20. Anak Bungsu Ayah dan Bunda

9.8K 635 74
                                    

Saga, di usia lima, belum lancar membaca, dan selalu menjadi korban bullying dari teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga, di usia lima, belum lancar membaca, dan selalu menjadi korban bullying dari teman-temannya. Hari-hari di sekolah yang seharusnya penuh warna, berubah menyeramkan bagi Saga. Setiap akan berangkat ke sekolah, Saga akan memasang wajah murung, yang sayangnya tidak disadari oleh Ilham dan Liza. Padahal anak itu hanya butuh mereka, untuk tempat meluapkan segala kekesalan dan ketakutan nya.

Saga, di usia delapan, untuk pertama kalinya mendapat nilai enam di mata pelajaran Matematika. Pulang dengan semangat, sembari memamerkan kertas ujian ke depan Ilham dan Liza, berharap keduanya akan mengatakan bahwa ia anak yang pintar seperti sang kakak kembar. Namun, harapan itu berubah semu, saat tatapan tajam lah yang Saga dapatkan.

Saga, di usia sebelas, mulai mengerti, bahwa semua usahanya selama ini tidak pernah dihargai. Akhirnya memilih untuk berhenti. Membuat onar di sekolah, bertengkar dengan teman-temannya, hingga membuat Ilham murka dan untuk pertama kalinya, sebuah pukulan keras melayang di tubuh nya. Ini adalah masa yang tidak akan pernah bisa Saga lupakan.

Sampai di usia remaja, hatinya telah mati rasa. Sejak pukulan pertama itu, berlanjut menjadi pukulan-pukulan yang lain, sampai hari ini. Tidak segan-segan, setelah memukul Saga secara membabi-buta, Ilham juga mengunci anak itu di gudang semalaman. Tempat kotor penuh debu dan gelap, yang paling Saga benci.

Bertahun-tahun, apa pun yang anak itu dapatkan, hanya bisa di telan seorang diri. Saga pikir, dengan adanya Javvas, semua akan baik-baik saja. Ia tidak perlu merasa khawatir. Tetapi, kenyatannya, Ilham selalu bertindak di belakang punggung Javvas. Sehingga si sulung itu tidak tahu, bahwa selama ini adiknya menunggu untuk di tolong.

Seperti yang Dokter Arman katakan, hari ini adalah jadwal operasi Saga. Sudah sejak setengah jam yang lalu, Saga masuk ke ruangan itu. Ruangan yang akan menjadi jawaban atas kondisi Saga nantinya.

Ilham dan Liza, saling menggenggam tangan satu sama lain. Tidak henti-hentinya berdoa, berharap kesembuhan untuk sosok yang tengah berjuang di dalam sana. Sedangkan Javvas, cowok itu membuat jarak dengan kedua orang tuanya, dengan memilih duduk di lantai, tepat di depan pintu ruangan.

Semuanya sudah Javvas ketahui. Tentang masa lalu kelam adiknya, tentang bagaimana anak itu mendapatkan pukulan dari Ilham, dan satu lagi, tentang rahasia yang selama ini orang tuanya sembunyikan. Yaitu masalah kesehatan sang bunda.

Javvas tahu. Javvas kini mengerti, bahwa dirinya bagaikan badut diantara mereka semua. Bahwa kebahagiaan yang selama ini ia dapatkan, justru mengorbankan sang adik.

Ingin sekali rasanya Javvas tertawa kencang saat ini. Takdir yang tengah ia hadapi begitu lucu. Sampai-sampai ia bahkan tidak mampu untuk tertawa. Hanya tatapan kosong yang mampu Javvas berikan, berharap bahwa proses ini cepat berlalu, dan melihat Saga baik-baik saja seperti sedia kala.

Melihat sang putra yang bagaikan mayat hidup, dengan pelan, Liza melepas genggaman tangan nya pada Ilham. Setelah memberi kode pada laki-laki itu, kini Liza mengambil tempat di sebelah Javvas—sama-sama duduk di lantai.

|✔| Ujung Rumput dalam LumpurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang