Hari-hari masih berjalan seperti biasanya. Hampir seminggu ini, Javvas dan Saga tidak lagi menginjakkan kaki ke rumah. Ayah berkali-kali datang, namun Javvas menolak laki-laki itu, bahkan melarangnya bertemu dengan Saga. Bunda pun sama. Intinya, Javvas saat ini benar-benar menutup akses bagi orang tua nya, sampai Saga sendiri siap bertemu mereka berdua.
Pagi ini terlihat sangat cerah, dengan sinar matahari yang menyorot tepat ke dalam retina. Semua siswa yang tengah melakukan upacara, mengumpat diam-diam. Sudah hampir tiga puluh menit mereka berdiri, namun Kepala Sekolah belum juga menunjukkan tanda-tanda akan menyelesaikan pidato nya.
"Untuk tahun ini, siswa yang berkesempatan mengikuti pertukaran pelajar ke Makassar, hanya dua orang. Selamat kepada Javvas Byantara Samudera dari kelas XI IPA 1, dan Anna Cantika Ayudia dari kelas XI IPS 3. Beri tepuk tangan untuk mereka berdua!!"
Saga menatap Javvas yang berada jauh di barisan anak-anak IPA. Pertukaran pelajar? Bahkan ia baru mendengar infomasi ini pagi ini. Apakah Javvas sengaja menyembunyikan darinya?
Akhirnya, setelah cukup lama berdiri, Kepala Sekolah mengakhiri pidato nya, dan juga upacara berakhir tak lama kemudian. Semua siswa dengan kompak menghela napas lega. Rasanya, kaki mereka bahkan tidak bisa di gerakkan.
"Bang!"
Suara itu, membuat Javvas yang memang tengah berjalan menuju kelas bersama teman-teman nya, sontak berhenti. Menoleh ke belakang, Javvas bisa melihat Saga, kemudian, buru-buru menarik anak itu menjauh.
"Kenapa, sih?! Sakit tangan gue lo tarik-tarik!" ucap Saga sembari mengusap pergelangan tangan kanan nya yang tadi di cengkram oleh Javvas.
Memastikan bahwa tidak ada satu pun siswa di koridor perpustakaan ini, Javvas menjawab. "Ga, kalau lagi ada temen-temen gue, bisa nggak lo jangan panggil gue dengan sebutan abang?"
Kalimat yang keluar dari mulut Javvas membuat Saga mengernyit bingung. "Lah? Kenapa? Bukan nya temen-temen lo tahu kalau gue adek kembar lo?"
"Bukan. Bukan mereka yang tahu. Yang tahu cuma anak-anak OSIS aja. Itu pun karena nggak sengaja. Yaaa, intinya, lo cuma perlu pura-pura nggak kenal sama gue, saat ada temen-temen gue. Bisa?"
"Kenapa, sih, memang nya? Aneh lo."
"Plis Ga ...,"
Saga mengacak rambut nya kesal. "Nggak jelas, deh. Lagian kenapa kalau mereka tahu kita kembar?"
Mendengar itu, Javvas buru-buru menggelengkan kepala. "Nggak bisa, dan nggak boleh! Mereka nggak boleh tahu kalau kita kembar."
"Bang, lo—"
"Lo tinggal nurut sama apa yang gue bilang, bisa, 'kan? Selama ini gue nggak minta apa-apa, tapi plis, kali ini aja, lo nurut. Demi kebaikan kita."
Belum saja Saga bertanya, namun Javvas sudah lebih dulu menyela. Mengalah. Saga mengangguk tanpa memberikan pertanyaan lagi. Setelah itu, tanpa menjelaskan apa pun lagi, Javvas berlalu pergi dengan terburu-buru. Bahkan tidak menoleh ke belakang, pada Saga yang masih berdiri sana, menatap punggung nya yang perlahan menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Ujung Rumput dalam Lumpur
Teen FictionIni tentang posisi yang selalu membuat orang lain iri. Yang katanya, posisi ini adalah impian semua orang, karena yang paling berpotensi untuk mendapat banyak afeksi. Si bungsu. Yang kata orang-orang adalah anak manja dan anak yang paling mungkin...