22

23.8K 1.4K 58
                                        

Keduanya menaiki taksi menuju lokasi dimana teman-teman OSIS sudah menunggu.

Mereka terkejut melihat Alan ikut karena yang mereka tau dia ijin dalam masa pemulihan tapi bagi mereka tidak jadi masalah karena Alan juga salah satu anggota OSIS dan dia berhak mendengar pendapat para anggota lain.

Hari itu semua berjalan lancar tapi pertemuan kedua terasa begitu menegangkan bagi Rio karena Jovi dan teman-temannya hadir untuk membahas hal ini.

Jovi terus menerus bicara dengan Rio, dia terlihat sangat ingin dekat dengan Rio yang tentu membuat Alan merasa tidak senang.

Saat Jovi keluar cafe dengan alasan ada telpon, Alan menyusulnya.

Ternyata Jovi tidak sedang menelpon tapi diam-diam merokok di belakang cafe dimana cukup tersembunyi.

"Aku nggak menduga siswa sekolah elit bisa merokok juga" ujar Alan yang membuat Jovi langsung mematikan rokoknya.

"Oh, kamu Alan kan.. aku dengar banyak tentang kamu, siswa populer soalnya jadi peringkat satu di semua kelas tapi milih belajar di kelas standar" kata Jovi dengan senyum ramahnya.

Alan menatap Jovi dari ujung rambut hingga kaki.
"To the point aja.. jangan dekatin Rio, dia punya ku" kata Alan dengan tatapan tajam.

"Hm ? Punya mu, maksudnya gimana ?" Jovi masih memasang senyuman terbaiknya.

Alan mengangkat tangan kirinya lalu membuat lingkaran dengan ibu jari dan telunjuknya kemudian Alan mendorong jari telunjuk dan tengah kanannya masuk ke dalam lingkaran tadi.

Senyuman Jovi langsung menghilang.
"Sex, kalian berdua udah begituan ?" Tanya Jovi.

"Bagus lah kamu paham, aku ngelihat gelagat aneh dari kamu.. anggota OSIS lain ngajak kamu ngomong tapi kamu cuma fokus ke Rio.. mata mu buta apa ? Cowoknya duduk tepat disamping dia" kata Alan menegaskan lagi.

Jovi tersenyum sinis.
"Loh kok kamu jadi marah begitu ? Emang kenapa kalau aku suka Rio, kalau dia milih aku gimana ? Kamu mau apa ?" Tantang Jovi.

"Alan ? Jovi ?" Alan bisa mendengar suara Rio memanggil mereka berdua.

Alan mengepalkan tangannya, Jovi sudah mengambil ancang-ancang buat menjaga diri tapi ternyata Alan malah memukul keras wajahnya sendiri yang membuat dia langsung tersungkur di tanah.

"Hah ?! Hei !" Jovi sangat terkejut.

Rio dan salah satu temannya bergegas kearah belakang cafe, Rio sangat panik saat melihat Alan terbaring di tanah.

"Alan !! Hei ! Alan !!" Rio bergegas menahan tubuh Alan, dia bisa melihat sudut bibir Alan berdarah.

"Jovi ?! Kok gini sih kamu.. Alan lagi sakit tau ?!" Teman Rio terlihat marah pada Jovi.

"Loh.. aku nggak ngapa-ngapain dia !! Dia mukul dirinya sendiri !" Jovi mencoba membela diri.

"Jangan gitu.. kamu marah waktu aku negur kamu ngerokok, salah ku juga ikut campur" kata Alan tanpa melihat Jovi.

"Ini orang nggak benar !! Dia ngejebak aku seolah aku yang mukul !!" Jovi terlihat kesal.

"Coba lihat dekat kakinya, itu puntung rokoknya baru" kata Alan.

Teman Rio memunguti rokok tadi dan benar masih terasa sedikit hangat tandanya baru saja dimatikan.
"Jovi, lebih baik masuk ke dalam.. kita sekalian bahas masalah ini" ujar teman Rio.

Teman Rio membantu Rio mengangkat tubuh Alan untuk kembali ke dalam cafe.

Jovi mengepalkan kedua tangannya.
"Gila.. dia benar-benar playing victim! Itu orang udah nggak waras !" Kesal Jovi.

Saat ketiganya masuk ke dalam cafe, semua orang terkejut melihat kondisi Alan dimana bibirnya berdarah juga pakaiannya yang kotor kena tanah.

Semua bertanya apa yang sudah terjadi sampai akhirnya Jovi masuk ke dalam cafe dan menjadi pusat perhatian.

Teman Rio selaku ketua OSIS langsung meminta Jovi duduk.
"Duduk Jovi, kita bahas ini mumpung semua belum pulang"

Jovi mengerutkan alisnya, dia menatap Alan penuh kekesalan.
'Bajing*n gila !' Batin Jovi.

.
.

Bersambung ...

My Little Puppy (TAMAT, 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang