28 || She's mine, fuck off

67.1K 3.4K 2.8K
                                    

Hallo

Vote dulu guys!!! Jangan jadi siders.

Silahkan follow akun wattpadku dulu karena cerita akan di privat acak. HAYO YANG BELUM FOLLOW, GAK BISA BACA.

Don't forget to give a feedback🙌

2k komen for next💐 bisa gakkk? Bisa ayo bisaaa, aku lagi usahain per chapternya 2k komen😭 mohon bantuannya guys👀

VOTE NYA JANGAN LUPA DONG MANIEZZZZ BIAR AKU SEMANGAT 45 BUAT NULIS👀

RAMEIN SETIAP PARAGRAF💢

🪐🪐🪐

Alora tengah menunggu Bundanya di meja makan untuk sarapan bersama, sejak kemarin tidak ada percakapan apapun dengan Bundanya.

Alora menatap Bundanya, "maafin Bunda." Ucap Ziya menatap putrinya.

"Iya gak papa, tapi Bunda gak bisa menyamaratakan semua orang, Bunda sendiri yang bilang itu sama Lora." Ucap Alora.

Ziya duduk di samping Alora, "iya sayang, Bunda tau Bunda salah." Ucap Ziya.

"Maaf juga kalo Bunda terlalu kasar sama kamu, Bunda cuma takut." Lanjut Ziya.

"Takut?" Tanya Alora.

Ziya menghela napas berar, "dulu Bunda sama Ayah kamu itu di jodohin, Ayah kamu nolak Bunda, tentu, Bunda cuma anak pembantu di rumahnya yang sudah di anggap sebagai anak." Jelas Ziya sedikit terkekeh.

"Bunda juga salah udah larang kamu, padahal Bunda tau kalo Shaka sama Zee itu sama-sama orang baik." Ucap Ziya.

"Bunda cuma gak mau kamu nganggep yang nggak-nggak atau kamu malah nyesel kalo kamu tau tentang Ayah kamu." Lanjut Ziya.

Ziya meraih tangan Alora, "jangan cari tau tentang Ayah kamu ya nak?" Pinta Ziya menatap Alora penuh harap.

Ziya tidak ingin jika Alora mengetahui masa kelamnya itu, Ziya tidak ingin Alora bertemu dengan Ayah kandung Alora, katakanlah Ziya jahat, Ziya tidak peduli, yang terpenting bagi Ziya, anaknya tidak menerima apa yang Ziya alami dulu.

Alora yang melihat tatapan Ziya seperti itu hanya menganggukkan kepalanya, tatapan itu, tatapan yang bisa Alora rasakan.

Alora mengusap tangan Ziya, kemudian tersenyum menatap Ziya, "Bunda kan yang ngajarin Lora buat jangan berprasangka buruk sama orang-orang, Bunda lupa?" Tanya Alora.

"Ayah nyakitin Bunda banget ya?" Tanya Alora.

"Bunda takut kamu kecewa." Balas Ziya.

Alora menggelengkan kepalanya, "kenapa Lora harus kecewa? Emang Lora berharap apa? Lora gak pernah berharap apa-apa nda, jadi Lora gak bakal kecewa." Jelas Alora.

"Udah ya nda, kita jalanin hari-hari kayak biasa aja, Bunda jadi Bunda Lora kayak sebelumnya lagi?" Pinta Alora tersenyum dengan menatap ke arah Ziya.

Ziya ikut tersenyum menatap putrinya itu, "gelang yang Bunda kasih bagus, Lora jadi pake terus." Ucap Alora menunjukkan gelang berinisial namanya dengan di sekitarnya terdapat bulan dan bintang dengan ukuran kecil.

🪐🪐🪐

"Den? Rayden?!" Panggil Pak Tama.

Rayden mau tak mau menghentikan langkahnya, "ikut ke ruangan saya!" Titah Pak Tama.

"Tidak, keputusan saya sudah jelas." Ucap Rayden.

"Kamu kapten, kamu yang membawa anak-anak bisa sejauh itu, dan sekarang kamu ingin keluar begitu saja?" Tanya Pak Tama.

RAYDEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang