15. Daun Berguguran

7K 572 51
                                    

Javvas tidak tahu, namun selama ini ia selalu percaya pada insting nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Javvas tidak tahu, namun selama ini ia selalu percaya pada insting nya. Kala terbangun pagi itu, Javvas langsung meraih ponsel nya, untuk menghubungi Saga. Tidak peduli pada anak itu yang akan marah karena di telepon pagi-pagi buta.

Karena Javvas hanya ingin mendengar suara anak itu, dan memastikan bahwa memang Saga benar-benar baik-baik saja.

"Hm? Siapa ini? Salah sambung, ya? Halo?"

Suara serak Saga di seberang sana membuat Javvas tersenyum. Adiknya baik-baik saja. "Ga, ini gue."

Mungkin Javvas tidak tahu, tapi di sana, Saga terlonjak sampai duduk dengan tiba-tiba dan berakhir membuat kepala nya pusing. Menatap layar ponsel nya berkali-kali, Saga baru menyadari jika nama Javvas yang tertera di sana.

"Kenapa? Lo nggak tahu ini jam berapa, Bang?"

Lagi, Javvas hanya mampu tersenyum. Sekarang di tempat nya pukul 6, sedangkan di Jakarta masih pukul 5. Wajar jika suara anak itu terdengar sinis sekarang. Lagi pula, siapa yang tidak kesal jika tidurnya di ganggu?

"Gue iseng aja tadi. Bangun, Ga, mandi. Terus duduk di balkon, hirup udara segar, biar paru-paru lo sedikit lebih baik."

"Iseng? Jadi lo nelepon gue sepagi ini karena iseng, Bang?!" Saga menjeda kalimat nya, saat tak lama kemudian terdengar anak itu mendengkus kesal. "Lo tahu, nggak, semalam gue tidur jam berapa? Gue tidur jam 2 pagi, jingan! Dan sekarang lo bangunin gue pagi-pagi, cuma karena iseng?"

Balasan terakhir dari Saga menjadi fokus utama Javvas saat ini. Anak itu baru tertidur pukul 2 pagi?

"Lo ngapain tidur jam segitu? Ngapain, Ga?"

Hening. Setelah Javvas bertanya seperti itu, Saga membungkam mulut nya menggunakan tangan. Sesekali merutuki dirinya sendiri yang sudah berbicara asal.

"Ga? Gue tanya, kenapa lo diem aja? Lo sakit? Dada lo sesek lagi? Jawab!!"

"Gue baik-baik aja, serius. Tapi insomnia nih tiba-tiba, jadi gue baru tidur jam segitu. Udah biasa elah. Lo juga tahu kalau gue sering insomnia nggak jelas." Dan Saga berharap jika Javvas percaya, tanpa perlu bertanya apa-apa lagi.

"Gitu? Yaudah, tapi lain kali lo bilang ke gue. Telepon gue juga nggak pa-pa."

"Nggak, lah, gila. Gimana bisa gue ganggu lo tengah malem cuma karena masalah sepele begini? Dan lagi, ya, Bang, gue bukan anak kecil. Masalah kecil begini doang, bisa gue atasi sendiri." Di seberang sana, Saga menarik selimut nya, kemudian menenggelamkan wajahnya di sana. Menghirup aroma parfum Javvas yang masih tertinggal. Saga baru sadar, jika selama seminggu Javvas tidak kembali ke apartemen, cowok itu memilih tidur di kamar nya.

"Nanti agenda lo banyak, Ga?"

"Agenda? Kagak ada elah. Orang macam gue mana pernah sibuk, sih, Bang?" Bohong. Padahal hari ini ia harus menghadap guru pembimbing. Dan tentu nya harus mempersiapkan semuanya untuk perlombaan besok.

|✔| Ujung Rumput dalam LumpurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang