19

8.6K 397 5
                                    

Melepaskan, bukan berarti perasaannya sudah tiada. 


______________

"Kamu menginap disini aja, mau??" Katakanlah ia sinting karena sudah meminta hal ini kepada Sarah, tapi, apa boleh buat, ia masih ingin Sarah berlama-lama dirumah ini.

Sarah menggeleng, mana mungkin ia menginap disini sementara status ia dan Xabiru sudah mantan suami istri. Ia tidak ingin memunculkan stigma negatif.

Xabiru hanya tersenyum masam, kecewa, karena keinginannya tak terwujud. "Kalau gitu aku antar kamu pulang".

"Nggak perlu mas".

"Kenapa???"

Sarah menipiskan bibirnya, "Aku bisa pulang naik taksi".

"Ini udah malam sayang", ah, Xabiru kelepasan, "Maksudku, ini udah malam, nggak baik kamu pulang sendirian. Aku antar saja".

Kalau sudah begini, Xabiru akan tetap kokoh pada pendiriannya. Mantan suaminya itu, tipikal orang yang tidak akan menyerah untuk memperoleh apa yang ia inginkan.

"Oke, tapi turunin aku di gang dekat kossanku aja ya mas".

"Iya" jawab Xabiru, tak apa, asal ia bisa mengantar Sarah.

______________

"Mau beli sesuatu??" Tanya Xabiru melirik wanita cantik yang kini sudah memejamkan mata, ada raut kelelahan disana.

Xabiru mengelus rambut Sarah pelan, hatinya berdenyut nyeri saat melihat raut kelelahan sang mantan istri. Sial, tidak-tidak, ia tidak  suka akan gelar mantan yang tersemat untuk Sarah. Karena selamanya, Sarah itu miliknya, dan hanya miliknya.

Andai saja, ia tidak melalukan kesalahan fatal, mungkin Sarah akan tetap bersamanya, tidur dalam dekapan hangatnya, melayaninya sepenuh hati dan menatapnya penuh cinta.

Melihat Sarah bekerja, ia marah pada dirinya  sendiri, ia tidak ingin melihat Sarah kelelahan seperti ini, ia tidak suka melihat wanitanya seperti ini. Tapi, ia tidak mungkin melarang  Sarah, karena ia tahu, Sarah akan tetap pada pendiriannya.

Xabiru menghentikan mobilnya agak jauh dari  kossan, sesuai permintaan Sarah, ia melirik Sarah yang masih tertidur. Ia mendekat mengamati wajah wanita yang sangat ia cintai, ibu dari anak-anaknya.

Xabiru mengecup singkat bibir ranum Sarah, senyum tipis terpatri di bibir Xabiru. Sudah berapa lama ia tidak merasakan manisnya bibir wanita didepannya ini?

Ia memiliki keinginan yang sangat kuat untuk mengecup bibir wanitanya sekali lagi, melumatnya dengan intens dan mesra. Tapi, ia takut Sarah semakin benci padanya.

Al hasil, ia menelan kuat-kuat keinginannya.

Maklum saja, ia pria dewasa, ia menginginkan Sarah, sangat. Hanya Sarah yang ia inginkan. Ditambah lagi, sekarang, Sarah semakin menggoda, dan membuat kelakiannya memberontak ingin segera dipuaskan. Tapi, sekali lagi, ia menahan keinginannya.

Xabiru memundurkan tubuhnya saat Sarah mengerang lalu membuka mata. Rupanya ia sudah sampai.

"Aku ketiduran, maaf mas".

Xabiru mengangguk, "Gapapa, capek banget kerjanya???"

"Lumayan".

"Maaf".

Sarah menatap Xabiru yang menatap lurus jalanan. Ia tahu apa yang Xabiru rasakan, ia pun merasakan hal yang sama. Sedih, kecewa dan marah. Tapi, semuanya sudah terjadi.

Ia terlalu mencintai Xabiru, sampai rasanya sakit sekali saat mengetahui fakta menyakitkan soal Xabiru dan Melisa. Rasanya, ia tidak rela saat Xabiru menyentuh wanita lain selain dirinya.

Hingga, perceraian yang menjadi jalan bagi dirinya untuk melupakan fakta menyakitkan itu. Ia berharap, setelah ia tidak melihat Xabiru, lukanya akan memudar seiring berjalannya waktu.

"Aku nggak papa mas" kata Sarah lirih sembari membuka pintu mobil, "Aku masuk ya, kamu hati-hati, terimakasih sudah mengantar aku". Ujarnya lalu keluar dari mobil, berjalan meninggalkan Xabiru yang masih menatap kepegian wanitanya dengan tatapan sendu.

Seharusnya, keadaanya tidak seperti ini, seharusnya Sarah masih berada di rumahnya, bisa ia peluk dan cium kapanpun ia mau. Harusnya begitu!

Tapi, ah sial!
Xabiru mengacak rambutnya kasar, jika dalam keadaan seperti ini, rasanya ia ingin membunuh dirinya sendiri. Tapi, jika ia meninggal, tentu Sarah akan menjadi milik lelaki lain. Tidak! Tidak!

"Mas". Xabiru menoleh, sedikit kaget melihat Sarah yang kembali dengan raut cemas.

"Kenapa??? Terjadi sesuatu??" Sial, ia semakin gemas melihat ekspresi Sarah yang menggemaskan.

"Gerbang kosnya sudah dikunci, aku telat, aku kemaleman, gimana mas???"

Xabiru tersenyum tipis, kenapa rasanya ia merasa kembali ke jaman dulu, dimana saat ia juga telat mengantar Sarah ke kossannya dan alhasil, ia membawa Sarah menginap diapartemen miliknya.

"Masuklah, tidurlah dirumah, lagi pula, besok nggak perlu bekerja, besok tanggal merah bukan?".

Akhirnya, Sarah mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil Xabiru. Ia menerima tawaran mantan suaminya.

________________

"Kamu  tidur di kamar kita aja, aku ada di ruang kerja, kalau kamu butuh sesuatu, kamu bisa panggil aku". Ujar Xabiru.

"Tapi mas..."

"Tidurlah". Xabiru mengusap rambut Sarah penuh sayang, lalu pergi masuk ke ruang kerjanya.

Sarah mendesah, Xabiru memang tidak pernah berubah. Akhirnya, ia masuk ke dalam kamar, suasana kamar ini masih sama, tidak ada yang berubah. Foto dirinya dan Xabiru semasa pacaran, menikah, lalu foto keluarga bersama dengan kedua putranya masih ada di kamar ini.

Sarah menutup pintu, mendekat ke arah lemari, membukanya pelan, rupanya semua baju miliknya masih ada disana, tak ada yang berkurang sedikitpun.

"Baju kamu masih ada kok".

Sarah terjengit kaget, menutup pintu lemari sedikit kasar, ia tidak sadar dan tidak mendengar suara pintu yang Xabiru buka.

"Maaf, aku cuma mau ambil charger". Xabiru melangkah, mengambil charger di meja dekat tempat tidur, lalu berjalan mendekati Sarah "Selamat malam Sarah". Bisiknya dengan suara pelan, diakhiri dengan kecupan hangat yang mendarat di kening Sarah.

Xabiru tersenyum sayu, lalu pergi meninggalkan Sarah, meski sejujurnya, ia ingin memeluk Sarah semalaman, berbagi kehangatan.

___________
Maaf bgt baru up :(, udh kangen bgt ya sama Xabiru dan Sarah?? Sama aku juga, selamat membaca ya.

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang