19 || How can my day be bad? When i'm with you?

67.1K 4.2K 824
                                    

Hallo

Vote dulu guys!!! Jangan jadi siders.

Silahkan follow akun wattpadku dulu karena cerita akan di privat acak. HAYO YANG BELUM FOLLOW, GAK BISA BACA.

Don't forget to give a feedback🙌

RAMEIN SETIAP PARAGRAF💢

🪐🪐🪐

     Fael dan Zale sepakat untuk mendatangi Rayden di apartemen laki-laki itu, keduanya langsung masuk karena sebelumnya Rayden sudah memberi akses pada Fael.

     Zale menggelengkan kepalanya pelan melihat keadaan apartemen Rayden yang benar-benar berantakan. Bungkus rokok, minuman bersoda, minuman beralkohol. Seberantakan itukah?

     Zale menatap Rayden yang tengah menatap kosong dengan rokok di antara jari telunjuk dan tengah laki-laki itu.

     "Lo udah anterin Lora?" Tanya Rayden tanpa menatap teman-temannya itu.

     "Dia gak mau, nekat mau naik ojol, tapi gue ikutin, aman." Balas Fael.

     "Lo bisa ke rumah gue." Ucap Zale membuka suara.

     Zale duduk di sofa, masih menatap Rayden, "tante Zee bakal lebih sedih kalau liat lo kayak gini." Ucap Fael dengan minuman bersoda di tangannya.

     "Gue tau lo takut kejadian waktu itu, tapi lo gak bisa gini." Lanjut Fael.

     "Suara mereka ada." Ucap Rayden tanpa menatap kedua temannya.

     Fael dan Zale saling tatap, Fael yang mendengar penuturan itu menghela napas, "kasih tau Mommy lo aja lah den." Ucap Fael membuat Rayden langsung menatap Fael.

     "Lo makin parah, sedangkan nyokap lo gak tau keadaan lo yang kayak gini." Jelas Fael.

     "Lo selalu ketakutan dan cuma gue sama Zale yang tau. Gue sebagai orang yang tau lo dari kecil, gak bisa liat lo kayak gini." Ucap Fael.

     "Gak. Mommy gue gak boleh tau." Ucap Rayden.

     "Kalau gitu hapus bayangan mereka. Selamanya." Tekan Fael.

     Zale yang mendengar itu menggaruk tenguknya, Zale tau itu tidak mudah, Zale juga mengerti jika Fael ingin Rayden tidak terbayang-bayang masa lalunya.

     "Den? Rumah gue selalu terbuka buat lo, di sana lo bisa ketemu Mamih gue, Mamih gue bisa masakin makanan kesukaan lo, jangan kayak gini." Ucap Zale khawatir apalagi jika melihat keadaan Rayden.

     "Apa yang lo takutin belum tentu terjadi, Mommy lo bakal baik-baik aja. Mommy lo lebih gak baik-baik aja kalau tau keadaan anaknya kayak gini." Jelas Fael.

     "Kita ke Psikiater ya den? Bareng-bareng. Gue sama Zale temenin lo." Ucap Fael.

     "Gue gak gila, suara mereka aja selalu ada." Ucap Rayden.

     "Den? Lo bikin gue sakit." Ucap Fael pada akhirnya.

     Fael memilih beranjak, kemudian keluar, Rayden selalu dihantui oleh suara-suara dari masalalu yang membuat laki-laki itu berujung seperti ini. Apalagi sekarang, mungkin Rayden takut jika kejadian sebelum-sebelumnya akan terjadi lagi.

     "Gimana?" Tanya Zale yang sedari tadi mengikuti Fael.

     "Kasih tau tante Zee sama Om Shaka." Balas Fael.

     Zale menggelengkan kepalanya, "enggak." Ucap Zale.

     "Itu pilihan terkahir kita." Ucap Fael menatap Zale.

RAYDEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang