32

6.5K 274 10
                                    

"Boleh kita bicara??"

Pram terkejut saat melihat Xabiru berdiri di depan rumahnya. Ia tidak menyangka, malam-malam begini, ia akan melihat Xabiru berkunjung ke rumahnya.

Kalau boleh jujur, ini kali pertama Xabiru mendatanginya. Ergh, kalian tahu sendiri kan, Xabiru teramat tidak menyukainya sedari dulu.

Tapi, ia sam sekali tidak tersinggung atau marah akan hal itu. Karena mungkin, jika ia berada di posisi Xabiru, ia akan melakukan hal yang sama.

"Boleh, kita ngobrol di dalam". Pram membuka pintu lebar-lebar, mempersilahkan Xabiru duduk di ruang tamu.

Sementara itu, Pram mengambil minuman di dalam kulkas, Papa dan Mamanya sedang ke luar kota, menghadiri acara salah satu keluarga, sementara dirinya memang tidak ikut karena pekerjaan di kantor sedang menumpuk dan ia takut terjadi sesuatu dengan Sarah dan kandungannya.

Xabiru menghela nafas saat melihat Pram sudah datang dan duduk tidak jauh darinya.

"Di kulkas hanya ada minuman itu" ujarnya memberi tahu sembari meletakkan kaleng soda di meja.

"Tidak masalah" sahut Xabiru.

Setelahnya, suasana menjadi hening. Mereka berdua, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Ada yang ingin kamu bicarakan??" Pram membuka pembicaraan.

Xabiru mengangguk, "soal Sarah".

Pram terdiam, menunggu Xabiru melanjutkan ucapannya.

"Saya yang akan bertanggung jawab atas kehamilan dia!" Ujarnya mantap menatap Pram, tidak ada keraguan sedikitpun dari sorot matanya dan ucapannya.

Pram tahu, sampai kapanpun, Xabiru tidak akan pernah benar-benar melepaskan Sarah. "Kamu yakin? Sekalipun anak yang dikandung Sarah adalah anak saya? Dan saya juga pernah menyentuh Sarah?"

Tangan Xabiru mengepal, rahangnya mengeras, jangan tanyakan bagaimana perasaannya. Dan semua itu tidak luput dari perhatian Pram.

"Seperti itulah perasaan Sarah saat mengetahui suaminya menghamili dan menyentuh wanita lain Biru. Sebelumnya, saya minta maaf, saya tidak bermaksud menyalahkan kamu, karena saat itu kamu berada dibawah pengaruh obat. Tapi, tetap saja, Sarah tetap merasakan sakit dan rasa percaya dirinya menjadi rendah".

Xabiru tahu, ia memang menyesali semua yang terjadi di masa lalu. Ia membenci dirinya sendiri yang gagal menjadi suami dan ayah yang baik. Ia juga benci kepada dirinya sendiri yang tidak mampu menahan nafsu binatangnya.

"Dan lagi, apa kamu yakin bisa menerima anak saya? Dan menerima Sarah sekalipun kami sudah melakukannya??"

"Saya yakin, itu tidak akan merubah apapun, perasaan saya, masih sama, dan saya akan merawat anak itu dengan baik".

"Kalau misalkan kamu tidak melakukan kesalahan, apakah kamu akam tetap menerima Sarah dengan keadaan seperti ini?"

"Kamu pikir perasaan saya sedangkal itu? Saya tetap mencintai Sarah bagaimanapun keadaannya, Sarah tidak selingkuh dari saya, dia wanita terhormat, ibu dari anak-anak saya".

Pram menghela nafas, cinta yang tulus memang seperti itu, akan menerima segal macam bentuk baik buruk orang yang dicintai. Sama seperti dirinya yang tidak peduli akan status dan kehamilan Sarah. Dan sama seperti Xabiru, yang tidak peduli segalanya.

Pram berdiri, mengambil sesuatu dari kamarnya, lalu beberapa menit kemudian, ia kembali dan menyodorkan kertas hasil pemeriksaan kandungan milik Sarah.

Xabiru menerimanya, "ini maksudnya??"

"Usia kandungan Sarah, silahkan di cek, saya yakin kamu bisa menyimpulkan kebenarannya".

Xabiru membaca dengan seksama, tangan Xabiru bergetar saat melihat tulisan usia kandungan Sarah yang berusia tiga bulan lebih. Shit! Bahkan, perceraiannya dengan Sarah masih menginjak dua bulan.

Pram mengangguk saat Xabiru menatapnya, "Sarah hamil, anak kamu, tapi Sarah tidak ingin kamu mengetahuinya. Tapi, setelah saya pikir-pikir dengan baik, kamu harus tahu, karena ada anak kamu yang butuh kamu. Meski sebetulnya, saya mau bertanggungjawab menikahi Sarah, tapi, saya tidak ingin memaksakan hal yang tidak bisa dipaksakan".

Xabiru tidak kuasa menahan air matanya, sial, ia benar-benar sangat bahagia, sungguh. Pram menepuk pundak Xabiru, dan Xabiru tersenyum hangat untuk pertam kalinya kepada Pram, "terimakasih" ujarnya lirih.

Pram mengangguk, "Biru, saya memang mencintai Sarah, saya tahu kamu cemburu dan tidak suka dengan saya sedari dulu, tapi, saya bukan orang yang egois dengan berniat mengambil Sarah dari kamu. Tapi, saya juga tidak akan membiarkan kamu dengan mudah mendekati Sarah lagi, dan saya harap, kamu jangan memberi tahu dia dulu kalau kamu sudah tahu soal dia hamil anak kamu".

"Emosi ibu hamil sangat sensitif, saya tidak ingin Sarah banyak pikiran, pelan-pelan saja, minta maaf pelan-pelan, perbaiki perasaan Sarah dan kerpercaannya".

Xabiru mengangguk, mengusap air matanya.

"Tapi Xabiru, saya minta maaf".

"Untuk??"

"Semuanya, saya ingin minta maaf. Tapi, percaya sama saya, saya tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan Sarah, saya..."

"Saya tahu," Xabiru memotong ucapan Pram.

Pram memilih diam tidak lagi melanjutkan, "sering-sering jenguk Sarah, belakangan ini, saya agak sibuk, sudah beberapa hari saya tidak mengunjungi Sarah, tapi saya tetap meminta kepercayaan saya untuk mengawasi Sarah".

"Terimakasih Pram,"

"Sama-sama,"




__________________
Jangan lupa vote dan komennyaa❤❤❤❤

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang