29. Riak Danau

5.4K 575 111
                                    

Langit berubah mendung tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit berubah mendung tiba-tiba. Saga yang tengah menelungkupkan kepalanya di atas meja, seketika melihat ke arah jendela. Awan kelabu telah menutupi awan putih dan langit biru yang semula cerah. Angin mulai berhembus dengan membawa dedaunan dan debu berterbangan.

Menoleh ke samping, Saga bisa melihat sosok Jendral yang tengah terlelap. Sejak istirahat pertama, dan sejak guru menyatakan bahwa akan ada jam kosong sampai pulang nanti, Jendral langsung bergegas ke kelas Saga. Sedangkan Javvas dan Dimas tidak bisa datang, karena keduanya tengah mengadakan rapat OSIS untuk menyambut anggota baru mereka.

Saga menghela napas, lalu beranjak berdiri dengan gerakan pelan. Tanpa melihat sekitar, Saga mulai berjalan keluar. Sejenak, dada nya terasa lega karena menghirup udara bebas di luar sini. Sejak tadi dirinya ingin berjalan-jalan keluar, namun Jendral selalu menahannya.

Berjalan terus sampai ke ujung koridor lantai dua, saat Saga hendak menuruni anak tangga, sosok yang berdiri di depannya sontak membuatnya berhenti. Tatapan keduanya bertemu, mengunci satu sama lain. Saga bahkan tak bergerak sama sekali, tetap berdiri di tempat yang sama.

"Halo, Bang. Apa kabar?" Sosok itu, Julian, tersenyum lebar menyambut kebingungan Saga.

Di ruangan OSIS terasa menegangkan. Setelah Pak Hasan mengatakan jika mulai saat ini Julian akan bergabung bersama mereka, atmosfer di dalam ruangan seketika berubah. Keadaan semakin memburuk setelah Pak Hasan keluar dari ruangan terlebih dahulu. Para anggota yang lain kini mengalihkan tatapan mereka kepada Javvas.

Tanpa mereka mengeluarkan suara, Javvas juga tahu bahwa kini dirinya dianggap sebagai pelaku. Meskipun Pak Hasan sudah berbicara dan membantunya meyakinkan mereka, tetap saja, mereka masih memandang Javvas meminta penjelasan.

"Jav, jelasin coba. Gue sebenernya nggak mau nuduh lo aneh-aneh. Tapi penjelasan Pak Hasan masih belum bisa yakinin kita. Kita juga nggak lupa, kalau keluarga lo itu kaya. Bisa aja, 'kan, kalau Pak Hasan disuruh tutup mulut sama lo?" Arga—salah satu seksi keamanan di OSIS—membuka suara. Nada suaranya terdengar biasa saja, namun semua orang pun tahu, jika saat ini Arga menunjukkan ketidaksukaan yang jelas terhadap Javvas.

Javvas menghela napas, sebelum akhirnya menjawab. "Pertama, gue nggak sekalipun punya pikiran untuk pakai kekuasaan keluarga gue untuk hal-hal sepele kayak gini. Kedua, yang dibilang Pak Hasan itu bener. Kepala Sekolah sendiri yang minta ke gue untuk bawa Julian gabung sama kita. Ketiga, terserah lo mau percaya atau enggak, karena sekalipun gue beberin fakta nya, lo tetep akan benci sama gue. Iya, 'kan, Arga Dwidarma?"

Semua anggota OSIS tahu, bahwa sejak dulu hubungan Javvas dan Arga memang tidak baik. Keduanya memang kerap kali terlibat percakapan, namun itu hanya formalitas sebagai anggota dan ketua. Selebihnya, hubungan keduanya tidak sebaik yang orang lain kira.

"Terus kenapa lo nggak nolak? Lo nggak mikirin omongan anak-anak lain tentang hal ini? Dan jangan lupa, nama baik lo juga bakal dipertaruhkan. Tahun lalu, ada sekitar lima puluh orang yang berniat untuk gabung sama kita. Tapi kita cuma ambil sekitar delapan belas orang. Bahkan orang-orang yang nggak kita pilih, adalah orang-orang yang sebenernya punya kemampuan untuk gabung di anggota OSIS. Sedangkan sepupu lo itu? Apa yang dia punya? Gimana nanti kalau orang-orang yang sempat kita tolak, mikir bahwa anggota OSIS itu nggak adil? Lo pernah mikir sampe sana nggak, Jav?" ucapan Arga diam-diam disetujui oleh semua anggota OSIS yang hadir.

|✔| Ujung Rumput dalam LumpurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang