Sarah menghubungi Pram, meminta laki-laki itu untuk menjemputnya di rumah Xabiru. Xabiru yang mendengar percapakan keduanya via telfhone menjadi kesal setengah mati.
Tapi, mengingat kesalahannya tadi, Xabiru mengurungkan diri untuk mencegah Sarah pergi. "Aku minta maaf" katanya, sekali lagi.
"Lupakan, aku nggak mau mengingat hal itu, aku merasa, aku seperti wanita murahan yang..."
"Nggak sayang, kamu bukan wanita yang seperti itu, itu salah aku, aku yang salah, maaf, aku.. aku nggak bermaksud, ah, entahlah, melihat kamu, aku nggak bisa menahan diriku sendiri, jadi, rasanya aku sulit mengendalikan diri".
Sarah terdiam, mengigit bibir bawahnya. Sarah mendesah lega saat mobil Pram sudah tiba di pekarangan rumah Xabiru.
Xabiru? Jangan ditanya, ia benar-benar gondok.
Pram turun dari mobil, menyalami Xabiru yang direspon Xabiru dengan wajah datar tanpa eskpresi.
"Kamu baik-baik aja?" Tanya Pram melihat Sarah.
Xabiru melirik wanitanya yang menggeleng pelan, apa-apaan Pramudya ini, kenapa sok perhatian begini di depannya. Sial!
"Devan sama David dimana??"
"Mereka sudah tidur," sahut Sarah "aku pulang" ujarnya kembali sembari melirik singkat ke arah Xabiru lalu masuk ke dalam mobil.
Pram hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Sarah. "Saya pulang Biru,"
"Kamu masih menyukai Sarah kan??" Tanya Xabiru sarkas tanpa basa basi.
Pram menghela nafas, "menurut kamu?"
Xabiru berdecih, tersenyum miring menatap Pram yang begitu tenang didepannya.
"Saya pulang, ini sudah malam, Sarah butuh istirahat" pamit Pram yang lalu pergi memasuki mobil tanpa menunggu jawaban Xabiru. Ini sudah malam, Sarah sedang hamil, wanita itu butuh istirahat.
______________
Pram hanya terdiam mendengarkan dengan baik saat Sarah menceritakan dengan panjang bagaimana wanita di depannya yang bisa berakhir di rumah Xabiru, mantan suaminya.
"Lain kali, kalau lagi kepengen sesuatu, kamu bisa bilang sama aku" kata Pram sembari menyerahkan apel yang sudah ia iris kecil kepada Sarah.
"Tapi kan, kamu lagi kerja. Aku nggak mau ngerepotin, dan lagi, nggak tau kenapa, aku pengen makan disana langsung".
"Mungkin, itu ikatan batin antara ayah dan anak Sar".
Perkataan Pram barusan, membuat Sarah mengerjap dan menatap ke luar jendela.
"Kamu lagi pengen makan sesuatu??" Tanya Pram.
Sarah menggelengkan kepalanya, "Aku kenyang".
"Seharian ini, nggak mual??"
"Nggak, aku cuma pengen tidur, ngantuk".
______________
Xabiru tersenyum kecut saat mengetahui bahwa Sarah menginap di apartemen Pram. Pantas saja, selama ia mendatangi kos Sarah, tetangga kos bilang jika Sarah tidak ada.
Pram mencengkram erar stir kemudi, dari kejauhan, ia melihat Pram keluar dan memasuki mobilnya. Saat itu pula, Xabiru keluar dari mobil dan menanyakan unit apartemen Xabiru. Bukan suatu hal yang sulit bagi Xabiru untuk mengetahui hal ini dengan segala kekuasaanya.
Xabitu tersenyum miring saat ia mendapatkan nomor unit apartemen Pram dan ia bergegas kesana.
Sarah yang mendengar bel berbunyi, ia segera beranjak, membuka pintu dan, "apalagi Pram, kenapa nggak langsung masuk aja, ka...." Sarah terdiam kaku saat melihat sosok di depannya yang menatapnya tajam dengan sorot mata terluka dan entahlah.
Xabiru langsung masuk ke dalam dan mengunci pintu lalu mengambil kuncinya dan menyimpannya disaku celana miliknya. Sarah yang melihat itu mendengus kesal.
"Apa-apaan sih mas, balikin kuncinya, lebih baik kamu pulang".
"Biar kamu bisa berduaan disini sama Pram, begitu?? Hmm??"
"Pram nggak tidur disini, dia pulang ke rumahnya, nggak usah berpikir aneh-aneh".
Xabiru berdecih, Pram sialan itu semakin berani saja, mengajak wanitanya tinggal di apartemennya, dan Sarah yang polos benar-benar membuatnya makin emosi saja.
"Kenapa harus apartemen dia? Hm?? Kamu nggak pernah berfikir kalau dia itu laki-laki normal dan dewasa, dia punya akses masuk ke apartemen ini kapanpun, dia bisa aja ngelakuin hal,,, ck" Xabiru berdecak kesal tidak mampu melanjutkan perkataannya, ia mengacak rambutnya frustasi.
"Pikiran kamu terlalu jauh mas, kalaupun kami melakukannya, memangnya kenapa? Pram laki-laki bebas aku pun sama".
Xabiru mengernyit tak suka, ia menatap Sarah dengan sorot mata memerah menahan amarah, "kamu bilang apa??" Ujarnya dengan nada rendah namun menusuk.
Sarah menelan ludah kaku. Dadanya berdebar, ia mencengkram erat ujung pakaian miliknya.
"Kamu. Bilang. Apa.??"
"Kalaupun kami melakukannya, aku sama Pram sama-sama bebas dan emphhhh.."
Xabiru meraup bibir Sarah dengan rakus dan menuntut, meluapkan amarah dan rasa kecewanya. Bibir wanitanya memang pantas dihukum dengan ciuman menuntut.
Dan apa katanya tadi?? Tidak ada yang boleh menyentuh wanitanya, ia tidak akan pernah membuat itu terjadi. Sarah hanya miliknya. Hanya. Miliknya. Catatat itu!
Xabiru melepas ciumannya saat Sarah kehabisan nafas, ditatapnya wanita yang sangat ia cintai setengah mati, bibirnya bengkak dan nafasnya memburu, "nggak ada yang boleh menyentuh kamu selain aku sayang, sampai kapanpun, kamu cuma milik aku".
Xabiru membawa tubuh Sarah ke dalam gendongannya, membuka pintu kamar dan meletakkan wanitanya di atas ranjang.
"Xabiru lebih baik kamu keluar".
"Kenapa??"
"Kamu lagi emosi, lebih baik kamu pulang".
"No, aku bakalan disini, atau kamu ikut aku, kita pulang".
"Kita udah ber..."
"Peduli setan dengan itu Sarah". Dengan perasaan marah ia menaiki ranjang, mengukung tubuh mungil wanitanya dan kembali melumat bibir manis kesayangannya.
Hingga beberapa menit kemudian, Sarah memekik kaget saat melihat Xabiru jatuh tersungkur dan Pram memukulnya membabi buta penuh amarah.
"Pram, udah" ujarnya berteriak berusaha meredakan pertengkaran sengit yang terjadi karena saat ini, Xabiru ikut membalas pukulan Pram.
Melihat adegan baku hantam, tiba-tiba kepalanya pusing, dan perutnya kram. Melihat keadaan Sarah yang meringis memegang perutnya, Pram mendekati Sarah dengan tatapan khawatir.
"Sar, are you oke? Sar.. hey". Pram menyentuh lengan Sarah, cemas.
"Perut aku, kram, sakit banget Pram shhh".
Xabiru yang melihat adegan di depannya segera menepis tangan Pram yang berada di lengan Sarah.
"Sayang kenapa? Hmm?"
"Kita ke rumah sakit sekarang" ujar Pram kalut.
"Diam!" Ujar Xabiru kesal.
Dengan perasaan kesal setengah mati, Pram mendorong tubuh Xabiru hingga tersungkur, "kita ke rumah sakit Sarah, aku nggak mau kandungan kamu kenapa-napa".
Tubuh Xabiru menegang, apa katanya? Kandungan??? Tubuh Xabiru mendadak kaku, bahkan saat Pram membopong Sarah keluar dengan perasaan cemas, ia masih terdiam kaku disana.
Sarah, hamil???
_________________
Jangan lupa vote dan komennya❤ makasiiii
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRU (Sarah xaBiru) (END)
RomanceFakta mengejutkan membuat Sarah tak mampu memijaki bumi dengan tegap. Kehadiran wanita yang meminta suaminya untuk mendonorkan darah untuk putra mereka membuat Sarah tertawa barangkali wanita itu bermimpi disiang hari sampai menyatakan hal lelucon s...