21

24.2K 1.4K 9
                                    

"Gawat-gawat!! Aku telat !" Rio berlari masuk ke dalam gedung sekolah, dia hampir saja tidak bisa masuk pagar karena jam menunjukkan pukul setengah 8 pagi tapi untungnya satpam sekolah mengijinkan Rio masuk setelah dia memohon agar bisa masuk karena ini pertama kalinya Rio terlambat.

Saat dia berbelok kearah tangga, Rio bertemu dengan guru matematikanya.
"Loh Rio, kok baru datang jam segini ?" Tanya guru Rio.

Rio tersenyum kaku.
"Ma-maaf Bu, saya telat bangun soalnya bantuin keluarga" alasan Rio padahal dia pagi-pagi sibuk mengurus Alan yang sangatlah manja padanya.

"Mau ada acara ya ?" Tanya guru ini lagi.

"Ah, iya.. itu lebih tepatnya" jawab Rio.

"Hah, dasar kamu ini ya.. kalau nggak ada Alan kamu mulai telat" ceramah gurunya, Rio tersenyum paksa padahal biang kerok yang membuat dia terlambat ya Alan.

"Iya maaf Bu, nggak lagi" Rio menundukkan kepalanya beberapa kali.

"Ya udah, kebetulan juga kamu ada disini.. kamu kan anggota OSIS, ini ada perwakilan dari OSIS Bima Bakti" gurunya menunjuk siswa yang sekarang berdiri di belakangnya.

"Oh..." Rio mendongakkan kepalanya melihat pria muda ini yang kemungkinan memiliki tinggi hampir sama seperti Alan.

" ..halo, selamat pagi" sapa Rio dengan senyuman ramah, siswa ini balik tersenyum.

"Pagi, perkenalkan.. " dia mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Rio.
" ..saya Jovetic, wakil OSIS Bima Bakti panggil aja Jovi"

"Sa-saya Rio.. anggota OSIS bagian persahabatan sekolah"

"Iya, salam kenal" dia melepas tangannya dari Rio begitu pula sebaliknya.

Rio melihat serangan yang Jovi pakai, seragamnya terlihat mewah terlebih ada rompinya juga berbeda dengan seragam standar di Indonesia.

"Ya udah, Jovi sama Rio ya.. nanti ibu kasih Rio ijin selama pelajaran ibu, kamu bawa Jovi ke ruang OSIS aja buat diskusi" ujar guru Rio.

"Ah, baik Bu terima kasih"

Guru tadi berlenggang pergi meninggalkan Rio dan Jovi, Rio membawa Jovi ke ruang OSIS.

"Silahkan duduk" ujar Rio mempersilahkan Jovi duduk di dekatnya.

"Makasih, ini.. " Jovi menaruh map berisi formulir juga undangan untuk sekolah Rio, ternyata benar Jovi berasal dari sekolah swasta.

Jovi menjelaskan maksudnya datang ke sekolah Rio, sekolahnya ingin mengadakan ekskul persahabatan setiap minggu, kalau sekolah Rio bersedia maka kedua sekolah akan saling mengunjungi.

"Ah, aku nggak bisa ambil keputusan ini sendiri.. gimana kalau ku kabari setelah rapat OSIS ?" Tanya Rio.

"Oh iya, aku boleh minta nomor mu ?" Siswa ini mengeluarkan ponselnya, Rio langsung mengetik nomornya di HP Jovi.

Setelah keduanya selesai berdiskusi, Jovi berpamitan pergi, Rio pun mengabari teman-teman OSISnya.

.
.

"Kemana kamu ?" Tanya Alan saat melihat Rio memilih-milih pakaian sepulang dari sekolah.

"Rio mau pergi ada rapat OSIS" ujar Rio.

"Rapat kok diluar sekolah ?" Tanya Alan lagi.

"Iya, soalnya tadi sibuk belajar jadi nggak ada waktu.. kata ketua OSIS ketemuan di cafe aja ngebahas pengajuan persahabatan dari sekolah Bima Bakti"

Alan mengerutkan alisnya.
"Bima Bakti ? Ngapain siswa Bima Bakti ke sekolah kita.. tumben sekolah swasta elit mau keliling ke sekolah negeri" ujar Alan.

"Ya mana Rio tau" jawab Rio sembari memasang bajunya.

Tiba-tiba ponsel Rio bergetar didekat Alan, Alan melihat ponsel Rio.
"Nomor baru, kamu kasih nomor mu ke orang asing ?" Tanya Alan.

Rio tidak menjawab pertanyaan Alan, dia memilih mengangkat telpon dari nomor asing tadi.
"Iya, ini Rio~" ujar Rio dengan nada ceria karena dia memang senang di telpon.

"Rio, ini Jovi"

"Oh!" Rio tersenyum lebar.
"Halo Jovi.. maaf ya, kami baru mau rapat" ujar Rio.

Keduanya asik mengobrol bahkan Alan terlupakan sesaat oleh Rio, karena merasa cemburu akhirnya Alan berdiri lalu memeluk Rio yang membuat laki-laki muda ini terkejut.

"Alan ! Aku lagi nelpon nih !" Kata Rio setengah berbisik.

Alan menopang dagunya di pundak Rio.
"Terusin aja, aku ikut dengar" ujar Alan.

Dengan terpaksa akhirnya Rio mengalah, dia memilih menutup telponnya tapi lebih dulu dia meminta maaf pada Jovi dengan beralasan ada yang harus dia kerjakan.

"Udah kan, Rio mau pergi Alan~" rengek Rio karena Alan tidak mau melepaskan Rio.

"Aku ikut" kata Alan.

"Loh.. nggak boleh ! Kok ikut.. kamu aja lagi sakit !"

Tanpa mendengarkan apa yang Rio katakan, Alan menyeret Rio agar segera berangkat tentu bersama dia juga yang tidak mau ditinggal Rio di rumah.

.
.

Bersambung ...

My Little Puppy (TAMAT, 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang