"Saya akan bawa masalah ini ke jalur hukum." Ilham menyorot tajam pada Julian dan juga Gilsam yang baru saja tiba. "Gilsam, Mas tau, kita masih keluarga. Tapi tindakan anak kamu hari ini, bisa saja Mas sebut sebagai tindakan pembunuhan berencana. Untung saja ada dua saksi yang melihat kejadian itu, dan Javvas cepat-cepat datang untuk menolong adiknya. Kalau terlambat sedikit saja, apa yang terjadi? Anak kamu akan Mas sebut sebagai pembunuh!"
"Mas! Ini hanya masalah anak-anak. Jangan terlalu percaya dengan kesaksian dua orang itu, coba dengarkan dari sudut pandang Julian juga. Mungkin saja Julian tidak sengaja sampai mendorong saga ke danau. Atau mungkin juga, Saga lah yang memancing amarah Julian terlebih dahulu. Kamu sendiri juga tau gimana anak kamu itu, Mas."
"Keterlaluan kamu! Sudah seperti ini, masih bisa-bisanya menuduh anak saya?!" Bukan Ilham yang menyela, melainkan Liza. Wanita yang Ilham kenal sebagai wanita lemah lembut itu, kini bahkan tidak menahan diri lagi untuk menunjuk wajah Gilsam dengan penuh amarah. Bahkan Liza mengabaikan sopan santun nya di depan sang mertua. "Saga nggak akan pernah memprovokasi Julian! Kedua saksi itu mempunyai rekaman, dan kamu juga sudah melihatnya, Gilsam! Masih sanggup kamu berkata bahwa ini hanya masalah anak-anak?!"
Gilsam dibungkam oleh kata-kata Liza. Laki-laki itu merupakan adik angkat Ilham. Oma membawa Gilsam saat Gilsam baru berusia empat tahun kala itu. Sama seperti mendidik Ilham, oma juga keras terhadap Gilsam. Sama-sama menuntut mereka untuk menjadi yang terbaik. Jika Ilham menjadi yang pertama, maka Gilsam juga harus mampu menjadi yang pertama. Meskipun Ilham bukan anak sulung, namun tanggung jawab Ilham tak kalah besar, karena Ilham selalu dituntut untuk menjadi kakak yang baik bagi Gilsam.
Tuntutan itu tanpa sadar membangun sosok Gilsam menjadi laki-laki yang keras, dan akhirnya mendidik Julian dengan sama kerasnya. Bentuk kejahilan Julian hanya lah pelarian dari rasa kesal anak itu, yang selalu dituntut untuk menjadi sempurna. Hingga Julian melampiaskan semuanya kepada Saga. Awalnya, itu semua hanya lah pemikiran seorang anak-anak, namun sampai dewasa, perspektif Julian tidak juga berubah. Julian menganggap, tidak apa-apa untuk mengganggu Saga, karena tidak akan ada yang pernah menyalahkan nya.
"Kalau sampai Saga kenapa-kenapa, Mas akan ambil alih perusahaan kamu. Mas juga akan tetap bawa masalah ini ke jalur hukum."
Emosi Gilsam terusik kala mendengar kalimat Ilham barusan. "Jangan seenaknya, Mas. Perusahaan itu saya yang bangun tanpa bantuan siapa pun. Sejak dulu, Ibu dan kalian semua tidak peduli atas hidup saya. Dan sekarang, dengan gampangnya, Mas akan mengambil apa yang sudah saya perjuangkan sendiri?"
"Perjuangkan sendiri? Sendiri?" Ilham tertawa kecil. "Yakin sendiri? Oke, mungkin sekarang waktunya kamu tau semuanya, Gilsam. Mungkin Ibu kelihatan nggak peduli sama kamu, bahkan Ibu nggak pernah membantu kamu. Tapi apa kamu tau, kamu bisa melakukan kerja sama dengan mereka atas bantuan siapa? Jangan sepolos itu, Gilsam, mereka adalah perusahaan besar, untuk apa mereka mau bekerja sama dengan kamu? Itu Mas. Itu Mas yang membantu kamu selama ini atas perintah Ibu. Semua yang kamu dapatkan hari ini, adakah bentuk bantuan dari Ibu! Benar begitu, 'kan, Bu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Ujung Rumput dalam Lumpur
Teen FictionIni tentang posisi yang selalu membuat orang lain iri. Yang katanya, posisi ini adalah impian semua orang, karena yang paling berpotensi untuk mendapat banyak afeksi. Si bungsu. Yang kata orang-orang adalah anak manja dan anak yang paling mungkin...