh, aku nggak ngerti kenapa dari dulu kamu nggak suka sama Pram".

"Karena dia suka bikin aku cemburu".

Sarah mendesah lelah. Tingkat kecemburuan Xabiru memang sudah level maksimum. 

______________
Jangan lupa vote dan komennya❤

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang