Anehnya kadang, kita akan selalu berusaha menyembunyikan keburukan orang yang kita cintai.
________________
Sarah memandangi pantulan dirinya di cermin, bercak kemerahan menguasai area leher dan dadanya, belum lagi dibagian lain. Mengingat perlakuan Xabiru, ia merasa kecewa, sangat.
Ia tak mau, lebih tepatnya belum siap melakukan itu. Bayangan Xabiru yang menyentuh wanita kerap kali menghantuinya lalu ia terluka setelahnya.
Sebenarnya tak masalah jika Xabiru melakukannya sebelum mereka menikah, itu termasuk bagian dari masa lalu Xabiru. Tapi, ini, berbeda, Xabiru menjadi miliknya, suaminya.
Bohong kalau Xabiru tak menikmati kegiatannya dengan Melisa. Jika Xabiru tak menikmati, bagaimana mungkin Xabiru mengeluarkannya di dalam, melakukannya berkali-kali sampai Melisa hamil.
Sarah terkekeh, tapi sialnya air matanya mengalir namun buru-buru ia menghapusnya kasar. Sialan sekali! Ia benci kenapa dirinya bisa selemah dan tak berdaya seperti ini.
Ia melihat Xabiru di cermin, tengah berdiri de belakangnya dengan mengenakan handuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Tangannya terulur memeluk pinggangnya posesif, mengecup bahu polosnya.
"Aku minta maaf sayang". Xabiru menyesal, sungguh.
Sarah diam. Dan Xabiru tau, istrinya marah.
"Saat kamu melakukannya denganku, apa kamu memikirkan Melisa??"
Xabiru melonggarkan pelukannya, dahinya mengernyit, maksudnya gimana? Memikirkan Melisa?
"Apakah kamu membayangkan Melisa saat..." Sarah tak mampu melanjutkan.
Xabiru mengerti, "Nggak sama sekali, aku nggak pernah membayangkan wanita manapun. Kamu selalu denger kan, aku selalu mendesahkan nama kamu. Sayang, kamu tetap paling luar biasa buat aku".
Tapi sayangnya, Sarah sama sekali tak percaya akan hal itu.
"Aku pengen program adek untuk Devan dan David, aku pikir mereka berdua udah pas untuk memiliki adek lagi".
Sarah menggeleng, melepas pelukan Xabiru. "Aku nggak mau mas".
Dada Xabiru berdebar, ada perasaan sedih dihatinya. "Sarah".
Sarah menggeleng, "Aku nggak siap. Kamu baru aja kehilangan anak kamu dengan Melisa. Aku masih belum siap untuk hamil lagi, mentalku, hatiku, semua masih nggak baik-baik aja".
Xabiru terdiam, kecewa. Tapi, ia tak punya kuasa untuk memaksa. Hingga senyuman tipis terbit di bibirnya meski hatinya penuh luka, "Oke sayang gapapa, kita tunda aja dulu" ujarnya sembari mengelus pucuk kepala istrinya.
_________________
Sarah memilih menghabiskan waktu di dalam kamar, merebahkan diri sembari membaca beberapa novel yang ia sukai. Sementara Xabiru, laki-laki itu sudah pergi ke kantor beberapa menit yang lalu.
Sebetulnya, ia ingin belanja ke moll, menghabiskan uang Xabiru dan membeli beberapa hal yang ia butuhkan. Tapi, sumpah demi apapun, tubuhnya lemas, bagian sensitifnya masih sakit dan ergh gaya jalannya sangat memprihatinkan.
Belum lagi, beberapa bekas kissmark diarea tubuhnya yang benar-benar membuatnya semakin kesal saja kepada Xabiru.
Kedua putranya sudah Xabiru urus, kedua putranya memang tidak rewel dan sudah mandiri. Mereka berdua sangat pengertian dan tak banyak bertanya saat Xabiru mengatakan dirinya kurang enak badan.
Tapi, tadi, sebelum kedua putranya berangkat sekolah, mereka menjenguknya di kamar, mengecup pipinya dan mengatakan "Semoga cepat sembuh mama, love you". Sarah tersenyum mengingatnya. Kedua putranya adalah penyemangatnya.
Sarah mendesah, meregangkan ototnya yang kaku. Hingga suara getar handfhonenya cukup membuatnya kaget dan ia langsung mengangkatnya. Pasalnya, ia cukup mengenal nomor tersebut.
Halo Sarah, ini aku Pram.
Oh, gaya Pram sekali, lelaki itu memang anti basa basi. Sarah tak heran.
"Ya Pram? Kenapa??"
Bisa bicara sebentar? Ada yang perlu aku bicarakan.
Ahh, bagaimana ini, Sarah menggigit bibir bawahnya, dilema. Tapi, mungkin saja itu penting.
"Di cafe dekat sekolah anak-anakku ya. Eum sekalian aku mau jemput mereka".
Oke, apa perlu aku jemput??
Oh tidak, "Nggak perlu Pram, kita langsung ketemu di cafe aja".
Oke, hati-hati Sarah.
Sarah menghembuskan nafas memutus sambungan lalu mulai bersiap-siap, meski sebetulnya ia masih lemas. Tapi, ia benar-benar penasaran akan apa yang ingin Pram bicarakan.
______________
"Are you oke? Kamu habis jatoh atau gimana? Cara jalan kamu agak tertatih, kamu gapapa??"
Sarah meringis, lalu duduk dikursi, berhadapan dengan Pram. Tak mungkin juga kan, dia menjawab, aku habis disetubuhi habis-habisan sama Xabiru, Pram. Ah, terdengar sangat menggelikan.
"Aku baik-baik aja Pram, cuma kakiku agak sedikit sakit karena keseleo". Bohongnya.
"Kenapa nggak bilang kalau kamu lagi sakit, tau gitu, kamu nggak perlu kesini, biar aku yang ke rumah kamu".
Sarah bergidik, tak bisa dibayangkan bagaimana marahnya Xabiru jika melihat Pram berkunjung ke rumah. Suaminya itu, benar-benar selalu ingin berperang saat bertemu dengan Pram, ia tak tahu mengapa.
"Aku baik-baik aja Pram, beneran, kamu udah pesan makan?"
Pram menggeleng, "Aku nunggu kamu".
"Pesan makan dulu ya, tapi kamu yang traktir".
"Memangnya dari dulu kamu pernah traktir aku makan?"
Sarah tergelak, "Nggak sih, soalnya aku penikmat gratisan dan si paling suka ngabisin uang kamu".
Pram ikut tersenyum, Sarah memang memiliki sifat agak aneh suka sekali membuatnya terheran-heran akan tingkah lakunya, tapi ia pun tak masalah ketika Sarah berbuat demikian. "Pesan aja apa yang kamu mau, sama cafenya sekalian".
Sarah mencebik, "Mentang-mentang udah kaya raya sekarang nih".
Pram hanya tersenyum singkat mulai memesan makanan kepada waiters.
"Kamu mau ngomong apa???"
"Soal Xabiru".
"Kenapa sama Xabiru??"
Pram menghela nafas, "Xabiru punya anak dengan wanita lain. Apa itu benar??"
Sarah menelan ludah, sejak kapan Pram tahu? "Kamu tahu dari mana?? Gausah dengerin gosip yang nggak-nggak Pram, kamu tau sendiri kan, nggak semua gosip itu be..".
"Ibu nggak mungkin berbohong Sar".
Sarah kicep, tak tahu harus bagaimana jika Pram sudah mengetahui dari ibunya.
"Aku sudah tahu Sarah, dan kamu menyembunyikan semuanya dari aku. Bukannya sudah aku katakan, siapapun yang menyakiti kamu, kamu harus bilang sama aku".
"Tapi ini beda Pram, Xabiru suamiku".
"Memangnya kenapa kalau dia suami kamu?"
"Aku harus menghormatinya dan masalah rumah tangga kami, biar menjadi urusan kami".
Telak, Pram tak bersuara, tapi hatinya retak. Ia kembali tersadar, jika wanita di depannya memang sudah menjadi milik Xabiru sepenuhnya. Tak terkecuali saat Xabiru menyakitinya, rupanya Sarah masih sangat menghormati dan menjaga nama baik suaminya. Pram sangat iri.
____________
Jangan lupa vote dan komennya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRU (Sarah xaBiru) (END)
RomanceFakta mengejutkan membuat Sarah tak mampu memijaki bumi dengan tegap. Kehadiran wanita yang meminta suaminya untuk mendonorkan darah untuk putra mereka membuat Sarah tertawa barangkali wanita itu bermimpi disiang hari sampai menyatakan hal lelucon s...