LEMBAR 24

1.4K 140 10
                                    

Yoongi dan Jimin tengah asyik berbincang ketika seorang wanita yang Jimin tau siapa mendekati mereka.

"Selamat Siang, Tuan Min. Aku tidak tau jika anda mampir ke restoranku? maaf jika tak menyambut kedatanganmu langsung." sapa sang wanita dengan suara semanis mungkin. Jimin mual mendengarnya.

"Selamat siang, Bellini. Maaf karena tak mengabarimu. Lagipula aku dan Jimin hanya mampir untuk makan siang. Dan tak perlu formal seperti itu padaku." balas Yoongi ramah.

"Oh. Selamat siang, Jimin. Bagaimana makanannya apa sesuai dengan lidahmu? Mungkin ini kali pertama kau makan makanan seperti ini. Maafkan aku jika rasanya tidak sesuai dengan seleramu. Aku akan memintakan koki resto ku untuk membuat makanan yang lain yang mungkin lebih ramah di lidahmu." senyum Bellini dengan licik.

Bellini jelas-jelas ingin menghinanya. Tapi itu tak akan terjadi. Terlebih lagi Yoongi sedang berada disini. Lagipula, apa katanya, tidak pernah makan makanan seperti ini? oh ayolah ini hanyalah steak daging biasa. Tak ada isitimewanya, sama seperti steak restoran lain. Disini hanya menang nama.

"Tidak perlu, Nona Bellini. Terima kasih atas tawaran anda. Lagipula, makanan apapun akan terasa lezat jika kita memakannya bersama dengan orang yang kita cintai bukan? betulkan sayang?" tanya Jimin pada Yoongi yang menatapnya kaget namun cepat-cepat ia hilangkan.

"Betul, Jimini. Rasanya jadi lebih istimewa karena aku makannya bersamamu." senyum Yoongi yang mengikuti sandiwara Jimin.

Bellini, jangan ditanya. Kini wajahnya merah. Antara malu dan marah. Ia harusnya yang membuat Jimin malu. Tapi kenapa sekarang malah dia yang merasa di permalukan. Dan ada apa dengan Yoongi? sejak kapan Yoongi dan Jimin terlihat begitu dekat dan mesra? bukankah beberapa minggu yang lalu, Yoongi masih dingin terhadap Jimin.

"Suatu kehormatan untukku bisa menjamu dirimu dan tunanganmu dengan baik disini, Yoongi. Oh iya, aku hampir lupa. Nenek menanyakan kabarmu, Yoongi. Jika kau tak sibuk, aku mengundangmu akhir pekan ini untuk mengunjunginya. Bisa?" tanya Bellini yang kini sudah bergelayut manja di tangan Yoongi.

"Tentu. Aku akan mengabarimu lagi nanti." jawab Yoongi singkat.

Jimin hanya menatap bagaimana tangan milik Bellini dengan kurang ajarnya bergelayut manja di lengan milik Yoongi. Dan apa-apaan Yoongi, apa ia tidak merasa risih dengan perlakuan siluman rubah itu? Apa ia tidak khawatir akan banyak mata yang melihat mereka? Jimin mendengus dengan kesal.

"Baiklah kalau begitu. Aku tunggu kabarmu, Yoongi. Aku permisi dulu." pamit Bellini.

Namun sebelum Bellini meninggalkan Yoongi dan Jimin, Bellini berbalik sejenak menghadap Yoongi dan menempelkan bibirnya ke pipi Yoongi. Yoongi dan Jimin terdiam di tempat mereka masing-masing. Memproses dengan cepat atas apa yang baru saja terjadi. Jimin tak suka. Rubah licik ini ternyata memang ingin mencari masalah dengannya. Namun saat dirinya hendak bicara, Yoongi lebih dahulu menginterupsinya.

"Bellini, apa yang kau lakukan? kau sudah gila?" bentak Yoongi tak terima dengan perlakuan Bellini barusan pada dirinya.

"Loh kenapa? dulu juga aku sering melakukannya padamu. Kenapa sekarang kau marah?" tanya Bellini memasang wajah cemberut.  Jimin betul-betul ingin mencakarnya.

"Oh ayolah, Bellini. Kita bukanlah anak kecil lagi. Baik aku ataupun kau sudah dewasa sekarang. Lebih lagi aku sudah bertunangan. Kau melakukan itu dihadapannya sama saja kau tak menghargai dirinya sebegai tunanganku. Dan bisa saja orang lain yang melihatnya akan menjadi salah paham." marah Yoongi.

"Yoongi, itu hanya kecupan di pipi. Aku pikir Jimin tak sesempit itu dalam berfikir. Dia harus terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Lagipula semua orang tau siapa aku di kehidupanmu. Jadi apa masalahnya?"

Redamancy || YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang