20

9.6K 426 23
                                    

Bisakah kita bersama lagi???

_____________

"Udah baikan???" Xabiru memijat tengkuk Sarah, mendengar Sarah muntah-muntah di pagi hari dikamar mandi membuatnya khawatir dan segera menghampiri Sarah.

Beruntung sekali jarak ruang kerjanya bersebelahan dengan kamar mereka, ah ralat sekarang hanya menjadi kamarnya saja dan tentu saja ia masih bisa mendengar Sarah yang muntah-muntah.

"Kayaknya aku masuk angin". Kata Sarah lemas, ia membiarkan Xabiru memapahnya menuju ranjang. Demi apapun, ia benar-benar sangat lemas. Belum lagi, perutnya terasa di aduk-aduk.

"Kita ke dokter yaa".

Sarah menggeleng, "Aku baik-baik aja". Ujarnya sembari membaringkan tubuhnya, lalu memejamkan mata.

Xabiru menghela nafas sembari melihat Sarah yang meringkuk di atas ranjang. "Mau aku buatkan susu hangat???"

Sarah menatap Xabiru, lalu mengangguk, "Boleh, kalau kamu nggak merasa repot".

Xabiru tersenyum, "Nggak sama sekali, tunggu ya, aku ke dapur dulu".

Sarah mengangguk, menatap kepergian Xabiru, laki-laki yang dulu ia cintai setengah mati namun menghancurkannya tanpa sisa.

Hidup sebagai anak tengah yang di anak tirikan membuat dirinya haus akan kasih sayang, lalu Pramudya datang sebagai sosok pahlawan untuknya. Hingga Xabiru datang menawarkan kebahagiaan dan sebuah pernikahan. Ia menerima tawaran Xabiru, karena ia pun juga menginginkan Xabiru.

Xabiru, laki-laki yang ia harapkan akan selalu menjadi tempat ia pulang. Tapi rupanya, takdir berkata lain. Sarah mengusap sudut matanya yang berair, hatinya mendadak perih jika mengingat kejadian beberapa bulan kemarin.

Sarah menghela nafas, ia melihat Xabiru sudah datang membawa segelas susu hangat dengan senyum teduh yang membuat hatinya berdenyut nyeri.

"Minum dulu".

Sarah menerimanya tanpa banyak bicara, lalu meneguknya hingga tersisa separuh.

"Gimana?? Masih mual??"

Sarah menggeleng, "Udah nggak, terimakasih".

Xabiru mengangguk, mengambil gelas di tangan Sarah dan meletakkannya di meja dekat tempat tidur.

"Aku mau pulang mas".

Xabiru menelan ludah kaku, hatinya mendadak gelisah setiap kali ia harus berpisah dan tak bisa lagi melihat Sarah dalam jarak dekat seperti ini. Perasaan takut dan khawatir kerap kali ia rasakan.

"Sebentar lagi aku mau pulang".

"Ini masih pagi Sarah, masih jam 5 pagi, nanti kita sarapan bersama, mas lama banget nggak ngerasain makan dengan nikmat, nggak ada kamu disisi aku membuat banyak perubahan dalam diri aku, termasuk pola makan".

Xabiru duduk  di sisi ranjang, menatap kosong ke depan, "Mas butuh kamu, tapi mas nggak mau egois menahan kamu".

"Aku nggak bisa lama-lama disini mas, hari ini aku ada janji dengan Pram".

Xabiru memicing, telinganya berdengung saat mendengar nama laki-laki yang bersembunyi dibalik kata persahabatan itu. "Bilang saja kalau kamu sibuk dengan anak kita".

"Tapi aku udah terlanjur janji mas".

Xabiru mendekati Sarah, menatap wajah wanitanya intens. "Seberapa dekat kamu sama dia sekarang??"

Sarah mengernyit, "Maksudnya??"

"Aku nggak suka kamu dekat-dekat dengan dia".

"Kamu nggak ada hak ngelarang aku mas".

Xabiru tersenyum miring, "Oh ya???"

"Kita sudah bercerai kalau kamu lupa mas".

Xabiru mengelus pipi Sarah sensual, "Itu hanya status sayang, sampai kapanpun kamu cuma milik aku. Ngerti? Hmm??"

Sarah menepis tangan Xabiru di pipinya, "Kamu udah nggak waras mas".

"Memang, dan itu karena kamu". Xabiru mengacak rambut Sarah, "Mas ke bawah dulu, kamu istirahat".

Sarah memijat pelipisnya, kepalanya berdenyut nyeri. Rupanya, Xabiru makin kesini makin sinting. Astaga!

_______________

Xabiru benar-benar menahan Sarah di rumahnya, bahkan dengan perasaan tidak enak hati, Sarah harus membatalkan janjinya dengan Pram.

Dengan perasaan kesal, Sarah menghentakkan kakinya kesal. Xabiru hanya terkikik geli melihat reaksi Sarah, sangat menggemaskan.

Ia tidak tahu, apakah ini hanya perasaannya saja, Sarah semakin berisi, dan lekuk tubuhnya semakin terlihat menggiurkan dimatanya.

"Apa liat-liat???"

Xabiru menggeleng, "Gapapa, kamu makin seksi ya sekarang".

Sarah mendelik, lalu mendekati Xabiru dan melayangkan pukulan hingga cubitan kecil tapi cukup membuat Xabiru meringis. "Dasar mesum, rasain nih rasain".

Xabiru tertawa, "Ampun, astaga, kamu brutal banget sayang". Xabiru menangkap tangan Sarah, lalu menggenggamnya erat.

"Kamu mesum".

"Sama kamu aja kok".

"Bohong!"

Xabiru tersenyum, mengacak rambut Sarah, "Maaf ya! tapi aku nggak bohong, kamu makin seksi, makin berisi, bahagia banget yaa pisah sama aku??" Tanyanya dengan nada parau.

Sarah mengerjap, "Ak..aku..."

"Nggak usah dijawab, aku mandi dulu ya, nanti aku antar kamu pulang, sebentar aja kok nggak lama". Xabiru mengecup kening Sarah sebelum masuk ke kamar mandi, meninggalkan Sarah yang menatap kepergian mantan suaminya yang memasang wajah sedih.

Sarah duduk dipinggir ranjang, menatap pantulan dirinya dicermin. Ia memang semakin berisi karena nafsu makannya meningkat akhir-akhir ini. Bukan karena ia bahagia berpisah dari Xabiru.

Jikalau boleh jujur, ia tidak baik-baik saja. Ia pun tidak menginginkan perpisahan, tapi ia tidak pula menginginkan perasaan terluka setiap kali membayangkan Xabiru pernah menyentug wanita lain. Rasanya sakit, dan menyesakkan.



_________________
Jangan lupa vote dan komennya yaa. Selamat membaca❤

SABIRU (Sarah xaBiru) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang