43 || 10 years ago

45.3K 2.5K 4K
                                    

Hallo

Silahkan follow akun wattpadku dulu karena cerita akan di privat acak. HAYO YANG BELUM FOLLOW, GAK BISA BACA.

Don't forget to give a feedback🙌

Jangan jadi silent readers please. 2k vote, bisa gak siee? AYO DONGGG

RAMEIN SETIAP KALIMAT MANIEZZZ.

🪐🪐🪐

Fael dan Zale langsung membawa Rayden ke rumah sakit karena Rayden yang tak sadarkan diri.

Fael juga menghubungi Zee untuk datang, tentunya Zee tidak datang sendiri.

Ada Shaka, Satrio, dan Pramono, sedangkan ketiga anaknya berada di rumah bersama Dini.

Shaka dan Zee berada di ruangan Rayden, Dokter juga menjelaskan tidak ada yang serius dari luka yang Rayden alami.

Rayden belum sadarkan diri dan itu membuay Zee begitu cemas, ditambah lagi ini pertama kalinya Zee melihat Rayden terluka.

Shaka mengusap tangan Zee, menatap istrinya yang terus menangis, "kamu tenang sayang, Rayden tidak menyukai Mommy-nya menangis terus menerus," ujar Shaka menenangkan Zee.

"Mommy?"

Suara panggilan itu membuyarkan Zee dan langsung mendekat ke arah putranya, Zee semakin menangis karena melihat Rayden yang tersenyum dengan wajah babak belur, "mana yang sakit?" Tanya Zee.

Rayden menggelengkan kepalanya pelan, "jangan nangis lagi, Ayden gak papa." Ucap Rayden meyakinkan Zee dengan begitu pelan.

Rayden beralih menatap Shaka cukup lama, diam beberapa saat, sebelum ia tersenyum menatap Mommy-nya.

Rayden berusaha mengusap air mata Mommy-nya menggunakan tangan yang di perban, "Ayden gak suka liat Mommy nangis, apalagi gara-gara Ayden," ujar Rayden.

Rayden merubah posisinya menjadi duduk, menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, "Mommy liat, Ayden gak papa." Ucap Rayden meyakinkan Mommy-nya.

"Sayang?" Panggil Shaka memanggil istrinya, Zee.

"Bisa tolong tinggalkan saya dengan Rayden? Ada sesuatu yang perlu saya bicarakan dengan Rayden." Ucap Shaka.

Zee terdiam sejenak, sebelum menuruti keinginan suaminya, "jangan marahin Ayden," pinta Zee.

Shaka menganggukkan kepalanya sekilas, mencium kening Zee singkat sebelum Zee benar-benar pergi.

Pandangan Rayden bertemu dengan pandangan Shaka, keduanya sama-sama diam.

"Siapa?" Tanya Shaka membuka suara dengan menatap putranya.

"Bukan urusan Anda." Balas Rayden.

"Jelas urusan saya, kamu anak saya, jelas menjadi urusan saya." Jelas Shaka.

Rayden tertawa mendengar itu, "kenapa?" Tanya Rayden menghentikan tawanya, tatapannya berubah menjadi begitu dingin.

"Kenapa Mommy harus bertemu orang seperti Anda?" Tanya Rayden.

"Jangan seperti ini Rayden." Ucap Shaka.

"Seperti ini bagaimana?" Tanya Rayden.

"Tinggal sebutkan siapa yang membuatmu seperti ini, apakah begitu sulit?" Tanya Shaka.

"Saya pantas mendapat ini, bukankah Anda di masa lalu melakukan hal-hal seperti ini dengan begitu mudah?" Tanya Rayden.

"Mungkin ini yang harus saya terima karena terlahir sebagai anak seorang pembunuh seperti Anda." Ucap Rayden menatap Shaka tajam.

RAYDEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang