26. Rapuh

7.6K 514 26
                                    

"Saga harus di rawat sama ahlinya, Om

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saga harus di rawat sama ahlinya, Om." ucap Aska sembari menatap kedua sepasang suami-istri di depannya lekat-lekat.

Sontak saja Ilham dan Liza menahan napas kala mendengar penuturan Aska. Bahkan Liza langsung meraih tangan kanan Ilham untuk kemudian di genggam. Ilham juga bisa merasakan jika tangan halus yang kini menggenggam nya terasa dingin dan bergetar pelan.

"Tenang, Bund, tenang. Adek pasti baik-baik aja." Tak langsung memberikan jawaban kepada Aska, kini fokus utama Ilham adalah menenangkan Liza. Raut wajah wanita itu sudah menjelaskan semuanya. Liza tengah ketakutan. Dan jangan lupa, jika Liza juga masih menjalani perawatan mental di dokter ahlinya. "Adek itu sekuat Bunda, pasti Adek bisa melewati ini semua. Yang terpenting adalah, sekarang kita harus selalu ada di samping dia. Temani dia. Iya, Bund?"

Perlahan tapi pasti, Liza mengangguk. "I-Iya, Yah. Tapi Adek nggak akan kenapa-kenapa, 'kan? Dia pasti ketakutan, Yah, dia pasti bingung harus gimana. Bunda tau rasanya, sakit sekali, bingung sekali. A-Adek juga gitu, 'kan?"

"No, ini hanya sementara, hmm? Adek itu pasti hanya capek, ingin istirahat. Dan sekarang waktunya dia istirahat. Waktunya untuk kita juga, Bund. Untuk mengembalikan semua waktu Adek yang habis dengan sia-sia."

"Gitu?"

"Iya," Berhenti sejenak, Ilham tersenyum. Lalu tangan nya mengusap pipi sang istri yang kini juga ikut terasa sangat dingin. "Kita bantu Adek sembuh sama-sama, ya? Nggak cuma Bunda yang harus bisa melawan ketakutan itu, tapi kita semua. Ayah, Abang, sama Adek juga."

Cukup lama, sampai akhirnya Liza mengeluarkan balasan dengan suara kecil. "Ayo sembuh, Yah. Ayo bantu anak-anak sembuh."

Bukan hanya Ilham, namun Aska juga ikut tersenyum tipis mendengar jawaban Liza. Begitu mendengar cerita Ilham yang sebenarnya, Aska merasa pilihannya sudah tepat untuk menjauh dan menarik diri dari keluarga besar.

Menghela napas, Aska teringat bagaimana dirinya yang juga pernah seperti Saga. Di bandingkan, di ejek bodoh oleh para sepupu nya, Aska juga merasakan itu. Namun bodohnya, Aska justru melampiaskan semuanya kepada Saga.

Aska juga tahu, hal yang terjadi pada Saga sekarang, tak terlepas dari luka masa lalu anak itu. Dan Aska sadar, bahwa dirinya ikut andil dalam trauma yang kini mengikat Saga dalam ketakutan tanpa akhir.

"Aska, kamu punya rekomendasi?" Setelah memastikan Liza sudah tenang, kini Ilham beralih pada Aska.

"Ada, Om. Tapi aku harus buat janji dulu sama dia. Nanti aku kabari lagi."

"Baik. Terima kasih, Ka."

"Jangan berterima kasih sama Aska, Om, karena aku nggak ngelakuin apa-apa. Lagian juga, ini bentuk tanggung jawab dari tingkah aku di masa lalu."

Ilham terhenyak, tak menyangka, jika Aska akan menjawab demikian. "Kamu masih ingat kejadian itu?" tanya Ilham, ragu.

Akan tetapi, siapa yang sangka, jika Aska justru mengangguk tanpa ragu? Dan seketika, Ilham merasa jika semuanya ini memang salahnya.

|✔| Ujung Rumput dalam LumpurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang