Menjelang jam pulang kantor, Yoongi mendadak menghampiri meja kerja Jimin yang terletak di depan ruang kerjanya.
"Jimin, apa kau sudah selesai?"
"Sudah, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Jimin
Jimin memandang Yoongi sebagai atasannya. Dan setelah perdebatan panjang antara keduanya tadi saat Jimin pertama kali datang ke kantornya, mereka memutuskan untuk bersikap formal selayaknya atasan dan bawahan pada saat jam kerja berlangsung.
"Kakek membuat reservasi di sebuah restoran untuk kita berdua. Apa kau mau pergi?" tanya Yoongi
Sebenarnya Yoongi ingin menolak keinginan sang kakek. Namun Min Dae Ho mengancamnya kembali. Kakek Min terkena serangan jantung kemarin sore karena kecapean dan kini tengah dirawat di rumah sakit keluarga. Kakek Min sengaja melakukan video call kepada Yoongi untuk mengancam Yoongi dengan mengatakan bahwa ia akan mencabut selang ventilator jika ia menolak permintaannya. Dan Yoongi tidak bisa melakukan apapun kecuali menyetujuinya.
"Bagaimana jika saya menolak?"
"Kakek mengancamku untuk mencabut selang ventilatornya jika aku tak berhasil membawamu ke sana."
"Baiklah, kalau begitu saya mau."
"Baiklah. Kau tunggu saja di lobby. Aku akan mengambil mobil. Yeonjun tadi izin pulang karena adiknya sedang tidak enak badan."
Jimin hanya mengangguk. Sementara itu, sebuah senyum tercetak di bibir Yoongi ketika berbalik meninggalkan Jimin di tempatnya.
***
Ketika jam pulang kantor, Jimin merapikan meja kerjanya dan bersiap meninggalkannya. Namun langkah Aira mendadak mengentikan pergerakannya.
"Jimin."
"Ya?"
"Ini berkas penjualan yang akan dipakai untuk rapat besok pagi. Pisahkan setiap penjualan yang ada berdasarkan frekuensi waktunya. Pisahkan berdasarkan mingguan, bulanan dan tahunan. Dan lakukan pula riset penjualan untuk produk-produk yang kurang diminati. Aku tunggu berkasnya malam ini."
"Tapi Nona Aira, ku rasa ini bukan tanggungjawabku. Bukankah hal seperti ini biasanya dilakukan oleh sekretaris dari departemen penjualan. Kenapa harus aku yang mengerjakannya?" tanya Jimin heran dengan perintah Aira yang memang bukan menjadi tanggungjawabnya.
"Kita tim, Jimin. Sudah seharusnya departemen kesekretariatan satu sama lain saling bekerja sama dan membantu. Departemen penjualan tengah sibuk mempersiapkan project perhiasan baru dalam waktu dekat ini. Yang lain sudah ada tugasnya masing-masing, hanya kau yang belum memiliki tugas. Jadi kerjakan saja. Aku akan menyampaikan pada HRD perihal perhitungan lemburmu."
"Akan aku lakukan."
Jimin kembali menyalakan komputernya. Memilah dan memilih dokumen yang diserahkan Aira untuk dikelompokkan berdasarkan perintahnya.
Sementara itu, Yoongi yang bersiap keluar ruangan memperhatikan bagaimana Jimin masih berkutat di depan komputernya. Tidak ada menunjukkan pergerakan untuk bersiap-siap pergi seperti dirinya. Padahal seingat Yoongi, ia sudah setuju untuk ikut.
"Jimin"
Yang dipanggil hanya diam. Jimin terlalu sibuk memperhatikan deretan angka dan tulisan pada kertas-kertas yang kini sudah dikelompokkan oleh dirinya dan tidak menyadari bahwa Yoongi tengah berdiri di depan meja memperhatikannya.
"Jimin" panggil Yoongi kembali.
Namun hasilnya masih sama. Tidak ada sahutan dari yang punya nama.
"Jimin!" panggil Yoongi sedikit lebih kencang dari sebelumnya.
"I-iya? Oh Pak Yoongi."
"Sedang apa kau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy || Yoonmin
FanfictionKetika Jimin terjebak pada sebuah pertunangan dengan seseorang yang tak diinginkannya, Min Yoongi