Balas dendam tak selamanya akan menghasilkan kepuasan.
_______________
Pram mendekati Sarah yang duduk di ranjang, Sarah juga sudah mengenakan baju tidur celana panjang dan berlengan panjang.
"Maaf Sarah, aku nggak bisa mengontrol diriku sendiri".
Sarah menggigit bibir bawahnya, "Aku juga salah". Air mata Sarah tak mampu ia bendung lagi. "Aku berpikir, ka-kalau aku juga disentuh lelaki lain, apakah Xabiru juga akan merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Tap-tapi, ini semua salah, aku..."
Pram membawa Sarah ke dalam pelukannya, ia tahu perasaan Sarah, bodohnya ia hampir saja melakukan kesalahan fatal. "Maaf Sarah, ini salahku, jangan membalaskan dendam apapun Sarah, orang yang balas dendam tidak selamanya akan memperoleh kepuasan justru terkadang penyesalanlah yang akan dirasakan".
"Aku minta maaf Sarah, ini semua karena aku yang nggak bisa mengontrol diriku sendiri".
Sarah melepas pelukan Pram, menyalahkan Pram, rasanya tak etis, karena sedari tadi ia hanya diam menerima semua sentuhan Pram dengan perasaan berkecamuk. "Lupakan kejadian ini Pram, kita sama-sama bersalah, rupanya, aku, aku nggak bisa melakukan hal yang sama seperti yang Xabiru lakukan, aku justru takut membuat Xabiru marah dan terluka".
Pram mengerjap, melupakan?? Bisakah?? Pram hanya tersenyum tipis sebagai jawaban. Ia tahu, pikiran Sarah mungkin saja ingin membalas apa yang Xabiru lakukan padanya, tapi hati Sarah tak akan bisa melakukan hal itu. Sialnya lagi, justru rasa cintanya kepada Sarah saat ini semakin mengebu-ngebu.
"Tidurlah, sudah malam, aku tidur diluar". Ujar Pram lalu meninggalkan Sarah sembari membawa kasur lipat ke ruang tamu.
______________
Pagi sudah tiba, Pram terbangun dari tidurnya saat mencium aroma masakan yang membuat perutnya berbunyi. Pram mengusap wajahnya lalu bangun dari tidurnya dan membersihkan wajahnya di kamar mandi.
Setelahnya, ia menghampiri Sarah yang sibuk memasak, Pram tersenyum tipis, kenapa dirinya sudah mirip seorang suami yang dilayani istrinya ya?
"Sarah, soal semalam, sekali lagi aku minta maaf". Jujur saja, ia teramat kesal kepada dirinya sendiri, susah sekali mengontrol nafsunya saat melihat Sarah begitu cantik di depannya.
"Lupain Pram, kita sarapan dulu ya, maaf sarapannya cuma seperti ini". Ujar Sarah, karena ia pun, ingin melupakan kejadian semalam yang nyaris membuatnya melakukan hal bodoh.
Pram tersenyum tipis menerima nasi goreng buatan Sarah, "Ini udah lebih dari cukup, makasih Sar".
Sarah mengangguk, ia pun menikmati nasi goreng miliknya dalam diam. Namun, sesekali Pram memperhatikan Sarah.
Pram berderhem, "Kamu bisa mulai kerja besok, jadi sekretaris aku, tapi Sar, kamu harus kompeten, meski kamu sahabatku, aku nggak akan sungkan ngasih kamu pekerjaan yang banyak, karena belakangan ini banyak kasus yang sedang aku tangani".
Sarah mengangguk paham, "Makasih Pram, iya aku ngerti".
"Kalau bisa, kamu pindah dari kontrakan ini, kamu bisa tinggal di apartemenku, biar aku yang tinggal di rumah".
Sarah menggeleng, "Nanti aku pindah, mungkin aku bakalan ngekos di tempat yang nggak jauh dari kantor kamu".
Pram menghela nafas, meminum air miliknya hingga tersisa setengah, Sarah memang keras kepala, tidak pernah berubah, "Nanti aku carikan kossan dekat kantor, sore ini kamu pindah, aku nggak pengen kamu tinggal di sini sendirian".
"Tapi, aku sewa rumah ini sebulan Pram, sayang banget uangnya".
Astaga, Pram benar-benar gemas dengan Sarah, "Nanti aku yang bayar kontrakan ini, kamu kemasi barang-barang kamu, nanti sore aku jemput".
"Tap.."
"Nggak ada tapi Sarah".
______________
Fero menatap Pram heran karena laki-laki itu terlihat sibuk mencari kosaan di daerah tak jauh dari kantor. "Uang lo udah habis?? Atau lo bosen jadi orang kaya, trus tinggal di kos-kossan yang pengap. Jangan aneh-aneh deh Pram, lo punya apartemen, punya rumah, malah mau nyari kos-kossan, yang bener aja lah".
Pram memutar bola mata malas, "Gue nyari kossan buat Sarah".
Fero mengerjap, "Hah?? Gimana maksudnya? Sarah mau ngekos? Ngekos sama Xabiru gitu. Anjir ini lebih aneh lagi".
"Sendirian".
Lah? Fero semakin bingung, "Gimana sih maksudnya? Emang dibolehin sama Xabiru? Jangan ngadi-ngadi deh".
"Mereka mau cerai".
Mata Fero membola, cerai? Yang benar saja. Ia tahu betul bagaimana bucinnya Xabiru pada Sarah yang udah memasuki level stadium empat, dan apa tadi? Cerai?ah mana mungkin. Sepertinya, Pram bermimpi atau membual karena ia belum bisa move on dari Sarah.
"Lo kalau belum bisa move on, gapapa bro. Tapi, nggak usah membual apalagi bermimpi bahkan menghayal Xabiru sama Sarah cerai, kaga mungkin. Si Xabiru udah cinta mati sama Sarah. Ada-ada aja lo mah".
Pram menatap Fero intens dengan raut menunjukkan keseriusan, dan saat itu juga, Fero menyadari, kali ini Pram tidak sedang membual, bermimpi apalagi berhayal.
"Lo serius???" Tanya Fero memastikan.
"Ya, Sarah dan Xabiru akan bercerai".
"Kenapa??"
Pram mengangkat bahunya, "Nggak sopan kalau gue membeberkan alasan perceraian mereka, tapi, semisal nanti Sarah memberi tahu lo, no problem".
Fero paham, "Kaget gue, sumpah" ia tak habis pikir, bagaimana bisa Xabiru dan Sarah justru bercerai. Pasalnya ia tahu betul, keduanya saling mencintai.
Tapi, memang takdir tak ada yang tahu. Namun, Fero menatap Pram penuh selidik, "Tapi, ini bukan karena elo yang jadi orang ketiga kan??"
Pram bersumpah, ia ingin menenggelamkan Fero ke rawa-rawa, "Gue masih waras, nggak kepikiran sama sekali jadi orang ketiga".
Fero bernafas lega, lalu terkekeh, "Sory bro, takutnya lo khilaf".
Ergh, khilaf??
Pram menelan ludah, ia memang khilaf, kejadian semalam sedari tadi selalu membuatnya pusing dan tak bisa ia lupakan._______________
Jangan lupa vote dan komennya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRU (Sarah xaBiru) (END)
RomanceFakta mengejutkan membuat Sarah tak mampu memijaki bumi dengan tegap. Kehadiran wanita yang meminta suaminya untuk mendonorkan darah untuk putra mereka membuat Sarah tertawa barangkali wanita itu bermimpi disiang hari sampai menyatakan hal lelucon s...