8

10.3K 375 6
                                    

Ia takut, bagaimana jika ia hanya seperti bayangan, tak nyata, tapi barangkali mungkin pernah dirindukan namun tak punya keberanian sekedar mengungkapkan. Atau justru tak pernah dirindukan karena ia hanya bayangan. 

________________

Udara pagi menyapa, terasa dingin menusuk, membuat manusia terkadang enggan untuk bangun, memilih menarik selimut mencari kehangatan. Atau brangkali, mencari selimut bernyawa memintanya memeluknya berbagi kehangatan.

Itu juga yang Xabiru lakukan, udara pagi yang dingin membuatnya enggan bangkit dari tidurnya. Ia lebih memilih memeluk tubuh polos istrinya yang mampu memberikan ia kehangatan dan kenyamanan.

Xabiru mengecup bahu polos istrinya, "Maaf, aku kasar banget semalam sayang", ujarnya penuh penyesalan.

Ia tak bermaksud berbuat demikian, tapi, ia benar-benar emosi, dan cemburu. Tak sanggup rasanya meski sekedar membayangkan istrinya disentuh lelaki lain barangkali hanya sejengkal saja.

Kini, ia mengerti bagaimana perasaan istrinya kala mengetahui suami brengseknya sudah menyentuh wanita lain hingga hamil, meski itu berada dibawah pengaruh obat perangsang. Tapi, tetap saja, lelaki brengsek seperti dirinya pun, sangat tamak, tak mau Sarah pergi darinya, meski ia sudah menyakiti istrinya.

Sarah mengerang, tubuhnya terasa remuk, bagian inti tubuhnya terasa sakit. Ia membuka matanya perlahan, mengumpulkan nyawa. Lalu, ingatan kejadian semalam benar-benar membuatnya kecewa, perlakuan Xabiru benar-benar sangat kasar, menyetubuhinya tanpa ampun.

Sarah mencoba melepas pelukan Xabiru namun lelaki itu memilih mengeratkan pelukannya. Xabiru masih ingin memeluk istrinya, mendekapnya dalam kehangatan dan kerinduan yang mengebu.

"Lepas mas".

"Nggak mau, aku masih ingin memeluk kamu. Mas minta maaf, semalam, mas kasar sama kamu, maafin aku, aku cemburu, maaf sayang" .

"Aku sudah seperti pelacur".

Xabiru menggeleng tegas, "Nggak, sayang, maaf, kamu istri aku, kamu bukan seperti wanita yang kamu maksud".

Bibir Sarah bergetar, butiran bening mengalir begitu saja tanpa bisa ia cegah. Salahkah jika ia  belum siap dan ingin melakukan hubungan itu dengan suaminya? Karena jujur saja, ia amat ketakutan. Ia takut jikalau suaminya membayangkan Melisa saat berhubungan dengannya.

Ia benar-benar merasa insecure. Ia takut, bagaimana jika rasa dirinya dan Melisa lebih nikmat Melisa dimata Xabiru. Dan dia hanya menjadi bayangan dari Melisa. Tidak. Tidak.

Sarah melepas pelukan Xabiru, demi apapun kepalanya terasa ingin meledak ketika memikirkan hal itu. "Aku kecewa sama kamu mas". Bisiknya lirih menarik selimut menutup tubuh polosnya lalu bangkit, memaksakan diri berjalan dengan langkah tertatih-tatih menuju kamar mandi.

Dan Xabiru, hanya bisa memandangi kepergian istrinya dengan sejuta penyesalan.

__________________

"Masih jomblo aja lo Pram, umur lo udah kepala tiga bro, lo nggak liat anak gue udah tiga, lo nggak pengen punya anak dan dipanggil ayah gitu??"

Pertanyaan aneh, tentu saja ia ingin menikah, punya anak, hidup bersama dengan orang yang ia cintai. Tapi, semua nggak semudah itu.

"Masih belum move on sama Sarah?"

Pram melempar kulit kacang ke wajah Fero, sahabatnya semasa kuliah. Fero tergelak, tak perlu Pram menjawab. Ia sudah tahu dari raut Pram yang amat ketara.

"Sarah udah nikah bro, udah punya anak, lupain aja".

Andai semudah itu, "Nggak semudah yang lo bayangkan".

Fero menghela nafas, tak habis pikir, Pram masih terjebak cinta berkedok sahabat. Lagi pula, apa susahnya ya Pram mengungkapkan perasaannya sejak dulu, sebelum Xabiru datang menyerempet Sarah mengambilnya dengan ganas sekali hentak lalu sah.

Ia gemas sendiri dengan Pram, karena sudah jelas, Pram mengenal Sarah sejak kecil, lalu berlanjut fase remaja hingga dewasa. Dari sekian banyaknya waktu dan kesempatan sebanyak itu, kenapa Pram tidak memanfaatkannya dengan mengungkapkan perasaannya. Ah sudahlah, nasi sudah jadi bubur.

"Terus gimana? Lo mau jadi pebinor??"

"Sialan, gue nggak sebrengsek itu". Makinya kesal, ia memang mencintai Sarah, tapi ia tidak pernah berniat untuk merebut Sarah.

"Lah terus gimana? Lawan lo Xabiru men, lo tau sendiri tu anak cakep dari segala sisi, tampan dan mapan, idaman cewe-cewe pada umumnya".

"Lo pikir gue nggak tampan dan mapan??"

Fero melihat Pram dari atas sampai bawah, "Lo juga tampan dan mapan sih, bonusnya otak lo juga cakep, cuma lo goblok kenapa kaga dari dulu bilang ke Sarah, nih gue praktekin, 'Sarah, aku suka sama kamu'. Sumpah gitu doang, susahnya minta ampun, sampe keburu Sarah diambil Xabiru".

"Nggak semudah itu Fer, gue takut karena perasaan gue ke dia, dia jadi menjauh, hubungan persahabatan kami hadi hancur, dan dia nggak nyaman. Gue nggak mau itu terjadi".

Fero menggaruk tengkuknya, "Susah bener dah hidup lo. Atau gini deh, gue kenalin lo sama cewek, rekan kerja gue, atau temen istri gue. Gimana??"

Pram menggeleng, apa temannya pikir ia se tak laku itu? "Nggak deh, gue bukan nggak laku, cuma perasaan gue masih terpaku aja di satu titik".

Kini giliran Fero melempar kulit kacang ke wajah Pram, "Gaya lo kampret, bahasanya udah ngalain tukang syair cinta".

_________________
Ada nggak sih cowo kaya Pram? Yang setia suka sama satu cewe?.

Jangan lupa vote dan komennya yaa gengs.❤❤

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang