17

8.6K 297 8
                                    

Cinta nggak harus memiliki itu adalah suatu hal menyakitkan, dan aku membenci itu.



_______________

Xabiru telah resmi bercerai dengan Sarah. Namun, dipersidangan kali ini, Sarah tak datang, wanita itu hanya diwakili oleh kuasa hukumnya.

Sedih tentu saja, ia masih ingin melihat Sarah walau dari hanya sebentar. Ia masih ingin mengobrol dengan Sarah walau hanya sepatah dua patah kata saja.

Belum lagi, sampai detik ini, ia belum mengetahui tempat tinggal Sarah, mantan mertuanya pun tak tahu dimana Sarah tinggal.

Lalu, apa mungkin Pram tahu dimana Sarah tinggal? Menyebut nama Pram saja, ia sudah ingin murka, entah kenapa, ia merasa Pram tahu dimana Sarah tinggal.

"Awasi Pramudya, bisa jadi laki-laki itu tahu dimana Sarah tinggal". Perintah Xabiru kepada anak buahnya.

Tangannya terkepal, membayangkan Pram berdekatan dengan Sarah membuatnya cemburu bukan main.

Lalu, bagaimana jika Xabiru mengetahui apa yang hampir terjadi antara Sarah dan Pram dimalam itu? Sepertinya, Xabiru akan menghabisi Pram detik itu juga!.

______________

Sarah menghela nafas sesak saat kuasa hukumnya memberi kabar perihal perceraiannya. Kali ini, ia resmi bercerai dengan Xabiru. Status janda kini tersemat kepada dirinya.

Ia tahu, bagaimana buruknya status janda di kalangan masyarakat. Penggoda, kegatelan, dan lain sebagainya sering kali menjadi label seorang janda.

Sarah melirik handfhone miliknya yang memunculkan notif pesan Whatsapp dari Xabiru yang menanyakan perihal, kenapa ia tidak datang.

Sarah memilih mengabaikannya, ia tidak ingin datang, dan ia merasa bersalah karena kemarin, ia dan Pram hampir saja melakukan hal bodoh. Sarah menghela nafas, Xabiru bukan siapa-siapanya lagi, laki-laki itu hanya mantan suaminya, tapi ia malah takut Xabiru terluka akan perbuatannya.

"Sarah, kamu dengar apa yang aku bicarakan??"

Sarah mengerjap, "Aku dengar"

Pram mengangguk, ia cukup tahu bagaimana perasaan Sarah saat ini. Perceraiannya dengan Xabiru berjalan mulus, tapi "Apa kamu bahagia setelah bercerai dari Xabiru???"

Sarah menatap manik mata Pram yang hitam pekat namun meneduhkan, bahagia??? Harusnya begitu kan? Tapi kenapa hatinya terluka??

Jujur saja, ia tak menampik jika ia masih mencintai Xabiru, tapi kekecewaannya terlalu besar. Ia kerap kali terluka dan teramat cemburu jika mengingat Xabiru dan Melisa yang pernah melakukan itu.

Ia tak rela, sungguh. Apapun yang menjadi miliknya, rasanya ia tak ingin membaginya kepada orang lain. Tapi, ah sudahlah, kejadiannya sudah berlalu.

"Bagaimanapun juga, Xabiru pernah menjadi rumah untukku dan dia juga ayah dari anak-anakku Pram, kalau ditanya apakah aku bahagia bercerai dari Xabiru, aku nggak tahu. Karena disatu sisi aku merasa lega tapi disatu sisi aku sedih karena aku merasa gagal menjadi seorang istri".

Pram menggeleng, ia sama sekali tak setuju perihal Sarah yang mengatakan bahwa ia gagal menjadi seorang istri. Sejauh ia mengamati Sarah, ia dapat melihat bahwa Sarah sudah menjadi istri yang baik, dan ibu yang baik.

Ia justru merasa jika Xabiru lah yang gagal menjadi suami. "Kamu sudah berhasil Sarah, perceraian nggak semerta-merta terjadi karena kamu gagal menjadi istri, bisa jadi justru suami kamu yang gagal".

Sarah memberi argumen apapun namun tidak juga menola apa yang Pram katakan. Selama ia mengenal Xabiru, menurutnya mantan suaminya itu orang yang baik. Jadi, kesalahan Xabiru terletak pada satu kesalahan, yaitu menghamili Melisa.

Jadi, karena satu kesalahan, ia tak mungkin kan melupakan kebaikan Xabiru??

"Pram, makasih banyak udah nyariin aku kos-kossan, dan makasih kamu sudah banyak ngebantu aku".

Pram mengacak rambut Sarah gemas, "Kayak sama siapa aja, kita udah sahabatan dari kecil, waktu kamu gabisa ngusap ingus sendiri, suka ngajakin aku main masak-masakan, ngajak main boneka, dan mainan aneh kamu itu".

Sarah memajukan bibirnya, kesal. Kenapa juga Pram masih ingat kejadian masa kecil yang kurang mengenakkan itu. Jujur saja, dulu, ia tak punya teman, dan Pram adalah anak laki-laki yang selalu menolongnya lalu kemudian akrab menjadi sahabat hingga saat ini.

Pram, tiga tahun lebih tua darinya. Jadi, Pram memiliki sikap lebih dewasa dibanding dirinya.

"Masih aja ingat jaman dulu".

Pram tergelak, mana mungkin ia lupa masa indah itu, "Kenapa?? Kamu masih lucu kok waktu itu".

Sarah mengerling, "Sekarang nggak lucu gitu??"

"Sekarang galak" ujar Pram meski tak sepenuhnya benar, tapi Sarah memang lebih galak sejak jadi ibu-ibu beranak dua.

Ekspresi Sarah semakin keruh saja. "Ngeselin banget jadi orang" ujar Sarah hampir tak terdengar.

"Mau makan siang bareng aku??"

"Traktir" Sarah memasang mata pup eyesnya membuat Pram gemas ingin men...Pram menggeleng, otaknya semakin kesini makin kesana. 

"Iya, ayo ke kantin bawah, kamu harus coba masakan dikantin kantor".

Sarah tersenyum cerah, segera membereskan pekerjaannya dan berdiri, "Ayo, aku udah laper, cacing diperutku meminta makan" ujar Sarah sembari berjalan meninggalkan Pram yang hanya menggeleng melihat tingkah Sarah.

Kadang, Pram heran, ia selalu saja melihat Sarah sebagai anak-anak yang sering ia hapus air matanya saat menangis kala itu, bukan Sarah sebagai ibu dari dua orang anak.

"Pram, kamu lelet banget, cepet".

Astaga, Pram hanya terkekeh, lihatlah, Sarah adalah si pecinta gratisan.

_______________
Jangan lupa vote dan komennya❤. Maaf ya baru up. Blkangan ini mood lg hancur wkwkw. Dan ada kesibukan kuliah jg. Makasih sudah membaca❤

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang