62||62

42.9K 3.5K 9K
                                    

Hallo

Silahkan follow akun wattpadku dulu karena cerita akan di privat acak. HAYO YANG BELUM FOLLOW, GAK BISA BACA.

Don't forget to give a feedback🙌

Jangan jadi silent readers please.

***

Alora begitu panik ketika ia mendapat telfon dari Ziya. Alora langsung bergegas pulang, betapa terkejutnya Alora ketika melihat pintu utama yang terbuka.

Alora segera mencari Ziya di setiap sudut rumahnya, "Bunda?"

"Nda?"

Panggil Alora beberapa kali, tapi sayangnya nihil, Alora tidak menemukan keberadaan Ziya.

Alora mulai mencari keberadaan Ziya di sekitar rumahnya, menanyakan pada tetangganya, tapi mereka sama sekali tidak melihat Ziya.

Alora benar-benar bingung, Alora beberapa kali menghubungi Rayden sangking buntunya, tapi Rayden sama sekali tak membalas pesannya ataupun menjawab telfonnya.

Cukup lama Alora mencari Ziya dan Alora belum juga menemukan Ziya.

Pada akhirnya Alora menghubungi Karel, "kenapa ra?"

"Karel?" Panggil Alora dengan suara yang bergetar.

"Lo kenapa? Coba cerita pelan-pelan." Ucap Karel.

"Bunda hi-hilang, tadi gue ninggalin Bunda, Bunda telfon gue ... gue pulang ke rumah, Bunda udah gak ada di rumah,"

"Bunda .... Bunda ...."

Jelas Alora kebingungan, otaknya terasa begitu kosong.

"Lo tenang." Ucap Karel.

"Tunggu gue, kita cari sama-sama." Ucap Karel.

"Jangan matiin telfonnya," ujar Karel.

Alora kembali mencari Ziya, bahkan jaraknya sudah lumayan jauh dari rumahnya.

Hingga akhirnya Karel datang bersama Sangga, keduanya membantu Alora untuk mencari Ziya.

Satu jam mencari keduanya tak kunjung menemukan batang hidung Ziya.

"Kamu tenang Alora." Ucap Sangga melihat wajah pucat Alora.

"Bukannya itu kursi roda tante Ziya?" Tanya Karel memicingkan matanya.

Alora segera berlari melihat itu, Alora hanya melihat kursi rodanya, tapi Alora yakin jika Bundanya ada di sikitar sana.

"Bunda?" Panggil Alora dengan suara bergetar.

"Nda?" Panggil Alora kembali.

Alora mengusap air matanya kasar, Alora menahan tangisnya ketika melihat Ziya yang sedang memeluk lututnya sendiri di tempat yang tidak ada cahaya sedikitpun.

"Nda?" Panggil Alora menghampiri Ziya.

"Tidak, jangan bunuh saya, jangan bunuh anak saya." Ucap Ziya begitu histeris.

Bahkan tangan Alora di tepis kasar, "pergi ... pergi ... " ujar Ziya.

Alora langsung memeluk Ziya begitu erat, "Bunda tenang ... di sini ada Lora ... Lora gak akan biarin orang-orang buat nyakitin Bunda."

"Pergi ... pergi ..." ujar Ziya.

Alora menggelengkan kepalanya pelan, seraya mengeratkan pelukkannya dengan Ziya.

Sangga dan Karel yang menatap itu terdiam kaku, luka yang Ziya alami ternyata begitu membuatnya tersiksa.

"Kita bawa tente Ziya ke rumah sakit?" Tanya Karel menatap Papahnya, Sangga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAYDEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang