Overthinking itu rasanya nggak enak!
________________
Xabiru tertunduk lemas di depan ruangan, bersama Pram yang mondar mandir kesana kemari. Sementara Sarah, masih melewati proses pemeriksaan. Kedua laki-laki itu sama-sama mengkhawatirkan wanita yang sama.
Melihat Sarah yang kesakitan, demi Tuhan, Pram benar-benar ketakutan, ia takut Sarah kenapa-napa dan bayinya.
Begitupula dengan Xabiru, ia pun mengkhawatirkan Sarah. Tapi, soal kehamilan Sarah, kenapa Sarah menyembunyikan hal itu darinya?
"Bagaimana keadaan Sarah dokter??" ujar Pram saat melihat dokter kandungan bernama Anisa yang keluar dari ruang pemeriksaan Sarah.
"Bapak suaminya???"
"Saya dok"
"Saya dok"
Ujar Xabiru dan Pram bersamaan. Dokter Anisa itu mendadak bingung, menatap Xabiru dan Pram bergantian. Xabiru mendelik ke arah Pram, seolah mengancamnya untuk diam.
"Saya dok" ujar Xabiru akhirnya, dan Pram mengalah, ia memilih diam.
"Kondisi ibu Sarah dan kandungannya sedang lemah, saya rasa, lebih baik ibu Sarah dirawat untuk beberapa waktu disini, saya akan berikan beberapa resep untuk ditebus diapotik".
"Terimasih dok" ujar Xabiru sembari melihat kepergian dokter Anisa.
Lalu setelahnya, Xabiru memasuki ruangan, diikuti Pram dibelakangnya.
"Sayang, hei," Xabiru mendekati Sarah, menggenggam tangan Sarah lalu mengecup kening wanitanya berkali-kali dengan senyum bahagia, "anak kita baik-baik saja sayang, aa..."
"Tahu dari mana kalau anak ini anak kamu??"
Senyum Xabiru memudar, "sa-sayang..."
Sarah menarik tangannya yang digenggam Xabiru, "maaf mas, anak ini, bukan anak kamu" ujar Sarah menatap Xabiru sekilas lalu membuang muka ke sembarang arah.
Xabiru menelan ludah, lehernya terasa dicekik, bibirnya bergetar, enggan menerima pernyataan Sarah yang menurutnya penuh kebohongan "aku tahu, kamu cuma bercanda sayang, hmm? Iya kan??"
"Anak ini, anak aku sama...."
"Oke, cukup sayang, aku tahu, kamu lagi marah sama aku, kalau gitu, aku pergi dulu ya, nanti aku kesini lagi, kamu istirahat" Xabiru mengecup kening Sarah sekali lagi, lalu pergi dengan pikiran linglung dari ruangan Sarah, meninggalkan Pram dan Sarah yang menatap kepergian Xabiru dengan tatapan yang sulit di artikan.
_________________
Seumur hidupnya, Basmal dan Safir tidak pernah melihat Xabiru sehancur ini. Basmal mendesah lelah, tidak tega melihat kakaknya yang terdiam dengan beberapa luka diwajahnya, bekas pukulan Pram.
Tapi, ini tidak ada apa-apanya, ini nggak sebanding dengan rasa sakit yang saat ini ia rasakan. Rasanya, ia benar-benar ingin mencekik dirinya sendiri.
"Sarah hamil" ujar Xabiru dengan suara serak, setelah sekian lama diam.
Basmal dan Safir saling pandang, lalu keduanya memilih diam, menunggu Xabiru melanjutkan ucapannya. Basmal sangat prihatin saat menjemput sang kakak di loby rumah sakit bersama Safir dengan keadaan tidak baik-baik saja, luka lebamm diwajahnya dan mata memerah seperti habis menangis.
Xabiru sengaja menghubungi Basmal, pasalnya, ia tidak mungkin menyetir dalam keadaan kalut dan tubuhnya yang sakit di beberapa bagian akibat pukulan Pram. Tadi saja, saat ia mengejar mobil Pram, ia berusaha mati-matian menahan sakit ditubuhnya karena ia sangat mengkhawatirkan Sarah.
"Tapi, Sarah bilang, itu bukan anak kami".
"Maksud lo?" Tanya Safir gregetan.
"Gue nggak mau mendengar apapun setelahnya, gue, gue nggak berani mendengar kenyataan sebenarnya. Tapi, gue tetap percaya, gue adalah ayah dari anak yang dikandung Sarah. Tapi..."
"Sarah dan Pram tinggal diapartemen, berdua". Lanjutnya.
"WHAT???" kali ini Basmal berteriak kaget. Ergh, sial, ia punya sejarah buruk soal apartemen, bukan gimana, dulu, masih ingat kan kalian? Ia berdua di apartemen dengan Melisa, dan you know lah, ia dan Melisa hampir, hampir saja melakukannya.
"Tenang dulu Biru, gue tau, separuh diri lo percaya kalau lo ayah dari anak yang dikandung Sarah, separuh diri lo yang lain, lo meragukannya. Biru, gue nggak memihak ke siapapun, tapi, laki-laki dan perempuan yang berada di apartemen yang sama, memang nggak menutup kemungkinan untuk melakukan hal negatif".
"Tapi, nggak semua begitu, lo lebih mengenal Sarah kan? Kalau menurut gue, dia nggak mungkin melakukan hal itu, lo bisa memastikannya lagi, lo bisa menanyakan lebih lanjut saat kondisi Sarah udah membaik. Dia bukan Basmal yang mudah tergoda dengan perempuan medusa saat berada di apartemen".
"Eh, kenapa bawa-bawa gue" sahut Basmal kesal.
"Faktanya gitu kan?? Kalau nggak ada gue, gue yakin lo udah buntingan Medusa".
"Siapa yang bakalan buntingin Medusa??" Suara Cece terdengar membuat bulu kuduk Basmal berdiri, Cece meletakkan nampan berisi cemilan dan minuman di atas meja.
Orgh shit! Basmal mendelik tajam ke arah Safir, sialan sekali, Basmal tersenyum manis meraih jemari lentik istrinya lalu mengecupnya pelan "nggak ada sayang, gausah dengerin, si Safir emang suka aneh-aneh kalau ngomong, Bara sudah tidur??"
Cece mengangguk sebagai jawaban. Safir yang melihat adegan di depannya hanya menghela nafas, Basmal bucinnya nggak ada obat.
"Aku masuk ya, takut Bara kebangun" ujar Cece, mengusap pipi Basmal singkat.
Basmal melempar tisu ke arah Safir, kesal sekali. Safir hanya mendengus, pusing sekali rasanya menghadapi kakak adik yang mengalami problema pernikahan sangat pelik.
"Lo istirahat dulu deh, besok temui Sarah lagi". Ujar Safir.
Xabiru tersenyum kecut, apa seperti ini rasanya saat Sarah mengetahui jika dirinya meniduri dan menghamili wanita lain? Demi Tuhan, rasanya sakit sekali, hatinya terasa diremas, bahkan, untuk menopang dirinya sendiri, rasanya ia tidak sanggup.
Membayangkan tubuh indah istrinya dijamah lelaki lain selain dirinya, ia benar-benar ingin memotong tangan siapapun yang melalukan itu. Termasuk Pram sekalipun.
Ah tidak, ia akan tetap meyakinkan hati, Sarah tidak mungkin seperti itu. Sarah hanya sedang marah padanya. Ia, Sarah hanya sedang marah. Ia yakin, anak dalam kandungan Sarah adalah anaknya.
________________
Utututuu katian bgt sm Xabiru. Jangan lupa vote dan komennya yaa❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRU (Sarah xaBiru) (END)
RomanceFakta mengejutkan membuat Sarah tak mampu memijaki bumi dengan tegap. Kehadiran wanita yang meminta suaminya untuk mendonorkan darah untuk putra mereka membuat Sarah tertawa barangkali wanita itu bermimpi disiang hari sampai menyatakan hal lelucon s...