04

28.6K 1.9K 44
                                    

Rio menepis pelan tangan Alan.
"Alan, kamu nggak boleh gitu.. itu namanya kekerasan, minta maaf sana!" Kesal Rio.

"Kenapa aku harus minta maaf ?" Alan mengerutkan alisnya.

"Ya karena kamu udah dorong dia.. dia sakit, jadi minta maaf kalau kamu nggak minta maaf Rio nggak mau negur Alan !"

Alan menghela nafasnya berat, dia berjalan kearah siswa yang tadi Alan dorong.

"Maaf" Alan mengulurkan tangannya, awalnya siswa tadi ragu untuk menerima permintaan maaf Alan tapi saat dia melihat raut wajah Alan siswa tadi langsung menyambut uluran tangan Alan.

"I-iya, ku maafin !" Ujarnya dengan senyum kaku.

Alan melepas tangan siswa tadi lalu berjalan kembali kearah Rio.
"Udah kan, kamu senang ?"

Rio tersenyum lebar.
"Hehe... Iya, makasih ya udah mau minta maaf"

Alan tersenyum kecil dan jujur saja bagi siswi disana, senyuman Alan sangat manis tapi sayangnya hanya tertuju untuk Rio.

Tak lama kemudian guru masuk ke dalam kelas yang membuat semua siswa kembali ke bangku masing-masing.

Pelajaran terakhir pun di mulai, guru menjelaskan materi hari itu lalu membagi kelompok untuk mengerjakan tugas prakarya membuat Mading.

Biasanya Rio dan Alan selalu satu kelompok karena menyesuaikan urutan bangku tapi hari itu guru membuat kelompok berbeda dengan memakai absen dimana Alan berada di kelompok satu sedangkan Rio di kelompok 5.

Hal ini membuat Alan sedikit kesal, dia bahkan sempat mengusulkan untuk pindah kelompok tapi guru tidak mau.

"Kamu harus berbaur juga dengan teman sekelas mu, kalau kamu selalu bersama Rio.. kamu akan sulit bersosialisasi" ujar guru ini.

Karena tidak punya alasan lagi akhirnya Alan menerima keputusan gurunya, beberapa hari kemudian kerja kelompok pun dimulai.

Alan pergi ke cafe lesehan yang teman sekelompoknya sarankan, sepanjang kerja kelompok Alan terlihat tidak bersemangat.

"Alan, bagaimana menurut kamu ?" Tanya salah satu siswi padanya.

Alan melirik apa yang mereka kerjakan, dia mengambil beberapa kertas yang sudah di gunting lalu menaruhnya di atas karton.
"Lem seperti ini, hasilnya lebih bagus" ujar Alan.

"Oh, benar ! Lebih berwarna ya.. memang siswa juara umum nggak bisa diragukan" teman satu kelompok Alan terlihat senang tapi tidak dengan Alan, pikirannya tertuju pada Rio yang saat ini juga tengah bersama teman satu kelompoknya.

"Aku mau ke toilet" ujar Alan.

"Ah, iya"

Alan berjalan menuju toilet, dia buang air kecil tapi matanya tiba-tiba tertuju pada sesuatu di dalam toilet.

Beralih pada Rio, Rio terlihat bersenang-senang bersama teman satu kelompoknya yang kebanyakan para gadis-gadis.

Mereka bahkan mengambil Selfi bersama Rio yang mereka dandani memakai bando karakter.

"Hei, cepat lah.. dua hari lagi udah di kumpul ini !" Protes laki-laki lain.

"Iya nih, kapan selesainya kalau kalian sibuk foto-foto"

"Issh, sabar .. kalian nggak lihat apa Rio lucu banget, hehe" celetuk salah satu gadis disana.

Tak lama kemudian ponsel Rio berdering, Rio mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di lantai.

"Siapa Rio ?" Tanya salah satu gadis.

"Ini dari Nia teman satu kelompok Alan" ujar Rio, Rio langsung mengangkat panggilan telpon Nia.

"Halo ?" Tiba-tiba Nia mengalihkan panggilan telpon jadi video call.
"Ah, kenapa Nia ?" Tanya Rio saat melihat wajah Nia.

"Rio !! Alan !!"

"Alan ? Kenapa Alan ?" Rio terkejut saat mendengar nama Alan terlebih Nia terlihat panik.

"Tangannya berdarah !" Nia langsung memperlihatkan Alan yang saat ini duduk memegang tangannya sementara beberapa orang terlihat panik membungkus tangan Alan memakai kain.

"Hah ?! Kenapa itu ?!" Rio langsung berdiri.

Alan melihat ke kamera Nia.
"Rio, aku nggak apa-apa" ujar Alan dengan senyum paksa.

"Nggak apa-apa kamu bilang ! Nggak apa-apa dari mana, darah kamu banyak begitu ! Dimana kalian ?! Aku kesana !" Kata Rio.

Nia langsung memberitahu alamat cafe tempat mereka kerja kelompok, Rio meminta maaf pada teman-teman satu kelompoknya lalu pergi ke lokasi Alan saat ini.

Setibanya disana, Rio bisa melihat darah yang tidak berhenti menetes di lantai.
"Alan !! Kita ke rumah sakit !!" Tangan Rio bergetar, sejujurnya dia sedikit takut melihat darah.

Alan tersenyum.
"Aku nggak apa-apa, cuma goresan kecil" ujar Alan.

Rio tidak mau mendengarkan apa yang Akan katakan, dia menelpon taksi untuk membawa Alan ke rumah sakit.

Rio juga menelpon kedua orang tua Alan untuk menyusul ke rumah sakit, setibanya Rio dan Alan di rumah sakit Alan mendapat beberapa jahitan akibat luka yang dia dapatkan.

Ternyata tangan Alan tergores kaca yang pecah di toilet cafe, menurut cerita Alan dia tidak melihat ada kaca disana karena dia buru-buru keluar dari toilet karena tidak mau membuat teman satu kelompoknya menunggu.

.
.

Bersambung ...

My Little Puppy (TAMAT, 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang