2. Tali Simpul

9.8K 729 16
                                    

Sejak kecil, Javvas sudah banyak mendengar orang-orang mengatakan bahwa ia adalah duplikat ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kecil, Javvas sudah banyak mendengar orang-orang mengatakan bahwa ia adalah duplikat ayah. Sosok yang di ciptakan untuk menjadi ayah versi kedua. Ada banyak sekali kesamaan di antara mereka berdua.

Sifat, cara bicara, bahkan sampai cara berjalan, Javvas memang benar-benar meniru ayah sekali. Bahkan banyak kepribadian mereka yang juga sama.

Sebagai seorang anak sulung, Javvas selalu berusaha menonjolkan diri, agar bisa menjadi contoh yang baik untuk adik nya, dan juga sepupu nya yang lain. Sebagai sulung, Javvas ingin menjadi kebanggaan ayah.

Keinginan Javvas sudah menggebu-gebu sejak ia masih berusia tiga. Di mana saat itu, Javvas sudah mulai mengenal huruf dan angka. Belajar membaca, menghitung, mengenal warna, mengenal nama binatang, dan belajar bahasa asing seperti bunda. Hingga sampai usia nya menginjak angka lima, Javvas sudah menguasai semuanya.

Lantas semua keluarga begitu menaruh harapan yang besar pada anak berusia lima itu. Nama Javvas selalu menjadi topik yang menarik untuk di perbincangkan saat oma mengundang teman-teman arisan nya datang. Atau saat nenek mulai menceritakan kepintaran sang cucu ke keluarga besar.

"Javvas sudah lancar membaca dari usia empat tahun. Pintar sekali, 'kan, cucu saya yang satu itu?"

"Kalau ini, Javvas sudah bisa. Bahkan menghitung pun sudah lancar."

"Iya bener, dia selalu berusaha sendiri. Nanti kalau ada yang tidak diketahui, baru tanya sama ayah dan bunda nya."

"Mandiri sekali dia itu. Kemauan nya juga kuat, persis seperti anak saya, si Ilham."

Dan masih banyak kalimat pujian yang selalu oma atau nenek lontarkan untuk Javvas. Begitu juga dengan om dan tante yang lain. Sama-sama berharap anak mereka bisa sepintar dan seceria Javvas.

Javvas tanpa sadar menciptakan standar di keluarga nya sendiri. Tentu saja, yang paling banyak mengalami tekanan dari standar itu adalah Saga. Adik kembar Javvas.

Di usia tiga, Saga bahkan belum lancar berbicara, apalagi untuk belajar membaca. Di usia empat, Saga baru mulai menghapal nama warna, di saat Javvas sudah pandai berhitung. Di usia lima, Saga baru bisa membedakan huruf di saat Javvas sudah lancar membaca.

Tuntutan itu tanpa sadar hadir, membuat Saga kecil selalu berusaha untuk mengejar sang kakak. Ibaratnya, Saga itu adalah bayangan Javvas, yang berusaha mengejar, namun justru hilang. Sampai kapan pun, Saga sadar, tidak akan pernah bisa menyamakan langkah nya seperti Javvas.

Mereka terlalu berbeda.

Ketika Javvas dan Saga sudah sama-sama memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama, di saat itu lah Javvas sadar, jika hubungannya dengan Saga tidak sedekat dulu. Seperti ada benteng yang memang sengaja di ciptakan oleh adiknya.

Saga kecil suka merengek padanya, meminta banyak hal padanya, dan selalu menyebut namanya di segala kesempatan. Intinya, Saga itu tidak bisa sehari saja tanpa dirinya. Ibaratnya, Saga adalah tangan kanan, dan ia adalah tangan kiri.

|✔| Ujung Rumput dalam LumpurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang