6

11K 445 15
                                    

Kamu boleh saja membohongi orang lain,  mengatakan bahwa kamu baik-baik saja. Tapi tidak denganku, karena aku tahu, kamu sama sekali tidak baik-baik saja.

________________

"Kalaupun Pram ingin merebut aku dari kamu, dia udah ngelakuin ini dari dulu mas. Kamu pikir aku wanita seperti apa? Aku nggak mungkin berhianat. Pram, sudah seperti kakak untukku, dia sudah banyak membantuku".

Nafas Sarah memburu, ia benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikir Xabiru.

"Kamu nggak tahu rasanya jadi anak tengah, kurang mendapatkan kasih sayang, selalu dimarahi, selalu serba salah. Pram dan keluarganya selalu menampungku saat aku dimarahi sama ibu dan ayah, aku nggak bisa menjauh dari Pram dan keluarganya mas, karena mereka banyak memberiku perlindungan". Ujarnya lemah.

"Perlindungan mereka berharga buatku, kamu nggak tahu bagaimana masa sulitku ketika aku kecil. Pram dan keluarganya yang melindungiku".

Xabiru memandangi wajah istrinya yang hancur karena riasan diwajahnya yang sudah luntur.

"Maaf". Xabiru terlalu cemburu, ia sangat mencintai Sarah, melihat Pram yang kembali datang dari luar negeri karena menempuh pendidikannya membuat ia takut setengah mati.

Pram, laki-laki yang paling dekat dengan Sarah selain dirinya. Ia akui, Pram adalah sosok yang banyak diidamkan oleh jajaran para wanita. Lemah lembut, penyayang, dan poin pentingnya, laki-laki itu belum pernah mendaparkan label buruk seperti dirinya.

Ia merasa, takut, takut bagaimana jika istrinya tiba-tiba menyukai Pram. Kalau Pram, tidak perlu ditanya lagi, laki-laki itu sudah pasti mencintai istrinya setengah mati. Ia laki-laki, ia sudah pasti tahu betul bagaimana gerak-gerik laki-laki yang menyukai wanita.

"Pramudya, sahabat aku dari kecil mas, aku harap kamu ngerti, sebagaimana kamu meminta aku mengerti saat Melisa datang kecini meminta kamu ke rumah sakit karena putra kalian".

Xabiru menatap istrinya nyalang, tenggorokannya terasa sakit saat mendengar penuturan istrinya. Seberapa keras istrinya terlihat baik-baik saja, kenangan menyakitkan soal perbuatannya tak bisa istrinya hapus begitu saja dari ingatannya.

"Maaf sayang". Hanya kata maaf yang ia bisa ucapkan. "Aku cuma terlalu cemburu dan takut kehilangan kamu".

Sarah mengigit bibir bawahnya, "Kecemburuan kamu nggak berdasar mas, aku sama Pram nggak pernah melakukan hal yang kamu.." Sarah tercekat, ia tak mampu melanjutkan ucapannya karena sama saja ia merajam hati dirinya sendiri.

"Aku lelah, aku mau membersihkan diri dan beristirahat". Ujar Sarah akhirnya, meninggalkan Xabiru yang tertunduk lessu memandangi istrinya yang berjalan ke kamar mandi membersihkan diri.

______________

Keesokan harinya,

Hari ini Sarah sudah berada di rumah Pram, tentu saja bersama kedua putranya selepas ia menjemput Devan dan David dari sekolah. Ah, jangan tanya apakah ia izin atau tidak kepada Xabiru, maka jawabannya adalah tidak.

Kalaupun izin, suaminya itu tak akan mengijinkannya. Alasannya klise, cemburu kepada Pram. Aneh sekali.

"Kamu kenapa nggak bilang dulu mau kesini? Tau gitu aku jemput". Ujar Pram sembari meletakkan jus kacang hijau, minuman favorit Sarah.

Sementara Devan dan David sudah sibuk bermain dengan kedua orang tua Pram di halaman sembari menanam tanaman hias. Keluarga Pram memang penyuka tanaman hias, bahkan rumah Pram dipenuhi banyak tanaman yang Sarah tak tahu jenis dan namanya apa.

"Aku nggak punya nomor kamu, maaf".

Pram tergelak, ia sudah mengerti. Pasti suami sahabatnya yang menghapus nomor handfhonenya. "Xabiru masih aja suka cemburu sama aku ya".

Sarah mengangguk membenarkan, "Betul, tapi mas Xabiru nggak bermaksud membenci kamu kamu atau gimana. Maaf ya, tapi nomorku tetap sama kok, kamu bisa chat aku".

Pram mengangguk, nanti ia akan mengirimi Sarah pesan. "Aku ngerti kok. Tapi Sarah, aku perhatiin kamu semakin kurus, atau ini hanya perasaanku?"

Sarah tersenyum, matanya menatap kedua anaknya yang tertawa riang menanam tanaman hias. Anak itu sudah menganggap kedua orang tua Pram seperti kakek dan neneknya sendiri, pun orang tua Pram yang menganggap kedua putranya seperti cucu mereka.

"Kayaknya iya, aku juga merasa aku makin kurus".

Pram memandang sahabatnya lekat, mata itu terlihat redup tak memancarkan kecerahan seperti yang ia tatap beberapa tahun yang lalu. Karena dulu, Sarah nampak bahagia, menggenggam tangan Xabiru penuh cinta dan bahagia.

Maka, untuk menghindari rasa sakit, ia kembali meneruskan pendidikannya sembari bekerja di luar negeri. Katakanlah ia pengecut, tapi ia sama sekali tak baik-baik saja saat Sarah menjadi milik Xabiru secara sah.

"Kamu baik-baik aja???"

Sarah mengangguk, tapi matanya tak bisa bohong. Pram, mengenal Sarah sejak kecil, sejak anak itu sering menangis karena dimarahi ibu dan ayahnya perihal masalah kecil.

Seperti, lupa menyapu, membuat adiknya menangis atau karena Sarah memakan makanan kesukaan milik saudaranya entah itu sang kakak atau adiknya. Saat itu, ia dan kedua orang tuanya sering mengajak Sarah untuk menginap dirumahnya ketimbang wanita itu mendapat amarah dari kedua orang tuanya.

Karena jujur saja, Pram tidak tega melihat Sarah terluka, baik fisik dan batin. Ia akan membuat perhitungan kepada siapapun yang sudah menyakiti Sarah.

"Aku baik-baik aja, cuma belakangan ini nafsu makanku lagi berkuran aja".

"Stress? Banyak pikiran?? Bener kan???" Pram menggeleng, nampaknya Sarah masih sama seperti dulu, "Kebiasaan, dari dulu nggak pernah berubah, jangan semuanya dipikirin Sar, itu nggak baik".

Sarah mengelak, "Aku nggak stress, cuma emang lagi...."

Pram memotong ucapan Sarah, "Aku kenal kamu berapa lama sih? Kamu nggak bisa bohongin aku begitu aja, mata kamu nggak bisa bohong Sarah".

Sarah diam, tak berani menjawab. Karena apapun yang Pram katakan, semua benar. Jadi ia tak bisa menyangkalnya lagi.

_____________
Jangan lupa vote dan komennya. ❤

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang