37 || ONLY MINE

57.7K 3.2K 4.3K
                                    

Hallo

Silahkan follow akun wattpadku dulu karena cerita akan di privat acak. HAYO YANG BELUM FOLLOW, GAK BISA BACA.

Don't forget to give a feedback🙌

🪐🪐🪐

Rayden menjemput Alora seperti biasa, Rayden merasa aneh ketika Bunda Alora menatapnya berbeda, tapi selama sikapnya masih menerimanya, Rayden tidak mempermasalahkan hal itu.

Rayden tengah mengantar Alora ke kelas gadis itu, Rayden sangat suka berjalan beriringan bersama Alora, menggenggam jari jemari mungil Alora.

Rayden ingin semua orang tau, jika Alora adalah miliknya, milik Rayden.

Rayden menghentikan langkahnya tepat di depan kelas Alora, "nanti istirahat gue ke sini." Ucap Rayden.

"Kak Ayden tunggu sebentar." Ucap Alora dengan mencari sesuatu di dalam tasnya.

Rayden terus menatap gadis di cepol asal itu, Rayden tidak tau kenapa Alora sangat suka rambutnya di tata seperti itu, bahkan Rayden lebih sering melihat rambut Alora di cepol asal daripada di gerai.

Alora memberikan banyak permen pada Rayden, Rayden menaikkan sebelah alisnya, ini bukan permen yang biasa Alora berikan.

"Ini tabungan permen aku, aku kasih buat Kak Ayden karena Kak Ayden bilang mau nyoba gak ngerokok hari ini." Jelas Alora setelah permen yang berada di tangannya berpindah pada tangan Rayden.

"Banyak banget?" Tanya Rayden.

"Biar kalo inget mau ngerokok, jadi makan permen." Balas Alora.

Rayden menaikan sudut bibirnya, lalu menerimanya, "terima kasih ya Nona." Ucap Rayden lalu pergi meninggalkan kelas Alora.

Rayden tidak peduli jika dirinya di anggap aneh oleh orang-orang ketika tangannya penuh dengan permen.

Rayden tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya, sudut bibirnya terangkat, mati-matian Rayden menahan senyumnya.

Fael dan Zale menatap heran ke arah Rayden, tapi keduanya langsung mengerti ketika melihat telinga laki-laki itu merah.

"RAYDEN?!" Teriak Zale merangkul Rayden.

"Bagi dong," pinta Zale.

Rayden langsung menatap tajam ke arah Zale, "punya gue, kalo mau beli sendiri." Ucap Rayden membuat Zale berdecak.

"Telinga lo merah," ujar Fael.

Rayden tidak pernah mempedulikan ejekan temannya karena mereka sudah tau mengenai kebiasaan Rayden untuk yang satu ini.

"Pertama kali gue liat telinga lo merah pas lo pertama kali liat Grace, sekarang karena apa?" Tanya Fael.

"Salting sama siapa si cok?" Tanya Zale.

Telinga Rayden memerah karena laki-laki itu tersipu.

Fael menahan tawanya, "den? Masih sama ya den?" Tanya Fael.

"Alora apain lo?" Tanya Fael kembali.

"Anjing lo semua, bisa diem gak?" Tanya Rayden menahan kesalnya.

"Siapa yang salting telinganya merah?" Tanya Zale berjalan di depan Rayden.

"Ayden?! Ayden?! Ayden?!" Sorak Zale.

"Le diem deh le," ujar Rayden.

Fael dan Zale tidak bisa menahan tawanya, keduanya tertawa, membuat Rayden berdecak, dan melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kelasnya.

RAYDEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang