📌 FOLLOW SEBELUM BACA ❗❗❗
📌 Sequel "Takdir si Kembar"
📌 End - Part Lengkap
Sintia Almaira Putri As-Syifa, kerap disapa Tia. Ia ditakdirkan terlahir kembar, ia juga ditakdirkan menjadi seorang istri dari Adam Alfian Shihab dan memiliki bidadari ke...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • • • •
Disebuah kursi yang ada di balkon kamarnya, di sanalah Adam tengah duduk termenung. Selama Agam tidak pernah menemuinya lagi, rasa menyesal semakin menghantui Adam. Ingin rasanya cepat-cepat meminta maaf dan memeluk saudaranya kembali.
"Abang. Ayo kita balapan sampe sana."
"Gak! Nanti kamu jatoh."
"Gak, Adam kuat kok. Ayo Bang."
Senyum tipis penuh kerinduan terlihat di bibir Adam, kala percakapan masa kecil mereka kembali terngiang di telinganya. Karena keserakahan bibinya sendiri, mereka kehilangan masa kecil mereka. Bahkan Adam harus mendapat kebencian Agam selama bertahun-tahun lamanya.
"Abang."
"Pergi sana! Aku gak mau lagi main sama kamu."
"K-kenapa Bang?"
"Kamu jahat! Kamu rebut Umma sama Abi! Kamu bikin Umma sama Abi gak sayang aku lagi!"
"Gak, Adam gak gitu."
"Bohong! Buktinya Abi marahin aku terus, Abi cuma sayang sama kamu. Pergi sana! Jangan deket-deket aku lagi!"
Tanpa sadar Adam mengepalkan tangannya saat mengingat momen pertengkaran mereka saat kecil dulu. Awal mula yang membuat mereka tidak lagi saling dekat, hingga akhirnya terasa benar-benar asing.
Meskipun Adam sudah berusaha melupakannya, namun tetap saja, kenangan masa kecil yang sangat menyakitkan baginya itu selalu saja berputar di ingatannya. Bagaikan kaset rusak yang hanya bisa menampilkan momen itu saja.
"Kamu! Kamu udah bikin Abi meninggal! Kamu udah rebut kasih sayang Abi dari aku! Sekarang kamu bikin Abi pergi jauh!"
Adam memejamkan matanya dalam-dalam, mencoba menahan air mata serta rasa sesak di dadanya. Namun, air mata itu tetap merembes di ujung matanya, dadanya pun terasa semakin sesak. Adam benci kenangan buruk itu, Adam juga tidak ingin abinya pergi untuk selamanya.
"Mas," panggil Tia sembari menyentuh bahu Adam.
Adam tersentak kaget dan segera membuka matanya. Adam melihat jika Tia juga terkejut melihat keterkejutannya.
"Maaf. Aku ngagetin Mas Adam," ucap Tia tak enak hati.
"Gakpapa, Humaira. Ayo sini duduk," ajak Adam sembari menepuk pahanya.
Samar-samar, pipi Tia terlihat merona. Dengan cepat Tia menuju kursi lain, sebelum Adam semakin membuatnya salah tingkah. "Aku di sini aja."
Adam terkekeh, tangannya bergerak mengusap pipi merona Tia, hingga ronanya semakin terlihat jelas. Tidak lama kemudian, mereka dikejutkan oleh kedatangan Aqila, dengan sebuah boneka ikan yang baru Adam belikan kemarin.