21

8.1K 378 24
                                    

Kalau kamu tidak bisa jauh dengannya, lalu kenapa melepasnya??

________________

Pram menatap Sarah yang baru saja keluar dari mobil mantan suaminya. Ia memilih tetap di dalam mobil memperhatikan keduanya yang berinteraksi. Ah, ralat, lebih tepatnya, Xabiru yang banyak bicara sementara Sarah hanya merespon seadanya.

Setelah Xabiru pergi, barulah ia keluar dari mobil, menampakkan diri di depan Sarah yang menatapnya dengan tatapan gugup.

"Menginap dirumah Xabiru???"

Sarah gelagapan, bingung hendak menjawab apa. Tapi, pada akhirnya, Sarah mengangguk membernarkan. "Anak-anak butuh aku Pram".

Ergh, Pram mengangguk kaku, ia tidak punya hak untuk bertanya lebih lanjut. Sekalipun ia ingin.

"Wajah kamu pucat, kamu baik-baik aja??"

"Habis mual dan muntah, karena masuk angin kayaknya".

"Nggak usah masuk kerja saja, aku berangkat sendirian ke kantor".

Sarah mendelik, "Nggak! Yang bener aja Pram, aku masih pegawai baru udah mau izin nggak masuk. Aku nggak papa, udah sehat, aku mau ganti baju dulu sebentar". Ujarnya lalu pergi begitu saja masuk ke dalam kossan, mengganti pakaian.

Pram hanya memandangi kepergian Sarah, lalu masuk ke dalam mobil, menunggu Sarah disana.

________________

Pram melirik Sarah yang sedari tadi terlihat tidak nyaman. Wajahnya juga masih terlihat pucat.

Tapi, meminta Sarah pulang untuk istirahat, rasanya percuma. Wanita itu tidak akan mengikuti titahnya. Sarah itu keras kepala.

"Pram".

"Hmm???"

"Aku, pusing". Sarah mengeluh, kepalanya terasa berat, astaga, padahal kemarin ia baik-baik saja.

Jika sudah begini, Pram tahu, Sarah benar-benar sakit. Pram mendekati Sarah, "Kita ke dokter".

Sarah menggeleng, membayangkan bau obat-obatan di rumah sakit, benar-benar membuat perutnya bergejolak, Sarah bergidik lalu menggeleng tegas. "Nggak usah Pram, aku nggak suka bau rumah sakit".

Pram menghela nafas, "Oke, nanti aku panggil dokter ke  apartemen. Kamu tinggal di apartemenku aja".

"Pramm...."

"Aku nggak akan biarin kamu tinggal di kossan kalau keadaan kamu kayak gini, nurut sama aku bisa kan?" Ujar Pram gemas sekali dengan Sarah, "Ayo kita pulang" katanya tegas tanpa ingin dibantah.

"Tapp..."

Astaga, Pram memijat pelipisnya, "Kenapa lagi Sarah?? Hmm??? Kamu mau bilang nggak enak sama karyawan lain? Iya?? Itu biar jadi urusan aku. Kamu nggak perlu memikirkan itu".

Pram meraih pergelangan Sarah dan membawanya keluar. Sarah hanya menurut saja, ia benar-benar pusing, dan butuh istirahat.

______________

"Mual lagi????" Tanya Pram khawatir saat melihat Sarah keluar dari kamar mandi dengan kondisi pucat pasi. Ia segera mendekati Sarah, membantu Sarah untuk merebahkan diri di ranjang.

"Aku nggak bisa makan Pram, rasanya nggak enak".

"Mau sesuatu? Makanan lain mungkin? Atau apa??"

Sarah menggeleng, rasanya ia ingin menangis. Pram mengelus puncak kepala Sarah "Sebentar lagi, Bobi datang, sabar ya".

Pram sedikit kesal dengan Bobi, teman semasa kuliahnya yang menjadi dokter, kenapa pula anak itu lama sekali. Padahal,  ia sudah menghubungi Bobi satu jam yang lalu.

Beberapa menit kemudian, handfhone Pram bergetar, panggilan masuk dari Bobi yang mengabarkan jika diirinya sudah berada di depan apartemen. Dengan segera, Pram membuka pintu apartemen.

"Lah?? Lo kok baik-baik aja? Gimana sih? Lo sakit apaan emang??" Ujar Bobi heran saat  melihat Pram sehat dan baik-baik saja.

"Bukan gue yang sakit".

"Lah terus????"

"Sarah".

Bobi ber-oh ria dan mendadak ia mendelik saat menyadari satu hal. "Sarah????"

Pram mengangguk santai.

"Ada di apartemen elo??"

"Iya".

"Srius???"

"Ck, iya, cepetan periksa Sarah".

"Lo nyimpen bini orang di apartemen lo?? Sumpah yaa Pram, gue tau lo cinta mati, cinta buta, tapi jangan gini juga. Lo nyari mati??"

Pram berdecak, "Nanti gue jelasin, Sarah lagi sakit, periksa dia dulu".

Bobi menggeleng tak habis pikir, akhirnya ia hanya mengikuti langkah Pram menuju kamar utama. Bobi menelan ludah saat melihat Sarah benar-benar di kamar ini, astaga, Pram benar-benar sudah sinting.

"Sarah, hei, Bobi udah dateng, periksa dulu yaa". Pram mengusap pipi Sarah pelan.

Bobi mengerjap, ampun, kenapa ia merasa melihat adegan suami istri disini? Perlahan, Bobi mulai memeriksa Sarah.

"Keluhannya apa??" Tanya bobi kepada Sarah.

"Engg mual". Cicit Sarah.

Bobi melirik Pram dengan tatapan sinis, dan Pram hanya mengangkat sebelah alisnya. Mendadak kepala Bobi pening, astaga! "Sar, terakhir kali datang bulan kapan??"

Pram mendelik, "Heh, lo kenapa nanya begituan?" Ujarnya tak suka.

Bobi hanya memutar bola mata malas.

Sarah mengerjap, jantungnya berdetak kencang. Ia lupa kapan terakhir kali datang bulan. Seingatnya, setelah malam Xabiru menyentuhnya, hingga saat ini, ia sama sekali belum datang bulan.

Apa itu artinya, ia, ia hamil???

"Aku...."

Bobi mengangguk, "Nanti bisa di cek menggunakan tes kehamilan atau periksa langsung ke dokter. Aku bakalan kasih resep pereda mual dan penguat kandungan". Ujar Bobi sembari menatap Pram tajam.

Pram masih terdiam kaku mendengar penuturan temannya. Tes kehamilan? Dokter kandungan? Maksudnya? Sarah hamil?

__________________

"Lo udah sinting rupanya ya? Lo hamilin istri orang? Gila ya lo?"

"Maksudnya??"

Bobi berdecak, "Sarah hamil, itu anak lo kan???"

Pram mengernyitkan kening, lalu menggeleng, "Gue nggak sampe kesitu, gausah aneh-aneh". Ujarnya serius. Ia pun masih sedikit syok mendengar hal ini. Sarah hamil, disaat ia sudah  bercerai. Ia tahu, tanpa ia tanyapun, anak itu anak Xabiru.

"Jadi...?"

"Anak Xabiru, siapa lagi memang? Sarah wanita baik-baik, tapi Sarah dan Xabiru sudah bercerai jad...."

"What?? Serius? Lo tau kan, sebucin apa Xabiru sama Sarah?"

Pram mengangkat bahu, "Tahu, tapi itu kenyatannya dan gue gabisa kasi tahu alasan perceraian mereka, itu privasi. Thanks yaa udah periksa Sarah".

Bobi mengangguk, "Sama-sama, nanti bawa periksa Sarah ke dokter kandungan".

Pram mengangguk, mengantar Bobi ke depan pintu apartemen. Ia menghela nafas, lalu kembali ke kamarnya melihat Sarah yang menangis di atas ranjang. Ia tahu perasaan Sarah saat ini. Ia yakin, ia pun tidak menyangka jika hal ini akan terjadi.

Pram mendekati Sarah, menggenggam jari jemarinya, "Ada aku Sarah, kamu akan baik-baik saja".

________________
Jangan lupa vote dan komennya yaa❤

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang