Hallo
Silahkan follow akun wattpadku dulu karena cerita akan di privat acak. HAYO YANG BELUM FOLLOW, GAK BISA BACA.
Don't forget to give a feedback🙌
Jangan jadi silent readers please.
RAMEIN SETIAP KALIMAT MANIEZZZ.
🪐🪐🪐
Karel memicingkan matanya menatap Alora, "Tante Ziya beneran gak inget sama lo?" Tanya Karel.
"Iya, gue udah bilang berapa kali sama lo?" Tanya Alora.
Karel menghela napas, repons yang Alora berikan tetap sama, berarti gadis itu memang tidak berbohong.
Karel terus celingukan mencari konter handphone untuk memperbaiki handphone Alora, "daripada service handphone, mending beli baru." Ucap Karel.
Karel menemani Alora karena paksaan Sangga.
Sangga dan Karel setia menemani Alora yang menjaga Ziya, bahkan keduanya sangat sigap ketika Alora membutuhkan bantuannya. Meskipun Alora tidak terlalu akrab dengan Sangga dan Karel, Alora sangat berterima kasih pada keduanya.
"Beli baru aja ra." Celetuk Karel.
Alora menatap Karel, "dikira cari uang gampang?" Tanya Alora.
Karel menggaruk tenguknya, Karel selalu meminta apa yang ia inginkan pada Sangga, dan Sangga akan langsung membelikannya, Karel menjadi malu sendiri melihat Alora, "pinjam uang gue dulu."
Alora kembali fokus menatap handphonenya yang retak, "gak mau, pengeluaran gue udah membengkak, ditambah nanti pinjam uang sama lo cuma buat beli handphone, nggak deh rel kalo itu." Jelas Alora.
Karel menghentikan langkahnya melihat konter yang masih buka, "di sini aja gimana?" Tanya Karel.
"Iya boleh." Balas Alora.
Alora meninggalkan handphonenya di sana dan akan Alora ambil besok, tadinya Alora akan menunggu, tapi ternyata tidak bisa.
"Lo tadi ke rumah sakit naik apa? Sok banget nolak gue, padahal gue emang mau ke rumah sakit." Ucap Karel.
"Naik angkutan umum." Ucap Alora.
"Udah jelasin tentang masalah lo sama Rayden belum?" Tanya Karel.
"Belum, buat natap gue aja dia gak mau." Balas Alora. "Gue takut sebenernya." Lanjut Alora.
"Lo harus bisa dan pasti bisa." Ucap Karel.
"Perlu gue bantu?" Tanya Karel. Alora mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan Karel, "bantu apa?" Tanya Alora.
Karel menatap Alora cukup lama, "gue bisa iket Rayden di pohon, terus nanti tinggal lo jelasin, dia jadi mau dengerin lo, masalah selesai." Jelas Karel membuat Alora tertawa.
***
Rayden menghela napas kasar. Ia memilih untuk pulang terlambat karena ia menghabiskan waktu di warung Babeh.
Rayden lebih banyak diam dari biasanya, pikirannya ke mana-mana dengan perasaan campur aduk.
Di satu sisi ia memikirkan jika apa yang ia lakukan di sekolah keterlaluan, tapi di sisi lain, Rayden berusaha untuk mengabaikannya.
Rayden menatap Mommynya yang sedang membantu mengikat rambut adik bungsunya, Cyra.
"Mommy?" Panggil Rayden.
"Habis ada siapa? Ayden cium parfum yang gak asing," ujar Rayden duduk di samping Zee.
"Daddy," ujar Cyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYDEN (END)
Teen Fiction[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan membawa bencana untuknya. Bermula dari Alora yang takut akan tatapan intens Kakak laki-laki temannya...