17

23.9K 1.6K 8
                                    

Perlahan Rio naik ke atas kasur Alan, dia menatap wajah Alan yang terbaring di bawahnya.
"Se-sekarang ?" Tanya Rio.

Alan menarik leher Rio yang tentu saja langsung menyatukan bibir mereka berdua, Alan sudah tidak sabar karena Rio banyak tanya.

"A-Alan.. " wajah Rio memerah.

"Sekali lagi, coba keluarin lidah kamu juga"

"Eh ? Ja-jangan gitu dong.. ak-aku mana bisa ciuman yang begitu Alan!" Wajah Rio sudah bersemu merah.

"Rio.. " tangan Alan bergerak mengusap-usap pelan leher Rio.
" ..aku nggak mau nunggu" kata Alan dengan tatapan tajamnya.

Deg! Deg! Deg!
Jantung Rio berdebar kencang, perlahan dia menjulurkan lidahnya lalu menjilat pelan bibir Alan.

Saat Rio hampir menarik kepalanya menjauh, Alan malah menahan tubuh Rio lalu mencium Rio hingga laki-laki manis terbaring di dekat Alan.

"Mm! Alan.. Hah-Mmng!" Rio meremas baju Alan, Rio tidak habis pikir bagaimana Alan masih punya bertenaga setelah kecelakaan tadi.

Tak hanya itu, tangan nakal Alan pun bergerak masuk ke dalam baju Rio.
"Mm!" Rio menahan tangan Alan yang berusaha menekan nipple kiri Rio.

"Mm! Ah..Fuahh! Hah.. Alan.. Ah, jangan, infus mu.. nanti berdarah" Rio  terlihat sangat khawatir pada temannya ini tapi sepertinya Alan tidak memperdulikan rasa khawatir Rio.

Alan menatap wajah Rio, tangan Alan meremas pelan dada Rio.
"Aku mau kamu putus sama Agnes" ujar Alan.

"Ka-kami nggak pacaran"

"Hm ?" Alan menaikkan alisnya.
" .. bukannya waktu itu kamu nembak dia ?" Tanya Alan.

"Ah, itu.. ku pikir cuma aku aja yang tertarik tapi dianya nggak ada rasa" jawab Rio.

"Jadi kamu yang ada rasa gitu ?" Alan menekan-nekan bibir Rio.

"Alan !" Rio menahan tangan Alan.
" ..alasan aku nyoba dekatin Agnes soalnya sifat dia mirip kamu, ak-aku mencoba jadi normal" kata Rio pelan.

Alan mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Kenapa ? Emangnya kamu ngerasa nggak normal ?" Tanya Alan penasaran.

Wajah Rio bersemu merah.
"Hm," Rio mengangguk mengiyakan pertanyaan Alan.

Seringai terlihat jelas dibibir Alan.
"Kalau gitu kamu sama aku paca-"

Pintu ruang rawat Alan tiba-tiba terbuka.

"Rio ! Maaf udah bikin kamu nunggu !" Ujar ibu Alan.

Rio spontan mendorong tubuh Alan agar kembali berbaring sementara Rio langsung duduk di kursi.

Dengan santainya, ibu Alan berjalan masuk lalu meletakkan seluruh bawaannya di sofa kecil yang ada di dalam ruang rawat Alan.

Dia juga meletakkan buah di dekat Rio.
"Rio, ayo makan buahnya" tawar ibu Alan.

"I-iya Tante, makasih" Rio tersenyum kaku.

"Hm ?" Ibu Alan memperhatikan wajah Rio.
"Loh Rio.. muka mu kok merah ? Demam ya ?" Ibu Alan menyentuh dahi Rio.

Rio tersenyum kaku.
"Nggak kok Tante, faktor cuaca mungkin.. agak panas" jawab Rio.

"Tapi ini ruang berAC" kata ibu Alan.

"Oh, mu-mungkin ah .. itu.. " Rio tidak tau harus mencari alasan apa lagi, Alan yang melihat wajah panik Rio langsung mengalihkan perhatian ibunya.

"Mah, Alan mau buah"

Ibu Alan langsung menatap putranya dengan senyum manis.
"Iya, mamah kupas dulu ya kulitnya.. untuk Rio juga ya~"

Rio tersenyum.
"Makasih Tante"

Saat ibu Alan mengupas kulit apel membelakangi mereka berdua, Alan dengan isengnya menarik leher Rio lalu mengecup singkat bibir Rio yang membuat temannya ini sangat terkejut.

"Alan, jangan aneh-aneh !" Kata Rio setengah berbisik, Rio mendorong dada Alan agar menjauh darinya.

Alan menekan bibir bawah Rio.
"Tunggu aku pulang dari rumah sakit, kamu harus rawat aku lagi .. hm"

Rio mengigit jari Alan yang membuat laki-laki muda ini meringis kesakitan.
"Akh!"

Ibu Alan langsung berbalik.
"Kenapa nak ?" Tanya ibunya.

Alan tersenyum.
"Nggak apa-apa mah, kejepit aja tadi"

"Hati-hati ya, bentar mamah kupas dua dulu untuk Rio juga"

Alan mengangguk paham.
"Oke mah"

Rio langsung jaga jarak saat ibu Alan kembali membelakangi mereka berdua.

.
.

Bersambung ...

My Little Puppy (TAMAT, 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang