Sarah mengerjap, cuaca pagi ini sangat dingin, karena semalam hujan cukup derasn, dan sekarang ia jadi malas bangun, tapi perutnya benar-benar meronta minta diisi. Mau tidak mau, Sarah bangun ogah-ogahan menuju kamar mandi, mencuci muka dengan cepat dan memoleskan sedikit bedak tabur dan lipstik agar wajahnya tidak terlalu pucat.
Setelahnya, ia keluar dan mendapati sosok laki-laki yang berada di dapur, berkutat dengan pisau, sepertinya sedang mengiris bawang atau entahlah, ia tidak tahu. Dada Sarah berdebar, buru-buru ia mengambil kemucing dan memukulkannya ke punggung laki-laki tersebut dengan brutal, "maling, keluar dari sini sialan"!
"Aww, shh, sayang, ampun, ampun, ini aku Xabiru" Xabiru melenguh, membalikkan badan berusaha menghentikan pukulan Sarah yang brutal. Astaga, sungguh, pukulan Sarah benar-benar sakit, ia tidak bohong.
Sarah menghentikan pukulannya, menatap Xabiru dari atas hingga bawah, "kamu ngapain disini? Kenapa kamu bisa masuk?"
Ergh, Xabiru menelan ludah, matanya memindai wanitanya dari atas hingga bawah, uhh sangat seksi dan menggoda. Pakaian Sarah sangat tipis, hingga dalamannya tercetak jelas, belum lagi, bagian dadanya benar-benar menggemaskan, branya terasa tidak cukup menampung muatan di dalamnya.
Dan, jangan lupakan perut yang sudah sedikit menonjol memberikan kesan semakin seksi.
"Bra kamu udah nggak muat ya??"
Sarah membelalak, pertanyaan macam apa itu, dengan perasaan kesal, Sarah kembali melayangkan satu pukulan di lengan Xabiru "mesum".
Xabiru hanya meringis menahan sakit, dan terkekeh geli, "makin gede sayang, gemas banget, boleh..."
"Otak kamu perlu dicuci pakai pemutih".
"Cuciin dong, udah lama nggak diperhatiin sama kamu, jadi meriang banget rasanya".
Sarah memutar bola mata malas, mengabaikan ucapan Xabiru. "Aku lapar, kamu lagi masak kan? Cepetan masaknya".
"Iya sayang, kamu duduk aja, atau nonton TV, nanti aku panggi kalau udah selesai".
Sarah enggan menyahut, tapi ia langsung menuju ke depan TV, duduk di sana sembari memakan kripik, akhir-akhir ini nafsu makannya benar-benar meningkat drastis. Meski kadang, ia sering mual, tapi mual sudah tidak sesering dan separah kemarin-kemarin.
______________
"Pelan-pelan sayang, nggak akan ada yang ngambil makanan kamu kok" Xabitu terkekeh geli sembari mengusap sudut bibir Sarah yang belepotan kecap.
Menggemaskan sekali!
Sarah hanya mendelik, dan kembali menikmati makanannya. Ia sangat lapar, semalam, ia hanya makan sedikit karena moodnya berantakan akibat nonton film drama Cina terbaru yang akhir-akhir ini suka ia tonton.
"Kamu nggak kerja?" Sarah bertanya, pasalnya ia cukup heran, karena pagi-pagi sekali, Xabiru sudah berada di disini dan sampai sekarang belum juga pulang.
"Nggak".
"Kenapa?"
"Lagi mau sama kamu, kangen,"
Sarah bergidik, "lebay, lebih baik kamu pulang, aku hari ini sibuk" kata Sarah, ia meminum susu hingga tandas, ia sudah selesai dengan makanannya.
"Sibuk? Mau ngapain aja emang? Hmm?"
Urghh, Sarah mencebik kesal, kenapa Xabiru ini kepo sekali, "banyak, mending kamu pulang, David sama Davin.."
"Tenang sayang, putra kita lagi sama Basmal dan Cece, mereka sibuk main sama anaknya Basmal, aku udah izin sama putra kita untuk menemui mamanya yang suka ngambek" Xabiru mengedipkan sebelah matanya, lalu tergelak karena melihat respon Sarah yang melotot menggemaskan.
"Siapa yang ngambek? Nggak usah ngarang cerita deh".
"Terus apa dong? Suka marah? Hmm?"
Sarah tidak menjawab, ia memilih berdiri dari meja makan, meletakkan piring kotor dan pergi ke dalam kamar, tentu saja Xabiru mengejarnya.
"Ihhh, kamu ngapain ikut-ikut sih".
"Memangnya kenapa?"
"Nggak boleh" Sarah mendengus kesal lalu duduk di atas ranjang bersedekap menatap Xabiru kesal.
"Sayang, beneran deh, bra kamu kayaknya kekecilan, sumpah, dada kamu kayak mau tumpah, nggak kuat nampung".
"DIAM!, kamu mesum banget, mending kamu pulang, aku mau tidur".
"Loh, ini masih pagi loh sayang,"
"Terus? Kenapa kalau pagi? Aku mager, pengen tidur, sana deh, kamu pulang!" Sarah buru-buru merebahkan diri, lalu menarik selimut hingga menutupi tubuhnya, ia jadi menyesal mengenakan pakaian tipis. Sejak hamil, ia suka gerah dan suka mengenakan pakaian tipis.
Dan soal branya yang kekecilan, Xabiru benar, branya memang kekecilan. Tapi, ia tidak tahu kenapa Xabiru bisa tahu akan hal itu, dasar Xabiru otak mesum!
"Mau aku peluk nggak?"
"Nggak!"
Xabiru meringis mendengar penolakan tegas dari Sarah, "padahal, dulu kamu suka banget aku peluk loh sayang, terus kamu ngusel-ngusel di dada aku, abis itu kita..."
"Itu kan dulu, udah jadi masa lalu,"
Oh shit! Xabiru menghela nafas, perasaannya mendadak layu.
"Lagian, bisa-bisanya kamu pagi-pagi udah ada disini, dan lagi, gimana caranya kamu bisa masuk ke apartemen ini?"
Xabiru mendekati Sarah, lalu duduk di sisi ranjang, "apa sih yang nggak aku bisa".
"Nanti aku bakalan minta Pram buat ganti akses untuk masuk ke sini,"
"Kamu benci banget ya sama aku??"
Sarah diam. Menatap Xabiru yang menatapnya sayu dengan tatapan terluka. Benci? Sarah tidak membenci Xabiru, hanya saja, ia kecewa dan ahh entahlah.
"Aku minta maaf ya, tapi, sampai detik ini, perasaanku masih sama, aku masih cinta kamu, aku masih menginginkan kamu, untuk menjadi ibu dari anak-anakku, dan menghabiskan waktu sampai nanti bersamaku".
Sarah mendesah lelah, berusaha mengabaikan ucapan Xabiru, "aku mau tidur, nanti bangunin, aku mau periksa kandungan".
"Aku temani, mau???"
"Terserah"
Xabiru tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dengan perasaan haru, ia mengecup kening Sarah dan perut Sarah yang dilapisi selimut.
"Makasih sayang".
Dan sialnya, perasaan sarah menjadi tidak menentu, dadanya berbedar. Uhh, dia baik-baik saja kan?!
_________________
Jangan lupa vote dan komennya guyss. Terimakasih sudah membaca❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRU (Sarah xaBiru) (END)
RomanceFakta mengejutkan membuat Sarah tak mampu memijaki bumi dengan tegap. Kehadiran wanita yang meminta suaminya untuk mendonorkan darah untuk putra mereka membuat Sarah tertawa barangkali wanita itu bermimpi disiang hari sampai menyatakan hal lelucon s...