"Biru, pliss, udah! berhenti minum". Safir benar-benar seperti ibu-ibu yang memarahi anaknya yang nakal. Sedari tadi, ia sudah berkali-kali mengatakan kalimat yang sama, namun sama sekali tidak dihiraukan.
Sebelumnya, Basmal yang memintanya menjemput Xabiru yang sedang mabuk, dan Basmal mendapatkan informasi dari Lionel. Basmal, lelaki itu tidak bisa menjemput kakaknya karena ia pun harus menjaga Devan dan David beserta Cece dan putranya.
Ergh, Safir menjadi pening sendiri menghadapi Biru yang sedari tadi menangis lalu tertawa lalu menangis lagi. Astaga! Semoga saja sahabatnya ini masih waras.
Rasanya, ia tak patut mengomentari sikap Xabiru saat ini, ia pun juga pernah mengalami hal demikian. Sebab, kala ia mengetahui Cece akan menikah dengan Basmal, tentu saja ia pernah mabuk dan menangis, karena rasanya memang semenyakitkan itu.
Tapi, melihat Xabiru yang masih tetap meminum alkohol hingga teler seperti ini, dia jadi kesal sendiri.
"Bajingan, laki-laki sialan itu mengaku meniduri milikku, brengsek" ujar Xabiru dengan suara serak, tapi kedengarannya sangat menyedihkan di telinga Safir.
Safir pun sama tak menyangkanya, tapi mengingat Pram yang mencintai Sarah, tentu bukan hal yang tidak mungkin hal itu terjadi. Jangan tanyakan dari mana ia mengetahui Pram yang mencintai Sarah, dia juga laki-laki, ia pun tahu kalau Pram sangat mencintai Sarah.
"Apa seperti ini yang Sarah rasakan saat gue menyentuh dan menghamili wanita lain Fir?" Xabiru tersenyum kecut, bahkan sekalipun ia mabuk dan sudah teler, hatinya masih berdenyut nyeri dan teramat sakit. Bukankah, seharusnya, ketika mabuk, ia akan melayang dan sedikit melupakan sakit hatinya? Dasar pembual, minuman tidak berguna.
"Rasanya sakit banget, gue nggak tahu gimana rasanya supaya rasa sakit ini hilang".
Safir diam, ia pun sama bingungnya, meminta Xabiru melupakan, mana berani, ia saja sampai detik ini belum bisa move on dari Cece. Erg! Astaga!
Xabiru tersenyum miring, "padahal gue yakin, milik gue lebih besar dan lebih bisa memuaskan Sarah".
Safir melotot, "eh, sontoloyo, otak lo bener-bener, astaga, masih sempat-sempatnya ngomong begituan!".
Xabiru hanya tertawa pelan, lalu setelahnya terdiam dengan air mata mengalir.
Safir hanya menggeleng, "gue nggak tahu mau bilang apa Biru, tapi, lo masih punya Devan dan David, tolong pikirkan mereka, mereka masih butuh elo, berhenti minum, gue nggak mau lo kenapa-napa".
__________________
"Maafin aku Pram, gara-gara aku, kamu jadi begini, aku minta maaf, harusnya, harusnya kamu nggak bilang seperti itu sama Xabiru".
Pram hanya tersenyum, sudut bibirnya masih sakit, dan beberapa bagian tubuhnya juga masih sakit, tapi dokter sudah memberinya obat dan tentu saja Sarah sudah mengompres dan mengobati luka lebamnya.
"Aku baik-baik aja Sarah, aku nggak papa".
Sarah menunduk, ia merasa bersalah karena menyeret Pram dalam masalah hidupnya yang pelik. Menyadari perubahan raut wajah Sarah yang semakin sedih, Pram membawa Sarah ke dalam pelukannya, "Nggak papa Sar, aku baik-baik aja".
"Tapi, luka lebam di wajah kamu banyak banget, kamu jadi jelek".
Pram melepas pelukannya, "serius???"
Sarah mengangguk polos, "jelek banget".
Pram meringis, pukulan Xabiru memang benar-benar menyakitkan. Tapi, kalau ia berada di posisi Xabiru, ia juga akan melakukan hal yang sama.
Lagi pula, sampai saat ini, jujur saja, ia masih merasa bersalah, ia pernah menyentuh ah, apa ya namanya, kata petting barangkali lebih cocok. Karena, ia masih belum melepas gelar perjakanya. Ergh, kenapa kedengarannya sangat menggelikan, menyebut dirinya sendiri yang perjaka di umur tiga puluan.
Ia memang pantas mendapatkan ini, karena ia lancang hampir saja menyentuh Sarah. Jadi, ketika Xabiru memukulinya dengan membabi buta, ia memilih diam tidak membalas.
"Kalau gitu, aku nggak berani pulang ke rumah dulu deh" bisa-bisa mamanya itu akan heboh saat melihatnya seperti ini.
"Maaf"
"Gapapa, gausah merasa nggak enak gitu".
"Pram"
"Hmm? Kenapa? Butuh sesuatu? Atau kamu ngidam??"
"Pengen pulang, aku nggak betah disini, bau obat".
"Namanya juga rumah sakit, nanti aku tanya sama dokter yaa, siapa tau besok bisa pulang".
"Kok besok"
"Sekarang udah malam Sar, kamu istirahat deh, nggak baik bumil tidur malam-malam".
Sarah diam, lalu merebahkan diri, mencoba memejamkan mata, Pram benar, ia harus istirahat, tubuh dan pikirannya benar-benar lemah.
____________________
"Eh lo udah sinting? Pram, lo.. aduh, gila lo ya, lo ngaku kalau lo ayah dari anak di dalam perut Sarah". Fero mengacak rambutnya kasar, tidak habis pikir dengan apa yang sahabatnya ini lakukan.
"Lo nggak mikir konsekuensinya kek mana? Yang bener aja deh Pram, gue tau lo itu cinta mati, bucin atau apalah itu, tapi bro, nggak gini juga caranya. Buset dah, pusing gue, lama-lama tensi gue naik ini".
"Aelah ni anak malah diem sambil makan kacang," ujar Fero gregetan, astaga kenapa pula ia memiliki sahabat modelan Pram yang otaknya sudah sinting karena cinta.
"Jangan bilang, muka lo bonyok karena dihajar Xabiru??"
Pram mengangguk membenarkan dengan wajah polos. Fero yang melihat itu hanya bisa menghela nafas dan greget, "bener-bener nggak waras, Pram, lo tau kan, abis ini idup lo nggak akan tenang,"
"Tau".
"Terus, kenapa lo nekat nyet, astaga!" Eughh, Fero benar-benar ingin menenggelamkan dirinya di kolam renang, kepalanya benar-benar ingin meledak.
"Sebelum gue melakukan ini, gue udah memikirkannya baik-baik. Gue, nggak mungkin membiarkan Sarah mengaku jika dia hanya terlibat cinta satu malam dan hamil. Kesannya, Sarah akan sangat memiliki nilai buruk, dan lebih baik kalau gue yang mengakui anak kandung Sarah".
"Kenapa kaga bilang aja coba kalu Xabiru itu bapaknya?"
"Sarah nggak mau Xabiru tahu soal kehamilannya dan gue pikir, Xabiru memang harus merasakan apa yang Sarah rasakan, sekalipun apa yang gue dan Sarah sampaikan adalah kebohongan".
Aduh, Faro menjadi makin pening dibuatnya, kenapa ini sangatlah rumit, "terus, kalau semisal nanti orang tua lo dan orang tua Sarah tau, aduh bro, ribet banget urusannya, lo bakalan dimintai tanggung jawab, emang lo mau? Lo siap???"
Pram mengangguk, "kenapa nggak??"
Fero membelalak, ia menelan ludah kasar, "meski Sarah sedang hamil dan itu bukan darah daging elo??"
Pram lagi lagi mengangguk yakin, "ada yang salah??"
"Lo serius???"
"Gue serius, karena apapun yang ada dalam diri Sarah, kekurangannya, kelebihannya, apapun itu, gue menerima semuanya,"
Yassalam, fiks, Pram benar-benar bucin akut, dan kali ini ia benar-benar bangga akan sahabatnya ini. Fero menepuk pundak Pram, "gue salut, dari dulu, lo emang patut dibanggakan bro, sumpah!"
Benar, bagi Fero, Pram memang patut dibanggakan, karena, ia adalah saksi bisu bagaimana laki-laki itu mencintai seorang Sarah dengan teramat benar dan rapi.
_________________
Jangan lupa vote dan komennya, spesial buat kalian, aku post malem-malem hihi.
DISKON NATAL DAN TAHUN BARU!Hai Guys! lagi adapromo besar-besaran nih. Event ini akan berlangsung selama tanggal 24 Desember 2023 - 01 Januari 2024. Jangan sampai lewatkan kesempatan checkout ebook novelku di banjir promo kali ini.
PS: Promo hanya berlaku untuk pembelian ebookku melalui Eternity Publishing di WhatsApp 088809008000
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRU (Sarah xaBiru) (END)
RomanceFakta mengejutkan membuat Sarah tak mampu memijaki bumi dengan tegap. Kehadiran wanita yang meminta suaminya untuk mendonorkan darah untuk putra mereka membuat Sarah tertawa barangkali wanita itu bermimpi disiang hari sampai menyatakan hal lelucon s...