Javvas menggeram kesal saat menatap layar ponsel nya. Sejak semalam, ia berusaha menghubungi Saga, namun panggilannya tak kunjung di terima. Hanya suara operator yang terus menggema. Menghembuskan napas kesal, Javvas membuang pandangannya ke sekitar kelas, dimana semua teman barunya tengah asik bercengkrama.
"Kenapa, Jav?" Seorang siswa laki-laki menepuk bahu Javvas, lalu menarik kursi di sebelah nya, kemudian duduk di sana. "Nggak gabung sama yang lain?"
"Nggak mood. Dari tadi gue nelepon adek gue, tapi nggak di angkat juga."
Sakhra—yang tadi bertanya pada Javvas, mengangguk paham. Javvas dan Sakhra sudah dekat sejak mereka menjadi teman sekamar. Sakhra juga berasal dari salah satu sekolah yang berada di Jakarta.
"Mungkin lagi jam pelajaran. Ini masih jam sembilan, btw. Di Jakarta belum jam segini, Jav. Santai aja dulu, nanti juga dia bakal nelepon balik."
Ucapan Sakhra memang ada benarnya. Menatap ke arah layar ponsel nya, Javvas untuk sekali lagi menghembuskan napas panjang. Semoga nanti Saga memang benar-benar akan menelpon nya lagi, seperti kata Sakhra.
Sedangkan sosok yang tengah Javvas khawatirkan, kini duduk dengan gugup. Di depan Saga, sudah banyak orang-orang berdatangan untuk menonton berlangsungnya perlombaan. Lomba cerdas cermat, yang akan Saga ikuti hari ini, adalah lomba yang diadakan di sekolah nya.
Meremat tangannya yang berada di bawah meja, Saga berusaha menenangkan diri. Juga berusaha untuk menetralkan napas nya yang terasa berat sejak tadi. Lalu fokusnya beralih ke kursi penonton, dan tak sengaja bertemu tatap pada seseorang. Saat itu, Saga sontak mematung.
Ayah.
Laki-laki itu ada di kursi penonton, bersama dengan siswa dan para orang tua siswa yang lainnya. Sejenak, Saga merasa senang juga gugup dalam waktu yang bersamaan. Di saksikan oleh ayah nya sendiri, Saga takut melakukan kesalahan.
"Baik, demi mempersingkat waktu, perlombaan akan kami mulai sekarang! Untuk para peserta, semoga tidak melanggar aturan yang sudah kami bacakan barusan! Untuk itu, saya nyatakan, perlombaan segera di mulai!!"
Seluruh orang seketika menutup mulut mereka. Dengan pandangan mata yang beralih pada peserta lomba, yang tengah bersaing memperebutkan poin pertanyaan.
Ilham, entah bagaimana dirinya saat ini bisa berada di sini. Sejak pagi tidak menemukan keberadaan Saga, hati nya resah. Ucapan malam tadi, di mana Saga berhasil meluapkan semuanya, tidak bisa dirinya lupakan begitu saja. Bahkan, semalaman penuh, ia tidak terlelap. Bayang-bayang wajah Saga tidak ingin pergi dari kepala nya.
Waktu berlalu dengan begitu cepat. Begitu juga dengan jalannya perlombaan yang semakin sengit. Mungkin, tidak ada yang yakin dengan kemampuan Saga selama beberapa hari ini, namun begitu melihat Saga yang terus menjawab pertanyaan dengan benar, orang-orang mulai merubah pikiran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Ujung Rumput dalam Lumpur
Teen FictionIni tentang posisi yang selalu membuat orang lain iri. Yang katanya, posisi ini adalah impian semua orang, karena yang paling berpotensi untuk mendapat banyak afeksi. Si bungsu. Yang kata orang-orang adalah anak manja dan anak yang paling mungkin...