24. Langit Masih Sebiru Biasanya

7.5K 508 39
                                    

Liza tersentak kaget begitu tubuhnya di peluk dengan  erat secara tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liza tersentak kaget begitu tubuhnya di peluk dengan  erat secara tiba-tiba. Dan yang lebih membuat Liza terkejut adalah, saat seseorang itu terisak di bahunya. Dengan perasaan bingung, Liza mengulurkan tangan, untuk mengusap punggung ibu mertuanya.

"Bu, ada apa?" tanya Liza, untuk menuntaskan rasa penasarannya. Ini bahkan masih terlalu pagi untuk melihat ibu mertuanya tiba-tiba bertamu. Liza sendiri bahkan baru saja terbangun, dan hendak berjalan ke dapur untuk membuat sarapan. "Ibu ada masalah? Kenapa menangis? Ibu bisa cerita sama aku, jangan dipendam sendiri." katanya melanjutkan, saat tak mendapat jawaban dari sosok yang masih menangis itu.

Sedangkan oma melepas pelukannya secara perlahan. Terlihat wajah tua wanita itu sembab, dengan jejak lelah dan ketakutan yang membuat Liza semakin bertanya-tanya. "Ibu mimpi buruk, Liza ...," jawab oma terbata-bata.

Sebelum membalas, Liza membawa ibu mertua nya untuk duduk di sofa. Kemudian beranjak mengambil minuman. Beberapa menit setelah itu, kini Liza sudah mengambil tempat di sebelah wanita yang sangat dirinya hormati setelah ibunya sendiri.

"Ibu mimpi sampai ketakutan seperti ini, memang nya, apa yang Ibu mimpikan?" Dengan tatapan teduh, Liza menatap wanita paruh baya itu.

"Liza ... semuanya seperti nyata. Ibu takut, sungguh takut." Belum sempat mengatakan banyak hal, kini oma justru menangis lagi. Kali ini lebih terisak daripada sebelumnya.

Kemudian Liza segera meraih ibu mertuanya ke dalam pelukan. Bagaimana pun rasa sakitnya masa lalu, Liza masih menganggap jika wanita ini sama seperti ibu kandungnya. Liza tidak akan pernah bisa benar-benar membencinya.

"Lho, Ibu?! Ada apa ini? Kok Ibu bisa di sini?" Suara Ilham yang baru saja menuruni tangga terdengar menggema. Dengan langkah lebar, Ilham mendekati istri serta ibunya. "Bund, ada apa?" Kini tatapan Ilham beralih pada Liza.

Liza menggelengkan kepala pelan, "Aku juga belum tau pasti kenapa Ibu bisa seperti ini, Yah. Tadi Ibu hanya cerita, kalau beliau habis mimpi buruk."

Sedikit banyaknya Ilham mulai paham dengan penjelasan singkat yang Liza tuturkan. Mengambil inisiatif untuk duduk di sisi lain ibunya, kini Ilham ikut memberi sebuah tenang untuk wanita yang masih menangis terisak itu.

"Bu, sudah lah. Hanya mimpi buruk, 'kan? Memangnya Ibu mimpi apa?"

"Ilham," oma meraih tangan putranya. "Dimana anak-anak kamu sekarang?"

Untuk sejenak, Ilham dan Liza saling melempar tatapan. Mereka bingung dan juga terkejut dengan pertanyaan oma. Ilham menjawab, "Javvas masih—"

"Bukan. Bukan hanya Javvas. Saga juga. Dimana ... dia?"

Ucapan Ilham di sahut begitu saja. Semakin terkejut lagi, saat ibunya dengan terang-terangan menyebut nama Saga. "Oh ... Saga masih ada di rumah sakit. Dokter yang masih belum kasih ijin untuk pulang. Semalam yang jagain Saga di sana cuma Javvas. Jadi sekarang mereka masih di rumah sakit. Ada apa, Bu?"

|✔| Ujung Rumput dalam LumpurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang