12

8.9K 398 12
                                    

Jika perpisahan adalah jalan terbaik, maka aku akan melakukannya untukmu.

______________

"Safir, tolong carikan gue pengacara terbaik"

"Lagi ada masalah sama perusahaan? Perasaan gue lihat, perusahaan baik-baik aja".

Xabiru mendesah lelah, "Gue mau ngurus perceraian gue sama Sarah, dan gue mau semuanya dipermudah dan dipercepat".

Safir tersedak, kebetulan ia sedang menikmati kopi yang sedikit panas karena baru saja dibuatkan oleh Lionel, sekretaris Xabiru itu pintar sekali meracik kopi.

Tapi, mendadak kopi buatan Lionel terasa kurang nikmat, sialan sekali, lehernya terasa panas dan ia terbatuk hingga matanya berair.

"Lo masih sehat kan?" Tanya Safir saat batuknya mulai reda.

Xabiru mengangkat bahu, ia sehat tapi hatinya jauh dari kata sehat.

"Pikirkan lagi bro, gue..."

"Gue udah memikirkan ini berkali-kali".

"Biru, lo bakalan kehilangan Sarah... lo pikirkan lagi deh, Devan dan David masih butuh kalian, setiap anak butuh orang tua yang lengkap. Kalau lo pisah, lo nggak akan ketemu sama Devan dan David secara intens".

"Siapa bilang???"

Safir mengernyit, melihat Xabiru yang terdenyum miring.

"Hak asuh Devan dan David harus jatuh ke tangan gue". Ya benar, kedua putranya harus bersamanya.

Bukan niatnya untuk memisahkan Sarah dan kedua putranya, tapi setidaknya Sarah kembali berpikir lagi untuk hubungan pernikahan mereka. Karena, jika mereka bercerai, maka Sarah yang tak akan bisa bertemu kedua putranya dengan intens.

"Ini berat banget buat Sarah bro".

Memang, "Iya, gue tahu, makannya Sarah harus memilih".

_____________

Tiga hari berlalu, selama itu pula Xabiru tidak pulang ke rumahnya. Ia sibuk mengurus surat perceraian dan kali ini ia sudah mengenggam surat keramat yang membuatnya menjadi manusia tak berdaya.

Tiga hari tidak pulang, tentu saja ia sangat merindukan kedua putranya dan Sarah, ibu dari putranya. Hanya tiga hari, ia sudah merindukan wanita itu, apalagi jika sampai berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun?

Xabiru merasakan sakit dilehernya saat menelan ludah, ia masuk ke dalam kamar melihat sang istri yang tengah menyisir rambut panjangnya yang tergerai indah. Biasanya, ia yang selalu menyisirkan rambut cantik istrinya.

Sarah meletakkan sisir ke tempatnya, memandangi Xabiru yang mendekat. Ia tidak tahu kenapa ia menjadi segugup ini setelah tiga hari tak bertemu dengan Xabiru.

"Hai". Sapa Xabiru hangat yang dijawab senyuman tipis dari Sarah. Karena jujur saja, ia tidak tahu akan merespon seperti apa.

Xabiru memberikan map yang ia pegang yang langsung Sarah terima. Dilihatnya surat cerai yang sudah Xabiru tanda tangani. Namun, ia tak menyangka jika Xabiru kali ini sangat egois saat ia meminta hak asuh kedua putranya jatuh ke tangan Xabiru.

"Devan dan David akan tinggal bersamaku, aku nggak mengijinkan kamu membawa mereka, tapi aku mengijinkan kamu mengunjungi mereka. Aku berjanji akan menjamin semua kebutuhan mereka, kamu nggak perlu khawatir akan hal itu".

Batin Sarah terluka, ia tahu, ia memang bukan orang kaya, ia hanya pengangguran dan berasal dari keluarga pas-passan. Perkataan Xabiru seolah mempertegas bahwa dirinya tak akan bisa menjamin semua kebutuhan kedua putranya dengan kondisi dirinya yang pengangguran.

Ia sadar akan hal itu, "Aku tahu, dengan keadaanku yang seperti ini, kamu nggak akan yakin aku bisa memenuhi kebutuhan Devan dan David. Aku mengerti" Sarah tersenyum tipis terpaksa, hingga ia mengambil bolfen dan membubuhkan tanda tangan diatas surat cerai itu dengan hati terluka.

"Aku percaya, Devan dan David akan bahagia bersama kamu dari sisi finansial dan apapun yang mereka inginkan akan terpenuhi. Tapi, aku juga ingin memiliki waktu bersama mereka".

"Sebulan sekali". Ujar Xabiru, ini pernyataan.

Sarah menggigit bibir bawahnya, lalu mengangguk kaku. Xabiru mengepalkan tangannya, tak menyangka jika sang istri menyetujui segala keinginannya dengan mudah.

Sekuat itukah keinginan istrinya untuk berpisah darinya?

"Aku talak kamu Sarah". Ujarnya dengan nada bergetar, dan saat itu pula ia menyadari bahwa wanita cantik di depannya bukan lagi menjadi istrinya.

Sarah tersenyum tipis, begini kah akhir dari pernikahannya? Tapi, setidaknya, ia tak lagi dihantui perasaan terluka setiap kali melihat Xabiru yang pernah menyentuh dan disentuh wanita lain. Memikirkannya sudah membuatnya sesak bukan main.

"Tidurlah, sudah malam, aku akan berada di ruang kerja". Xabiru tersenyum tipis lalu pergi begitu saja.

________________
Jangan lupa vote dan komennya❤

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang