LEMBAR 28

1.5K 148 6
                                    

Yoongi berdeham pelan, menetralkan suaranya menyahuti panggilan Suran. Sungguh dirinya menjadi kesal. Sementara Jimin tengah sibuk mengatur detak jantungnya yang begitu berisik. Rona merah menghiasi pipinya yang gembil.

Suran bergegas memasuki kamar milik kakaknya itu. Kemudian menatap tak suka pada sosok di belakang sang kakak yang tengah menunjukkan punggungnya saja.

"Kak, aku dengar kau akan ke Italia. Boleh aku ikut?" Tanya Suran mengabaikan Jimin.

"Untuk apa? Aku kesana kerja, bukan jalan-jalan, Suran." Jelas Yoongi kembali menatap tumpukkan pakaian yang dipilih Jimin tadi.

"Kakak kerja, aku jalan-jalan. Lagi pula sudah lama kita tidak jalan bareng. Boleh ya kak aku ikut?" Rengek Suran

"Aku tau bagaimana sikapmu, Suran. Sekarang kau bilang tidak akan mengganggu kerjaku. Tapi sampai disana, jika kau aku abaikan. Ibu pasti akan menelpon memarahiku karena aduanmu." Keluh Yoongi.

"Kak Yoongi tapi pergi dengan dirinya. Aku tak boleh ikut." Rajuk Suran.

"Dia sekretarisku, Suran. Sudah kewajibannya menemaniku. Dan berhentilah memasang wajah seperti itu. Aku tak akan mengubah keputusanku."

Yoongi kembali memfokuskan pandangannya ke arah Jimin yang kini tengah menimbang antara 2 setel jas di depannya.

"Aku suka yang sebelah kiri. Bagaimana menurutmu?" Tanya Yoongi dengan lembut menatap yang lebih kecil.

"Hm oke. Aku akan membantu memasukkannya ke dalam koper." Jawab Jimin singkat.

Keduanya total mengabaikan Suran yang sedari tadi menahan geram melihat interaksi kedua orang di hadapannya.

"Apa-apaan ini. Yoongi mengabaikanku?? Sungguh aku membencimu, Jimin." Rutuk Suran seraya meninggalkan Jimin dan Yoongi dengan menghentak-hentakkan kakinya.

Jauh di seberang, Jimin hanya tersenyum kecil menatap Suran yang terlihat begitu kesal dengan dirinya.

***
Waktu keberangkatan tiba. Yoongi dan Jimin kini sudah di bandara menuju ke Italia. Senyum Jimin terkembang sempurna. Bagaimana tidak, dia akan kembali ke kota tempat ia banyak menimba ilmu designnya.

Yoongi yang sedari tadi melihat Jimin riang, mendadak enggan melepaskan tatapnya dari wajah Jimin.

Senyum itu benar-benar indah.

Mobil Yoongi tidak berhenti di area parkir atau drop-off bandara. Mobil itu tetap melaju melewati pintu utama.

"Loh Yoongi, kita tidak jadi berangkat?" Tanya Jimin.

"Jadi."

"Lalu kenapa kita tidak berhenti?" Tanya Jimin kembali.

Yoongi hanya tersenyum. Mobil bergerak pelan ketika memasuki sebuah pagar pembatas yang dijaga ketat oleh polisi bandara.

Yeonjun membuka kaca jendelanya saat seorang mendekati mobil mereka.

"Selamat pagi, Yeonjun-ssi. Mengantar Tuan Yoongi?" Tanya sang polisi yang kini mengintip ke arah belakang.

"Selamat Pagi, Pak Ong. Iya saya mengantar Tuan Yoongi dan tunangannya."

"Oh baiklah. Silakan lanjutkan. Dan..selamat menikmati perjalanan anda Tuan Yoongi." Hormat si polisi seraya mempersilakan mobil Yoongi masuk. 

"Oh jet pribadi. Pantas tidak masuk di pintu utama."

Mobil Roll Royce hitam itu berhenti tepat di seberang tangga jet pribadi milik Yoongi. Disana pramugari dengan setelan berwarna merah menyala membentuk tubuh menyambut kedatangan mereka.

Redamancy || YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang