Javvas dengan gerakan pelan, membuka pintu kamar Saga. Pintu kamar yang di tempel kertas HVS dengan gambar dua buah gunung, dan sawah itu, membuat Javvas terkekeh pelan kala melihat nya. Masuk ke dalam, Javvas bisa melihat anak itu tengah bergelung dengan selimut miliknya.
"Ga, bangun. Bangun cepet, nanti lo terlambat." Mengguncang tubuh itu pelan, Javvas memperhatikan separuh wajah Saga yang tertutup selimut. "Ga? Saga? Hoy?!"
"Berisik lo sialan!" Dengan tidak berperasaan, Saga memukul wajah Javvas begitu saja, hingga membuat yang lebih tua mundur beberapa langkah serta memekik tertahan.
Bagian hidungnya sakit, Javvas lantas menggunakan kaki nya yang panjang untuk menendang paha Saga, yang masih tertutup selimut. "Sakit woy! Hidung mancung gue bisa patah ini aduh, aduh, aduh!"
"Lebay!" Saga menyibak selimut, duduk dengan lesu di tepi kasur sembari menatap Javvas yang mengibaskan tangan nya di depan wajah. "Gue udah bangun. Keluar sono!"
Javvas berhenti, menatap wajah kantuk Saga dengan seksama. Dirinya bisa melihat mata sembab anak itu, begitu juga dengan bibir nya yang kering dan pucat. "Lo habis nangis?" tanyanya.
"Nggak!"
"Bohong! Lo habis nangis! Mata lo nggak bisa bohong, Ga."
Sebenarnya memang iya. Saga juga tidak tahu ada apa dengan dirinya. Jika lelah, ia akan tiba-tiba menangis tanpa sebab. Semalam, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah nya, ia tiba-tiba langsung menangis. Lama sekali, sampai tertidur sendiri.
"Kayaknya gara-gara semalem gue nonton drama, sedih banget anjir." jawab Saga berkilah.
Namun Javvas tidak percaya begitu saja. Menonton drama? Sejak kapan Saga mempunyai hobby seperti itu?
"Lo nggak pinter bohong, apalagi bohong sama gue. Jujur sama gue, lo kenapa? Sakit? Atau ada yang ganggu lo?" Langkah Javvas semakin mendekat, hingga kini berdiri tepat di depan Saga.
"Apaan, sih, lo!" Lalu dengan kasar, Saga mendorong Javvas menjauh. Dirinya juga ikut bangkit. "Dah lah, nggak usah di bahas. Ya intinya, gue memang semalem nonton drama sampe jam dua pagi, terus ketiduran sehabis nangis. Mungkin karena itu mata gue jadi bengkak."
Tanpa menunggu jawaban dari Javvas, Saga buru-buru masuk ke dalam kamar mandi. Enggan melanjutkan pembicaraan ini. Begitu bunyi kran yang mengalir, Javvas menghela napas panjang.
Mereka anak kembar, ingat? Javvas tahu ada yang Saga sembunyikan, karena hatinya berkata seperti itu. Batin mereka itu seperti menjadi satu, jadi wajar jika ia tidak percaya dengan apa yang Saga katakan.
"Hahhh, mungkin memang beneran habis nonton drama." Untuk terakhir kali, sebelum memilih pergi dari kamar Saga, Javvas menatap pintu kamar mandi lekat-lekat.
"Adek udah bangun, Bang?" Begitu melihat si sulung turun, Liza langsung melontarkan pertanyaan.
"Udah, Bund, lagi mandi dia." Menarik kursi, Javvas menatap menu sarapan yang baru saja Liza hidangkan. "Telur balado?"
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Ujung Rumput dalam Lumpur
Roman pour AdolescentsIni tentang posisi yang selalu membuat orang lain iri. Yang katanya, posisi ini adalah impian semua orang, karena yang paling berpotensi untuk mendapat banyak afeksi. Si bungsu. Yang kata orang-orang adalah anak manja dan anak yang paling mungkin...