Sebagai orang yang mencintaimu, tentu saja apapun yang kamu rasakan, aku pasti ikut merasakannya.
_________________
"Sar, belum tidur??" Pram duduk disamping bankar Sarah, menatap wajah sarah yang masih pucat.
"Perutnya masih sakit??"
Sarah menggeleng, tapi ia masih lemas.
"Boleh aku ngomong sesuatu??"
Sarah mengangguk.
"Soal kandungan kamu, kenapa kamu bisa mengatakan bahwa anak itu bukan anak Xabiru? Sar, kamu tau kan, konsekuensi atas apa yang kamu katakan?"
Tentu saja Sarah tahu akan hal ini, "Aku akan dianggap sebagai wanita murahan karena tidur dengan lelaki lain hingga hamil, begitu kan??? Atau orang akan mengira aku selingkuh dari Xabiru".
Pram menelan ludah, itu yang ia takutkan. Ia tidak mau prasangka demikian terjadi kepada Sarah. Baginya, Sarah adalah wanita terhormat.
"Xabiru akan merasakan apa yang aku rasakan Pram, dia akan merasakan bagaimana jika melihat orang yang dia cintai disentuh orang lain hingga hamil. Sekalipun, aku nggak pernah seperti itu, sekalipun ini hanya kebohongan. Aku ingin tahu, sekuat apa dia menghadapi hal itu".
Pram menghela nafas, mengenggam jemari Sarah "Sarah, ini akan sangat berat dan sulit untuk kamu, tapi aku akan tetap disin".
Sarah menggeleng, "aku nggak bisa berdekatan dengan kamu terus Pram, aku nggak mau orang-orang berpikir bahwa ka-kamu ayah dari anak yang aku kandung, aku nggak mau kamu mendapatkan stigma negatif dari banyak orang. Cukup aku aja".
"Aku tinggal mengarang cerita kalau aku nggak tahu siapa ayah dari anakku karena aku mabuk lalu terjadilan malam itu dan aku hamil. Itu lebih mudah, aku nggak mau melibatkan kamu. Dan lihat, wajah kamu jadi babak belur gara-gara aku. Itu sudah diobati belum?"
"Sudah", entah kenapa, ia sangat keberatan akan cerita karangan yang akan Sarah sampaikan kepada banyak orang, kedengarannya, semua orang akan semakin menatap Sarah dengan raut entahlah, ia tidak sanggup mengatakannya.
"Sar".
"Hmm?"
"Aku nggak masalah kalau semua orang menyangka aku adalah ayah dari anak yang kamu kandung".
Sarah mengernyit, "ma-maksud kamu?"
"Katakan saja kepada semua orang, termasuk Xabiru, kalau anak didalam kandungan kamu adalah anakku, aku sama sekali nggak peduli dengan stigma negatif diluar sana dan apa yang orang katakan soal aku".
"Taa..tapi.. kamu jangan gila Pram".
"Aku masih waras, kamu tenang aja, sudah jangan dipikirkan, lebih baik kamu tidur, sudah malam. Aku akan menjagamu disini".
__________________
Pagi ini, Xabiru mendatangi rumah sakit dengan membawa bingkisan berisi buah dan makanan kesukaan Sarah. Xabiru menepis segala macam pikiran negatif di kepalanya.
Ia berdoa dan berharap, apapun yang Sarah katakan hanyalah kebohongan.
Xabiru tersenyum hangat saat melihat Sarah terpejam dengan dahi mengernyit. Sehabis muntah, perutnya benar-benar tidak nyaman. Sedikit nyeri dan kepalanya pusing.
Xabiru meletakkan buah tangan yang ia bawa, lalu mengelus pelan kening Sarah penuh sayang. "apanya yang sakit hem??"
Sarah menggigit bibir bawahnya, ia tidak tahu mengapa, perasaannya mendadak melow. Xabiru memang sangat mengetahui apapun soal dirinya, ia jadi sedih sendiri dan ah entahlah.
Dada Sarah berdebar saat merasakan tangan Xabiru mengelus perutnya, ia membuka mata, melihat wajah Xabiru yang lebam, mata panda dan matanya bengkak.
"Perutnya sakit? Hmm?" Ujar Xabiru dengan nada pelan.
"Wajah kamu, sudah diobati??"
Xabiru tersenyum cerah, ia sangat senang, pasalnya, Sarah mengkhawatirkan dirinya, "sudah, semalam Basmal udah bantuin aku buat ngobatin luka aku".
"Anak-anak???"
"Sekolah sayang, tadi aku nganterin mereka dan aku langsung kesini".
"Kamu nggak kerja??"
Xabiru menggeleng, "Hari ini nggak ada jadwal meeting dan aku bisa jagain kamu disini".
"Nggak perlu mas".
Xabiru menarik tangannya di perut Sarah, mengernyit tidak suka, "kenapa??"
"Ada Pram yang jagain aku".
"Buktinya dia nggak ada kan??"
"Dia lagi keluar, beli-beli".
Xabiru menghela nafas, memejamkan mata, mencoba menahan emosinya, "suruh dia pulang".
Sarah tahu, Xabiru akan bersikap seperti ini. "Mas, aku harap kamu ngerti, kita sudah selesai, aku, aku sedang hamil, anak ini..."
"Berhenti bicara omong kosong Sarah". Nafas Xabiru memburu, dadanya naik turun, matanya mulai memanas, emosinya siap meledak-ledak.
Sarah menatap mata Xabiru, mencoba meyakinkan Xabiru, "maaf mas, aku memang hamil, tapi, bukan anak kamu".
Xabiru tersenyum terkekeh, "aku tahu kamu bercanda sayang, hmm? Iya kan?? Sar, aku minta maaf, aku tahu, aku memang sudah menyentuh Melisa dan menghamilinya, tapi, sayang, aku mohon, jangan seperti ini".
Xabiru menatap wajah Sarah penuh penyesalan, tapi, melihat diamnya Sarah, membuat hatinya semakin sakit tak tertolong. Xabiru menggelengkan kepalanya, rasanya tidak mungkin, tidak mungkin wanitanya berbuat demikian.
"Nggak mungkin Sarah, ini nggak mungkin".
"Bagian mana yang nggak mungkin mas? Aku pun, dulu berpikir kamu juga nggak mungkin tidur dan menghamili wanita lain selain aku. Lalu faktanya?? Kamu melakukannya! Kalian melakukannya hingga Melisa hamil. Sekarang katakan, bagian mananya yang nggak mungkin?" Dada Sarah naik turun dengan nafas memburu.
Sarah merubah posisi menjadi duduk, "aku memang hamil, tapi anak ini bukan anak kamu".
"Siapa?? Hmm? Siapa ayahnya?"
"Kamu nggak perlu tahu" sahut Sarah cepat.
Xabiru terkekeh, "sekali lagi aku tanya Sarah, siapa ayahnya?"
"Nggak penting, kamu nggak perlu tahu".
Shit!
Xabiru mengeram marah, rahangnya mengetat, pikirannya kalut dan hatinya terluka."Apa itu Pram???" Demi Tuhan, Xabiru benci menanyakan hal ini, dalam hati, ia merapalkan doa, semoga bukan lelaki itu.
Lalu, suara pintu terbuka mengalihkan atensi Sarah dan Xabiru. Disana, muncul Pram yang dengan membawa beberapa kantung plastik di tangannya.
Pram meletakkan belanjaannya di atas meja lalu menatap Xabiru dengan tenang. "Sudah lama disini??" sapanya ramah, Pram memang seramah itu.
Xabiru berdecih sinis, enggan menjawab pertanyaan Pram yang terdengar basa basi dan memuakkan di telinganya. "Aku tanya Sarah, apa dia laki-laki yang sudah menghamili kamu?? Hmm??"
Pram mengernyit bingung, lalu kemudian ia paham, "maaf Xabiru, saya memang ayah dar...."
Belum sempat Pram melanjutkan ucapannya, Xabiru memotong ucapan Pram, "BRENGSEK!"
Bruk.
Xabiru mendorong tubuh Pram hingga tersungkur, lalu selanjutnya, pukulan demi pukulan Xabiru layangkan di tubuh Pram. Bak orang kesetanan, ia mengabaikan teriakan Sarah yang memintanya berhenti.
"Beraninya kamu menyentuh milikku brengsek!"
__________________
Jangan lupa vote dan komennya yaaa❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRU (Sarah xaBiru) (END)
RomanceFakta mengejutkan membuat Sarah tak mampu memijaki bumi dengan tegap. Kehadiran wanita yang meminta suaminya untuk mendonorkan darah untuk putra mereka membuat Sarah tertawa barangkali wanita itu bermimpi disiang hari sampai menyatakan hal lelucon s...