Kalau saja waktu bisa diputar kembali, tentu saja semua orang ingin memperbaiki semua di masa lalu. Tapi sayangnya, waktu tak dapat diputar, dijilat, dicelupin apalagi dimakan.
______________
Pagi ini, Xabiru kesiangan, semalam ia baru bisa tidur jam 2 dini hari. Sementara kedua putranya mungkin sudah berangkat sekolah karena ia melihat situasi rumah yang sangat sepi.
Xabiru membuka pintu kamarnya, melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit. Tapi, mendadak perasaan Xabiru tidak enak saat melihat meja rias yang berisi peralatan make up istrinya sudah bersih. Dengan perasaan tak menentu, ia membuka lemari, bersih, tak ada satupun pakaian Sarah.
Sarah pergi, sial, Xabiru segera menuruni tangga, menghampiri satpam yang sedang berjaga, "Pak Jon, bapak lihat Sarah??"
"Non Sarah pergi bawa koper besar pak".
"Kapan??"
"Sehabis den Devan sama den David berangkat sekolah diantar supir pak, non Sarah pergi, naik taksi".
Xabiru mengetatkan rahangnya, ia kembali masuk ke dalam rumah, menghubungi Sarah namun nihil, Sarah tak menjawab namun wanita itu mengiriminya pesan Whatsapp.
Aku pergi mas, sampai jumpa di pengadilan, terimakasih selama ini sudah banyak membantu keluargaku, tapi mulai saat ini, berhenti membantu keluargaku mas. Jangan lupa istirahat, jangan bekerja terlalu keras, sarapannya sudah aku siapkan di meja makan.
Xabiru menggeleng kaku, tak mampu rasanya menopang tubuhnya sendiri hingga ia duduk bersimpun dengan bahu bergetar. Demi tuhan, kali ini ia benar-benar membenci dirinya sendiri.
"Seharusnya kamu tetap disini sayang, rumah ini milik kamu". Ujar Xabiru sendu.
Memang benar, rumah ini atas nama Sarah, ia memberikannya kepada Sarah sebagai hadiah pernikahan mereka yang ke satu tahun. Tapi rupanya, Sarah memilih pergi.
_____________
"Bodoh kamu Sarah, Xabiru itu sudah membantu banyak keluarga kita, dan kamu apa?? Xabiru sudah menceraikan kamu?? Harusnya kamu menahan Xabiru, harusnya kamu melarang dia untuk menceraikan kamu. Mama benar-benar nggak mengerti dengan pikiran kamu yang picik itu". Suara Mareta, mamanya menggelegar di ruang tamu.
Seluruh keluarganya berkumpul, abangnya, dan adiknya yang menatapnya penuh prihatin dan tatapan sinis.
"Emang servis lo kurang gitu kak sampe kak Xabiru nanem benih di wanita lain??" Ayumi menatap sang kakak sinis.
Sarah terdiam kaku, ia sudah terbiasa akan hal ini hingga rasanya hatinya terasa kebas.
"Terus kamu tinggal dimana sekarang? Kamu tahu kan rumah kita udah sempit Sarah, nggak ada kamar lagi". Suara ibunya kembali terdengar.
"Aku kesini cuma mau bilang itu, aku nggak akan tinggal disini. Aku pergi". Sarah tersenyum tipis meninggalkan keluarganya tampa menoleh lagi. Mengabaikn ibunya yang memaki dirinya, bahkan ia yakin jika kakak dan adiknya ikut memakinya, hanya ayahnya yang banyak diam.
Ia tidak ingin berlama-lama di rumahnya. Sudah cukup penghinaan yang keluarganya lakukan padanya. Ia memang gagal menjadi istri, ia akui itu, tapi pantaskah mereka menyalahkannya atas apa yang terjadi dalam rumah tangganya?
Bukankah ia hanya korban? Tapi kenapa keluarganya berpikir jika dirinya adalah pelaku.
Sarah mengusap butiran bening dipipinya dengan kasar lalu masuk ke dalam taksi.
______________
Sarah menghela nafas saat memasuki kontrakan kecil miliknya. Tapi setidaknya, kontrakan ini mampu memberinya ketenangan.
Ia butuh tempat yang jauh dari hiruk piruk kata-kata pedas keluarganya. Dan, ia butuh waktu untuk menghindari Xabiru dan semua kejadian yang terjadi selama beberapa bulan ini.
Kontrakan ini sangat jauh berbeda dengan rumah besar milik Xabiru. Rumah kontrakan ini hanya ada dua kamar kecil, dapur kecil dan satu kamar mandi dekat dapur. Tidak ada sofa di ruang tamu. Sementara di kamar utama, kasur yang sedang ia tiduri juga tidak selembut kasur di rumah Xabiru.
Tapi sekali lagi, tempat ini sangat nyaman untuknya.
Semua sudah benar, perihal hak asuh kedua putranya memang sudah seharusnya jatuh ke tangan Xabiru. Ia tahu, ia tidak akan bisa memberikan kehidupan layak dengan fasilitas menjanjikan seperti yang Xabiru berikan selama ini.
Meski jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, ia tak ingin kedua putranya jauh darinya. Mengingat kedua putranya, Sarah kembali merasakan kesedihan teramat dalam.
Pagi tadi, ia mengantar kedua putranya untuk yang terakhir kali. Untuk pertama kalinya, ia merasa sedih luar biasa melihat kedua putranya yang tak lagi bisa ia temui setiap hari.
Sarah meraba handfhonenya yang bergetar menampilkan nama Xabiru, lelaki itu menelfonnya sedari tadi pagi, tapi ia sama sekali tak berminat untuk mengangkatnya. Selain itu, ada banyak pesan dari Xabiru yang memintanya pulang dan tinggal di rumah itu.
Tapi, demi apapun, ia tidak menginginkannnya. Baginya, ia tak berhak atas rumah itu, sekalipun Xabiru memberikannya untuknya. Tapi, tetap saja, ia tidak ingin tinggal disana.
Sementara Xabiru mengerang frustasi saat Sarah benar-benar tak membalas satupun pesannya, bahkan telfhonenya pun tak diangkat.
"Kak, udah, kak Sarah mungkin lagi butuh wakti". Basmal menepuk pundak Xabiru.
Ia turut bersedih atas apa yang menimpa keluarga sang kakak. Tak menyangka jika rupanya, perceraianlah yang menjadi jalan terbaik bagi permasalahan pelik yang terjadi.
"Tapi kakak khawatir Bas, bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan Sarah, dia nggak ada di rumahnya, lalu dia tinggal dimana??"
Cece menggigit bibir bawahnya, ikut bersedih akan hal ini, rasanya ia tak menyangka jika Sarah, kakak iparnya itu benar-benar pergi. "Kak Sarah nggak ada hubungin aku kak, mungkin kata mas Basmal benar, kak Sarah sedang butuh waktu untuk sendiri. Nanti aku akan coba menghubungi kak Sarah, kak Xabiru harus tenang, ada Devan dan David yang harus kakak perhatikan".
Xabiru menyisir rambutnya ke belakang dengan tangannya. Kepalanya pening memikirkan hal ini, "Aku mau jemput mereka dulu, terimakasih Ce, kakak minta tolong tanyakan kepada Sarah, dimana ia tinggal".
Cece mengangguk, Xabiru tersenyum tipis lalu pergi dari rumah Basmal dan Cece. Basmal mengusap kepala istrinya penuh sayang, "Makasi sayang".
"Untuk???"
"Karena kamu bertahan untuk aku, aku minta maaf ya sudah pernah nyakitin kamu"
Cece mengangguk, "Kalau kamu mengulaginya lagi, apalagi sampai berani celupin Basmal junior ke lubang donat, aku pastikan Basmal junior aku potong"
Basmal meringis ngeri, "Gabisa muasin kamu dong sayang kalau dipotong".
"Kata siapa? Emang yang punya begituan cuma kamu??"
Basmal melotot, "Nggak boleh, kamu milik aku loh sayang". Ujarnya dengan nada manja "Yang boleh muasin kamu cuma aku".
"Sama, yang boleh muasin kamu juga aku, nggak boleh ada perempuan lain".
Basmal terkekeh, "Aku selalu puas sama kamu dan kamu pun sama, mau bukti sekarang juga? Yukk aku siap banget sayang" Basmal menaik turunkan sebelah alisnya.
Cece mencubit perut suaminya, "Mesum".
Basmal tergelak, otaknya memang selalu mesum jika berhadapan dengan istrinya. Ia pun tak tahu mengapa.
____________
Jangan lupa vote dan komennya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRU (Sarah xaBiru) (END)
RomanceFakta mengejutkan membuat Sarah tak mampu memijaki bumi dengan tegap. Kehadiran wanita yang meminta suaminya untuk mendonorkan darah untuk putra mereka membuat Sarah tertawa barangkali wanita itu bermimpi disiang hari sampai menyatakan hal lelucon s...