Melepaskan, tapi masih mencintai. Rasanya sangat menyakitkan.
_____________
"Keputusanku untuk bercerai semakin bulat mas".
Xabiru tercekat, terasa ditikam palu besar tak kasat mata. Dadanya berdenyut nyeri hingga matanya memanas lalu air matanya menetes begitu saja.
"Sayang, jangan begini, aku mohon, Devan dan David membutuhkan keluarga yang lengkap. Kalau kamu nggak bisa bertahan demi aku, aku mohon bertahan untuk putra kita".
Sarah meraih kerah kemeja Xabiru, tubuhnya yang mungil harus mendongak untuk melihat Xabiru. "Dan aku harus bersabar melihat kamu masih bertemu dengan perempuan itu begitu?? Aku harus menahan sakit bersama kamu begitu??"
Sarah melepaskan kerah Xabiru, mendorong tubuh Xabiru hinga terhuyung ke belakang. "Kamu manusia paling egois mas".
"Sarah, itu semua nggak seperti yang kamu bayangkan, perempuan itu mendatangiku untuk meminta maaf, aku sudah mengusirnya. Kami nggak ada hubungan apa-apa sayang, sumpah demi Tuhan".
Sarah menulikan telinga, hatinya benar-benar tak sanggup lagi. Ia memang tidak memiliki hati yang tangguh dan kuat. Hati dan kepercayaannya terlalu rapuh untuk dipatahkan.
Sedari dulu, hatinya sudah terlalu mengalami banyak luka dan patah. Lalu, Xabiru hadir meyakinkannya, ia percaya, tapi rupanya Xabiru kembali mematahkannya dan membuatnya luka.
"Aku nggak bisa mas" Sarah membekap mulutnya, meredam isakan, "Aku nggak bisa bertahan, tolong mas, lepaskan aku".
_____________
Xabiru memasuki kamar dengan raut sedih, selepas pertengkaran tadi, ia memilih pergi mengabaikan ucapan Sarah. Tak sanggup rasanya mendengarkan permintaan Sarah.
Ia memilih berdiam diri, di ruang kerjanya. Memikirkan banyak hal. Lalu, hatinya berkata, haruskah ia melepaskan Sarah?
Mungkin memang benar, ia terlalu egois. Memikirkan dirinya sendiri, tapi tak memikirkan istrinya.
Tapi, melepaskan Sarah, mampukah ia???
Xabiru mengusap wajah istrinya yang sembab, tak lagi ia temukan wajah istrinya yang berbinar-binar penuh bahagia. Selama beberapa bulan ini, ia hanya menemukan wajah istrinya yang redup, mata membengkak dan tubuh yang semakin kurus.
Tentu saja itu cukup memebuatnya ikut terluka dan merasa tak becus menjadi suami.
"Aku sayang banget sama kamu Sarah, tapi, jika memang bersamaku membuat kamu terluka, aku akan melepaskanmu". Ujarnya penuh luka dan duka.
Bahu Xabiru bergetar seiring dengan air mata yang tumpah dari pelupuk matanya. Demi Tuhan, rasanya ia ingin membunuh dirinya sendiri, tapi agamanya melarang keras bunuh diri.
Ia mengutuk dan menyesali atas perbuatannya yang benar-benar menyakiti Sarah. Mungkin, setelahnya ia akan menjadi manusia tak mati namun seperti mati, layaknya mayat hidup.
________________
Sarah turun dari kamar mendekati kedua putranya dan Xabiru yang duduk menikmati sarapan. Xabiru kembali membuat sarapan untuk dirinya sendiri dan kedua putra mereka.
"Kamu mau sarapan? Aku udah buatin roti bakar untuk kamu". Ujar Xabiru antusias mengambil roti bakar buatannya lalu meminta Sarah duduk.
Sarah mengikuti titah Xabiru, duduk di meja makan, menikmati roti bakar yang Xabiru berikan untuknya. Hari ini, aura Xabiru terlihat berbeda, matanya memerah dan lingkaran hitam dibawah mata terpampang jelas.
"Kamu nggak tidur??" Sarah bertanya sembari menyantar roti miliknya.
Xabiru menipiskan bibirnya, menyesap susu miliknya, ia sudah selesai dengan sarapannya. "Iya sayang, belakangan ini kurang tidur, banyak kerjaan". Alibinya.
Sarah diam, enggan bertanya lebih lanjut. Jika dulu, ia tentu akan memarahi Xabiru habis-habisan karena lebih mementingkan pekerjaannya dibanding kesehatannya, tapi, kali ini, rasanya berbeda. Mungkin, kecewa yang ia rasakan terlalu besar.
"Devan, David, kalian diantar supir dulu ya, papa dan mama sedang ada hal penting yang harus dibicarakan".
Devan mengangguk, "Oke pa, aku sama David berangkat kalau gitu". Ujarnya sembari turun dari meja makan, menyalami kedua orang ruanya, begitupula David.
Xabiru menelan ludah saat putranya sudah hilang dari hadapannya, netranya beralih menatap sang istri yang meminum air putih lau menatapnya penuh tanya.
Xabiru melipat kedua tangannya di atas meja, dadanya berdebar dan sakit secara bersamaan.
"Mau bicara apa???"
Xabiru memandang wajah istrinya lekat, "Ka-kalau aku melepaskan kamu, apa kamu akan bahagia??"
Sarah mengerjap, apa ia akan bahagia jika Xabiru melepaskannya?? Sarah tak tahu, tapi, setidaknya, ia tak lagi menggenggam hal yang menyakitkan.
"Kalau dengan menahan kamu disisiku membuat kamu terluka, aku akan melepaskan kamu". Xabiru menggigit lidahnya, hatinya sakit terasa diremas, dalam hidupnya ia tak pernah membayangkan akan berada di situasi seperti ini.
Sarah memandang Xabiru lekat lekat, "Kamu serius???"
Xabiru mengangguk dengan berat hati dan sakit hati.
"Aku minta maaf mas, tapi,...."
Iya. Cukup. Xabiru mengerti. Xabiru mengangguk, "Aku ngerti, maaf Sarah, aku sudah menghancurkan segalanya, hidup kamu, cita-cita kamu, impian kamu, semuanya".
Sarah merasakan pipinya basah, tak sadar rasanya jika ia sudah menangis, entah menangis karena terluka atau apa. Ia pun tidak mengerti.
Xabiru menghapus air mata istrinya dengan tangan gemetar, "Setelah ini, kamu harus bahagia sayang, berjanjilah". Ujarnya serak dengan nada bergetar.
Sarah diam tidak menyahut, tapi kali ini ia yakin Xabiru benar-benar akan melepaskannya.
____________
Jangan lupa vote dan komennya ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRU (Sarah xaBiru) (END)
RomanceFakta mengejutkan membuat Sarah tak mampu memijaki bumi dengan tegap. Kehadiran wanita yang meminta suaminya untuk mendonorkan darah untuk putra mereka membuat Sarah tertawa barangkali wanita itu bermimpi disiang hari sampai menyatakan hal lelucon s...