34

6.6K 272 17
                                    

Sarah melirik Xabiru yang sedari tadi senyum-senyum tidak jelas selepas keluar dari pemeriksaan kandungannya. Bukan gimana, ia sungguh takut, mantan suaminya ini jadi kerasukan setan di rumah sakit. Ergh, menyeramkan.

"Hari ini, Mas seneng banget,"

Sarah diam, tidak menjawab, ia lebih memilih menyaksikan kendaraan diluar sana.

Kalau saja, tidak ada masalah menyesakkan dalam rumah tangganya bersama Xabiru, mungkin ia akan merasakan kebahagiaan yang sama seperti Xabiru rasakan.

Tapi, bukan berarti ia tidak bahagia aakn kehamilannya. Ia bahagia, sangat! Tapi, dadanya terasa sesak saat mengingat kejadian pahit kemarin-kemarin.

"Lain kali, kalau mau periksa kandungan, kamu bisa hubungi aku sayang".

Sarah menoleh, menatap Xabiru "memangnya kamu siapa?" Ujarnya sengit.

"Suami kamu" sahut Xabiru melirik Sarah yang mendengus memutar bola mata malas. Kok, gemas ya, aishh, Xabiru benar-benar ingin menggigit wanitanya.

Sarah berdecak, "otak kamu perlu direfresh, ngaku-ngaku banget, aku nggak punya suami, statusku sekarang adalah janda cantik".

Xabiru mengerutkan kening, 'janda cantik?' Ia tentu setuju dengan kata 'cantik' ya karena memang benar, Sarah cantik. Tapi, untuk kata 'janda', kok dia keberatan ya?

"Nanti juga jadi istri aku lagi".

"Hah??" Sarah menganga, "ogah".

Xabiru tertawa, Sarah jadi bingung, padahal kan, tidak ada yang lucu. Urgh, Xabiru sepertinya memang sudah sinting.

"Kamu kok makin gemas ya sayang? Beneran deh, apa ini bawaan dari kehamilan kamu, atau bagaimana?"

Duh, Sarah makin menatap Xabiru aneh. Gemas dari mananya sih? Urgh!

"Aku nggak ngerti kamu ngomong apa, terserah kamu deh, mau bilang aku gemas, galak, terserah. Aku pusing, pengen makan rujak mangga di kulkas, mau rebahan".

"Mau pulang ke rumah kita??? David sama Davin kangen mamanya loh sayang".

Mengingat kedua putranya, Sarah menjadi mendung, ia merindukannya, sangat!

"Tapi..."

"Kalau kamu capek gapapa, besok aja kita pulang ke rumah, sekarang David sama Davin juga ada di rumah Basmal, besok pagi kita jemput bareng-bareng. Gimana??"

"Mas?"

"Hem?? Kenapa? Butuh sesuatu? Atau kepengen sesuatu?"

Sarah menggeleng, "kamu sering nitipin anak aku di rumah Basmal??"

Xabiru terdiam sejenak, "anak kita sayang!, nggak juga, aku nggak sesering nitipin mereka, aku nitipin mereka cuma kalau lagi ada banyak kerjaan, dan lagi sibuk ngebujuk mamanya yang suka ngambek aja" ujarnya sembari tersenyum usil, menatap Sarah.

Sarah menundukkan wajahnya, memilin ujung dress selutut yang ia kenakan. Entah mengapa, perasaannya menjadi sedih, sedih karena ia merasa gagal menjadi seorang ibu.

Melihat kedua putranya yang berada di rumah Basmal, ia menjadi kasian. Ia tahu, Basmal dan Cece pasti sangat-sangat menjaga kedua putranya dengan baik, Basmal dan Cece sangat baik. Tapi, ia hanya takut kedua putranya merepotkan Cece dan Basmal.

"Davin dan David baik-baik aja sayang, ada bibi juga yang jagain mereka juga" Xabiru mengusap pipi tembam istrinya gemas, "aku janji, besok kita jemput mereka, sekarang kamu istirahat dulu. Oke?".

Sarah diam, tapi ia mengangguk.

****

"Mas, ngiris mangganya jangan tebel-tebel, aku maunya yang tipis".

"Iya sayang" Xabiru menuruti perintah wanitanya dengan sabar, tadinya, Sarah memintanya mengiris agak tebal, katanya terlalu tipis, tapi sekarang, malah ingin yang tipis. Sabar, sabar, untung sayang!

"Xabiru, ngirisnya jangan tipis banget kayak gini, kamu niat nggak sih ngirisin mangga buat aku?" Sarah kembali misuh-misuh sembari memasukkan mangga muda dan sambal ke dalam mulutnya.

Xabiru mengerjap, lalu menghela nafas, "niat banget sayang, aku ngirisnya pakek hati loh".

Sarah mencebikkan bibirnya, "agak tebelin dikit ngirisnya, 3 cm aja".

What?? Xabiru menatap wanitanya dengan tatapan sulit di artikan. Perihal irisan mangga loh ini, kenapa harus segitunya, harus 3 cm segala. Astaga!

"Xabiru ih, kok berhenti?"

"Sayang, ini harus banget 3 cm?"

Sarah mengangguk, "iya, di kira-kira aja ngirisnya, tebalnya 3 cm, cepet, ini kemauan anak aku".

Xabiru tersenyum, sepertinya anaknya sangat usil pada dirinya. Tapi, tidak masalah, ia akan menuruti apapun yang wanitanya inginkan. Kecuali jangan memintanya untuk pergi. Itu sama sekali tidak akan pernah ia lakukan.

****

Xabiru mengusap pipi wanitanya penuh sayang, setelah rujak mangga dan persoalan irisan mangga yang harus 3 cm selesai, Sarah sudah merebahkan diri di sofa, depan TV. Perutnya kenyang, karena tadi, ia juga sudah makan nasi goreng dan cemilan.

"Mas, mending kamu pulang deh" ujar Sarah sembari mengamati Xabiru yang sibuk memijat kakinya yang lumayan pegal.

"Kenapa?"

Masih tanya kenapa? Uh, Xabiru ini tidak sadar apa bagaimana ya?

"Kamu nggak boleh disini, kita bukan muhrim".

"Yaudah, besok kita jadi muhrim aja sayang".

"Nggak!".

Xabiru mengerucutkan bibirnya, "tapi aku masih mau disini sayang, mau sama kamu terus, gimana??"

Ergh, "aku nggak enak sama Pram".

Xabiru mengernyit, kenapa dengan Pram? Ingat ya, meskipun Pramudya itu sudah banyak memberi tahu kebenaran dan sangat membantunya, bukan berarti ia sudah berhenti menganggap Pram itu bukan saingannya dan ia tidak cemburu dengan Pram.

Ia masih cemburu, sangat!.

"Kenapa harus nggak enak sama Pram?"

"Aku disini cuma numpang mas".

Oh karena itu, "yaudah, besok aku beliin apartemen, atau mau aku beliin rumah aja sayang, gimana?? Kamu tinggal pilih mau yang mana".

Sarah berdecak, "sekalian aja beliin aku kos-kosan, aku mau jadi ibu kos".

"Boleh, ide bagus, nanti aku urus sayang, kamu tenang aja".

Hah? Sarah mengerjap, lalu memijat keningnya, dia kan nggak serius mengucapkan ini.

"Duh, kepalaku pusing, mending kamu pulang".

"Loh, mau aku pijetin kepalanya, atau gimana sayang? Sayang aku nggak mau, nggak mau pulang, aku maunya disini, nemenin kamu".

Sarah mendesah lelah, "nggak usah, yang ada kepalaku makin pusing, terserah, aku mau tidur di kamar, kamu tidur disini" ujarnya lalu berdiri beranjak meninggalkan Xabiru.

Xabiru berjengit kaget saat mendengar suara bedebum pintu dan selanjutnya dikunci dari dalam. Ergh, astaga, kenapa Sarahnya jadi galak begini ya. Xabiru mengusap dadanya, menguatkan diri, nggak masalah dia tidur di sofa depan TV, yang penting, ia bisa dekat dengan Sarah, menjada wanitanya dan anaknya.



_________________
Jangan lupa vote dan komennya yaaa❤❤ makasi sudah membaca❤.

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang