02

42.9K 2.6K 24
                                        

Selesai sarapan, Rio berpamitan pada mamahnya untuk pergi bersama Alan ke sekolah menaiki motor sport milik Alan.

Alan baru beberapa bulan lalu mendapatkan SIM dan langsung meminta motor sport dengan ayahnya, alasan Alan menginginkan motor sport agar Rio bisa duduk lebih dekat dengannya bahkan Rio sering memeluk Alan karena memang Alan selalu ngebut mengendarai motornya menuju sekolah mereka.

Sesampainya di sekolah, Rio langsung menyapa siapa saja yang lewat di dekatnya, dia juga menyapa tukung kebun sekolah dan satpam.

"Hei.. " Alan menarik jaket Rio.
" ..lepas helm mu dulu baru lanjut nyapa orang lain" kata Alan sedikit kesal.

"Oh iya, Rio lupa !" Rio langsung melepas helmnya, setelah menaruh helmnya di motor Alan, keduanya lanjut berjalan menuju kelas di lantai tiga.

Setibanya di kelas, Rio langsung mengucapkan salam hangat.
"Hai semua ! Selamat pagi ~ Kalian sehat kan, tidak sakit ?!" Ujar Rio di depan pintu.

Semua orang yang ada di kelas tersenyum senang melihat aura positif yang Rio pancarkan pagi ini.
"Pagi Rio, Sehat semua.. !" Jawab teman-temannya.

"Hehe.. senangnya semua pada seh- Ah" Rio terkejut saat melihat kakinya mengambang ternyata Alan mengangkat tubuh Rio.

"Masuk, kita menghalangi jalan" Alan membawa Rio lalu mendudukkan Rio di kursinya, Alan duduk tepat di belakang Rio.

Salah satu teman siswi di kelas mereka menghampiri Rio.
"Ri-Rio.. kamu, um.. sehat juga kan ?" Tanyanya.

Rio tersenyum.
"Hm! Rio sehat.. hari ini Rio makan nasi goreng buatan mamah.. Alan juga !" Ujar Rio.

"Ah, Alan juga- ugh!" saat siswi tadi melihat Alan, laki-laki muda ini menatap siswi ini tajam.

"Oh iya.. Syukurlah kalau Rio sehat, ak-aku ke kursi ku" siswi ini tersenyum canggung.

Siswi tadi langsung mendatangi teman-temannya.
"Tuh kan udah kami bilang, Rionya mudah kamu ajak ngobrol tapi susah ada Alan yang jagain" kata salah satu temannya setengah berbisik.

"Rio, tugas MTK mu sudah belum ?" Tanya Alan.

"Akh! Aku lupa !" Rio langsung berbalik menatap Alan.
"Alan ~" Rio memasang wajah puppy'nya.

"Hah, ya ampun.. " Alan mengeluarkan buku MTKnya.
" ...ini, salin punya ku"

"Hehe, terima kasih ~" Rio langsung menyalin jawaban Alan.

Alan menopang dagunya menatap para siswi tadi yang ternyata melihat kearah Alan dan Rio, Alan langsung menatap mereka tajam yang membuat para siswi ini bergidik ngeri.

Selesai pelajaran pertama dan kedua, Rio dan Alan pergi ke kantin. Seperti biasa, dengan aura pancaran mataharinya Rio menyapa seisi kantin sekolah.

Dia juga mengobrol dengan ibu kantin yang saat ini memasak mie instan untuk Rio dan Alan.

"Hah.. Rio susah di deketin ya" kata salah seorang siswi saat melihat Alan sangat dekat dengan Rio.

"Bukan susah di Rionya sih tapi pawangnya galak.. Rionya aja suka nyapa orang" celetuk siswi dengan rambut sebahunya.

"Iya, aku nyapa Rio di koridor lantai dua aja udah di pelototin apa lagi sampe nyentuh ya bisa di patahin kali nih tangan" kata siswi dengan rambut ikalnya.

"Iya benar banget"
Mereka bertiga menghela nafas berat.

"Udah dengar gossip kan kalau si Alan itu sampai bikin perjanjian gitu sama kepala sekolah biar dia bisa milih kelas mana yang dia mau masukin.. sebenarnya kan dia di kelas A, tapi malah ada di kelas D yang notabene agak jauh gitu" kata siswi rambut sebahu.

"Hm, udah bukan rahasia lagi.. lagian kan dia juara umum dari seluruh siswa di sekolah ini jadi terserah dia aja kali mau masuk kelas mana"

"Iya sih, kalau pun dia di kelas A tetap menang dia juga jadi nggak ngaruh mau nempatin dia di kelas mana"

Ketiganya setuju kalau Alan memang pintar terlebih Alan pernah memenangkan olimpiade sains Nasional bahkan pernah di kirim untuk studi banding ke Swiss selama seminggu.

Jadi Alan adalah anak emas bagi sekolah mereka terlepas dari seberapa kaya orang tuanya, Alan memang sudah pintar sedari kecil, Rio pun mengakuinya.

.
.

Bersambung ...

My Little Puppy (TAMAT, 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang