25

19.3K 1.1K 19
                                    

Alan duduk di dekat Rio.
"Kamu suka ya ?" Tanya Alan.

"Baunya enak, jadi kamu suka beli permen ini ?" Rio terus tersenyum dengan ekspresi wajah polos.

"Sini, biar ku buka buat kamu" Alan mengambil bungkus kecil tadi dari tangan Rio.

Rio memperhatikan dengan seksama saat Alan membuka lalu mengeluarkan benda itu dari bungkusnya.

"Itu benar permen kan ?" Rio menatap Alan penuh keraguan.

Alan terkekeh pelan.
"Kamu serius nggak pernah lihat benda ini ?" Tanya Alan balik.

Rio mengelengkan kepalanya.
"Nggak, emang itu apa ?"

Alan tiba-tiba membuka kancing celananya, mata Rio membulat saat melihat Alan mengeluarkan p*nisnya dari sarangnya.

"Kamu mau apa ?! Heh !!" Rio terlihat panik.

"Ini.. fungsinya buat disini" Alan memasang benda yang ternyata pengamanan tadi di p*nisnya.

Deg!
Deg!
Deg!

Jantung Rio berdebar kencang.
"Ja-jadi itu kond*m ?" Tanya Rio karena dia baru pernah melihat pengaman secara langsung.

Alan terkekeh pelan.
"Jadi kamu serius mikir ini permen"

Wajah Rio memerah.
"Iya lah !! Baunya enak, kok bisa kond*m ada aroma stroberi!!"

"Haha, jelas ada.. ini buktinya ku pakai kan"

Rio meremas handuknya.
"Ka-kamu mau apa sama kond*m itu.. kamu beli dua kotak juga"

Alan tersenyum.
"Mari lepas keperjakaan dan perawatan mu malam ini mumpung cuma kita dua di rumah"

"Hah! Jangan bercanda!!" Rio berniat kabur tapi tubuhnya langsung dipeluk oleh Alan.

Rio mencoba meronta tapi pada akhirnya dia gagal, Rio berbaring terlentang seraya menutup matanya dengan pergelangan tangan kiri sementara Alan mendorong kedua kaki Rio ke depan.

"Al-Alan ?" Panggil Rio.

"Hm, apa ?" Alan memasang satu kond*m di jari tengah dan telunjuknya.

"Kamu punya pengalaman buat hal begini ?" Tanya Rio yang sesaat menghentikan kegiatan Alan dibawah sana.

Alan memaksa senyuman dibibirnya.
"Rio nikmatin aja.. ada atau nggak ada pengalaman sama aja bagi ku, pengalaman kan bisa didapat dari banyak hal misalnya video,.. hm ?" Alan mengecup singkat paha dalam Rio.

"Ugh.. " Rio mengigit bibirnya, bukan itu jawaban yang Rio harapkan tapi sepertinya Alan tidak mau memberitahu Rio.

" ...kalau sakit, Rio marah ya !!" Rio mendorong dada Alan memakai kakinya.

"Haha.. iya, aku coba pelan-pelan biar kamu nggak kesakitan" Alan kembali bekerja dibawah sana.

Rio bisa merasakan sesuatu menyentuh bibir holenya, perlahan Alan mendorong jarinya masuk ke dalam hole Rio.

"Mmng!"

"Sakit ?" Tanya Alan.

"Ng-nggak, cuma sedikit aneh aja.. ada yang ganjal" jawab Rio malu-malu.

"Bagus kalau nggak sakit.. ku coba gerakin ya, biar hole kamu sedikit rileks" Alan mencoba membuat Rio tenang dengan memberikan kecupan-kecup manis di paha Rio.

"Hah.. ah.. " nafas Rio terdengar berat, jujur saja rasanya sangat aneh karena ini pengalaman pertama Rio.

Alan terus berusaha menemukan titik ternikmat Rio dia dalam sana hingga 3 menit kemudian, desahan tiba-tiba lolos dari bibir Rio.

"Aahh!" Rio langsung meremas tangan Alan.
"Hah...hah! Apa itu tadi ?! Jangan .. jangan tekan disana ! Badan ku kerasa aneh !" Ujar Rio dengan wajah panik tapi tidak untuk Alan, dia malah tersenyum.

Alan mendekat lalu mencium bibir Rio.
"Mm!" Rio meremas baju di bagian pundak Alan, Alan mendorong Rio agar kembali berbaring.

Tangan Alan kembali bergerak menekan titik yang sama berulang kali.
"Aahh! Alan .. Ah-hah ! Tolong, Ah.. Rio mau pipis ! Mau pipis !! Alan.. berhenti!!"

Rio tiba-tiba menangis karena tubuhnya terasa sangat aneh tapi Alan tidak memperdulikan protes dari Rio, gerakan tangan Alan semakin cepat yang membaut Rio langsung klimaks.

"Aahhh!!" Desahan panjang terdengar bersamaan dengan cairan kental tumpah di perut Rio.

Alan mengecup singkat pipi Rio, dia menarik jarinya keluar lalu melepas kond*m tadi dari jarinya.

Alan menatap Rio yang sudah terbaring lemah dibawahnya.

Alan tersenyum, dia melepas bajunya di depan mata Rio.
"Baru dimulai sayang~" ujar Alan yang membuat wajah Rio berubah memerah seperti kepiting rebus.

.
.

Bersambung ...

My Little Puppy (TAMAT, 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang