Ia merasa semuanya terasa mimpi.
Bagaikan ditikam palu tak kasat mata.
Orang yang katanya sangat mencintainya,
Justru memberi luka, lalu bagaimana bisa itu terjadi? Cinta seperti apa yang ia maksud?________________
Pagi ini, badan Sarah mendadak panas, belum lagi kepalanya pening bukan main. Memang, selama beberapa hari ini, ia stress dan nafsu makanny berkurang. Belum lagi, ia selalu terjaga tengah malam karena mimpi buruk.
Kacau, ia benar-benar kacau. Ah, bukan, lebih tepatnya hancur.
Xabiru yang melihat istrinya masih tidur dengan selimut menutupi tubuhnya, berinisiatif untuk membantu anak-anaknya bersiap ke sekolah dan menyiapkan roti panggang untuk sarapan mereka. Namun, setelah ia selesai membantu kedua putranya bersiap, dan meminta tolong supir pribadinya untuk mengantar putranya, istrinya belum juga turun.
Akhirnya, ia masuk ke dalam kamarnya, ia masih mendapati Sarah terbaring. Perlahan, Xabiru mendekati Sarah, mengusap rambutnya pelan. Tapi, ia mendadak panik saat merasakan telapak tangannya panas, istrinya demam.
"Sayang, hei, kamu demam".
"Nghhh" Sarah melenguh, mengeratkam selimut membungkus tubuhnya yang terasa dingin.
"Buka selimutnya ya, suhu tubuh kamu panas banget sayang".
"Dingin". Ujar Sarah parau, ia benar-benar dingin.
Xabiru yang khawatir segera mengambil air dan kain, mengompres kening istrinya. Setelah itu, ia kembali ke dapur membuatkan bubur dan mengambil paracetamol.
Setelah selesai, ia kembali ke kamar dengan nampan yang berisi bubur, air putih dan obat. Xabiru meletakkan nampan di meja dekat ranjang, "Sayang, makan dulu ya, setelah itu minum obat".
Sarah menggeleng, ia tidak ingin makan, apalagi minum obat, perutnya benar-benar tidak enak.
"Sedikit aja, mau ya???"
Xabiru tersenyum saat Sarah mengangguk, ia membantu istrinya duduk bersandar di kepala ranjang. Melihat wajah istrinya yang pucat, ia menjadi tidak tega dan sedih.
Xabiru mengambil semangkok bubur dan menyuapi Sarah dengan pelan. "Maaf kalau buburnya nggak enak". Ujar Xabiru, karena jujur saja, ia tidak begitu tahu membuat bubur seenak buatan istrinya.
Sarah hanya diam, menerima suapan dari Xabiru. Hanya lima kali suapan, Sarah menggeleng, pertanda ia sudah tidak mau lagi memakan bubur itu. Bukan, bukan berarti rasanya tidak enak, tapi, perutnya memang tidak bisa menerimanya lagi.
Xabiru mendesah, meletakkan bubur, mengambil obat dan segelas air putih memberinya kepada istrinya. Dengan ogah-ogahan, Sarah terpaksa meminum obat. Jujur saja, ia kurang menyuki obat yang pahit, seperti hidupnya.
"Kamu istirahat ya, mau aku pegang kepalanya? Atau, mau..."
"Nggak perlu" sahut Sarah parau kembali merebahkan diri.
Xabiru menunduk merasakan sesak, "Kamu masih marah sama aku sayang??"
Sarah diam, memejamkam mata.
"Maaf ya, aku minta maaf" nada suara Xabiru mulai bergetar, suaranya tercekat menahan sesak, "Aku memang bukan suami yang baik, tapi Sar, aku mohon jangan kemana-mana, jangan tinggalkan aku, aku mohon".
Ini bukan sekali dua kali ia memohon, jika perlu ia akan terus memohon, agar Sarah tak kemana-mana, agar istrinya tetap ada di sisinya. Karena, sungguh jika Sarah pergi, ia tidak tahu lagi bagaimana harus menjalani hidup.
"Aku minta maaf kalau aku terlalu egois, aku nggak akan bisa melepaskan kamu".
"Lebih baik kamu berangkat kerja".
"Aku nggak bisa ninggalin kamu dengan keadaan begini Sarah".
Sarah memilih diam, mengabaikan Xabiru yang masih duduk disisi ranjang. Matanya sudah mengantuk karena efek obat yang ia minum.
______________
Siang hari,
Sarah membuka mata, melihat sekeliling ruangan, Xabiru sudah tidak ada barangkali mungkin Xabiru sudah ke kantor. Tubuhnya sudah jauh lebih baik, kepalanya sudah tidak terlalu sakit dan suhu tubuhnya tidak begitu panas.
Dengan langkah gontai, ia mencuci wajahnya di kamar mandi dan bergegas turun ke lantai bawah. Netranya bersitubruk dengan Xabiru, rupanya laki-laki itu benar-benar tidak berangkat ke kantor.
"Sayang, kok kamu udah bangun, kamu sudah mendingan???"
"Iya".
Xabiru mengatupkan bibirnya, tidak tahu akan bertanya apa lagi. Melihat jawaban Sarah yang seperti itu, cukup menandakan bahwa istrinya tidak ingin berbicara dengannya.
"Mas".
"Iya sayang??"
"Boleh aku bicara???"
Xabiru menelan ludah, takut apa yang akan istrinya katakan. Ia takut jika hal itu berkaitan dengan,,,,, tidak, tidak, demi tuhan jangan.
Xabiru terkejut saat melihat istrinya duduk dibawah, bersimpuh dikakinya. "Sayang, hei, kamu..."
Sarah menggeleng, meminta Xabiru untuk diam ditempatnya. "Tolong mas, lepaskan aku" bibir Sarah mulai bergetar, air matanya mengalir bak anak sungai, "Aku nggak tahu lagi bagaimana cara melupakan semuanya, aku nggak tahu bagaimana caranya tolong".
Sarah menyentuh dadanya yang terasa sesak, bukan ia tak berusaha, ia sudah sangat berusaha melupakan semuanya, lalu ia ingin bersikap seperti semula. Tapi, demi Tuhan, ia tidak bisa menerima kenyataan jika ia bukan satu-satunya wanita yang memberikan Xabiru kenikmatan dan seorang putra.
Ia tidak sanggup membayangkan bagaiman tubuh Xabiru disentuh dan menyentuh wanita lain hingga berkali-kali dan menanamkan benihnya di rahim wanita itu. Sungguh, rasanya ia hampir gila.
"Kamu lagi sakit sayang, makannya sampai ngelantur gini, hem????" Xabiru tersenyum ia masih berpikir positif dan mensugesti dirinya bahwa Sarah, istrinya itu tidak serius dengan hal ini.
Tapi, senyuman Xabiru memudar tatkala kedua matanya bersitubruk dengan mata istrinya yang nampak lelah dan sayu. Saat itu juga Xabiru terdiam kaku saat mendegar istrinya berkata, "Aku sehat, aku sehat, tapi hati aku nggak baik-baik aja, aku mohon mas, tolong."
Xabiru menggeleng, ia duduk bersimpuh didepan istrinya, menyentuh tangan istrinya menggenggamnya erat, "Tolong, tolong sayang aku mohon jangan begini".
Sarah terisak, dan itu sangat menyakitkan di mata Xabiru. Rasanya tak mampu lagi menahan sesak di dada saat melihat wanita yang ia cintai menangis seperti ini karena dirinya.
Apakah, ia harus melepaskan Sarah? Tapi, demi Tuhan, ia tidak ingin ini terjadi.
_____________
Jangan lupa vote dan komennya. ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRU (Sarah xaBiru) (END)
RomanceFakta mengejutkan membuat Sarah tak mampu memijaki bumi dengan tegap. Kehadiran wanita yang meminta suaminya untuk mendonorkan darah untuk putra mereka membuat Sarah tertawa barangkali wanita itu bermimpi disiang hari sampai menyatakan hal lelucon s...