Chapter 29

857 110 1
                                    

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Story owned by crazygurl12 on ffn

●○●

Naruto membuka matanya dan mendapati wajah cantik melayang di atasnya. Sambil meringis, ia menyadari bahwa ia sedang berbaring di atas suatu bahan yang lembut dan empuk. Ia juga bisa mencium aroma obat-obatan dengan jelas.

Naruto benci obat-obatan.

"Ino...?" Katanya serak, saat mengenali wajah itu.

Ino tersenyum, rasa lega membanjiri dirinya dan terlihat di wajahnya yang setengah tertutup. Ia telah menunggu Naruto sadar dari pingsannya selama satu jam. Sulit untuk merawat memar-memarnya jika lelaki itu kaku dan tidak bergerak seperti batang kayu. "Syukurlah kau sudah sadar. Baka Naruto, kau membuatku khawatir selama satu jam. Kau ada di rumah sakit sekarang, Nona Shizune membawa kalian berdua–"

"Kenapa aku ada di sini? Rumah sakit? Maksudmu rumah sakit Konoha?" Naruto menggaruk kepalanya, mencoba mengingat apa yang terjadi. Ia ingat telah meninju Sasuke, dan sahabatnya itu balas meninjunya...

Dan ia lupa apa yang terjadi selanjutnya.

Tangan kanan Ino mengibaskan rambut pirang panjangnya ke belakang sambil membetulkan selimut Naruto. Ia sedang bertugas di rumah sakit hari ini dan cukup mengejutkan melihat Naruto—calon Hokage—dibawa kemari karena berkelahi dengan sahabatnya. "Yah, kau berkelahi dengan Sasuke-kun."

"Aku tahu itu, lalu bagaimana?"

"Nona Tsunade memberi kalian masing-masing sesuatu yang bisa menjernihkan pikiran kalian berdua. Ngomong-ngomong, Sasuke-kun ada di ruangan lain." Ino tersenyum. "Kepalamu pasti sakit sekarang."

Tangan Naruto melesat ke kepalanya hanya untuk meringis kesakitan. "Ada benjolan besar di kepalaku..."

"Atas kehendak Nona Tsunade tentu saja." Kata Ino. "Kau seharusnya tahu lebih baik daripada membuat keributan dengan Sasuke di luar kantor Hokage." Melepaskan sarung tangan medis elastis dari tangannya, Ino memfokuskan chakra-nya pada jari-jarinya. "Aku akan menyembuhkan bagian yang sakit di kepalamu sekarang. Bisakah kau memiringkan dagumu sedikit untukku?"

Naruto merasakan jari-jari lembut Ino memiringkan dagunya dengan lembut. "Arigatou, Ino." Gumamnya, menunduk. Bukannya ia canggung, Ino hanya sedikit terlalu dekat.

"Tidak perlu berterima kasih. Ini adalah tugasku sebagai ninja medis."

●○●

Senyum Hinata adalah milikku...

Hinata mencuri pandang pada pria yang menarik lengan kanannya dengan kuat. Mengikuti langkah panjangnya, ia membiarkan Itachi membawanya ke kamar mereka dalam keheningan. Jarang sekali Itachi bersikap seperti ini—dan jika ia benar dalam mendeskripsikannya—melindungi dengan cara yang posesif.

Sama seperti Sasuke dulu.

"Jangan pergi mendekati Tobi tanpa aku." Ia mendengar Itachi berkata.

"Kenapa?" Hinata  tidak bisa tidak bertanya.

"Karena aku yang mengatakannya, dan kau setuju untuk mempercayaiku." Ketika mereka sampai di kamar, Itachi melepaskan tangan Hinata dan menutup pintu. Mengalihkan pandangannya dari pintu ke Hinata, Itachi menyadari bahwa gadis itu menatapnya dengan geli dan bibirnya melengkung ke atas.

"Jadi kau seperti Kisame-niisan sekarang?" Hinata bertanya dan ada sedikit rasa senang dalam suaranya. Sepertinya ia sedang membuat lelucon...

Itachi memutuskan untuk ikut serta. Terkadang, ketika kau menjadi anggota Akatsuki, kemewahan sederhana seperti senyuman dan lelucon adalah hal yang paling langka. "Aku lebih dari sekadar Kisame-niisan-mu." Ia mengambil langkah perlahan namun tegas ke arah Hinata. Perlahan, ia membungkuk—Hinata lebih pendek darinya beberapa inci—hingga wajah mereka hampir bertemu. Dengan seringai di wajahnya, Itachi menatap mata Hinata.

Kidnapped by the AkatsukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang